Mohon tunggu...
M. Ali Amiruddin
M. Ali Amiruddin Mohon Tunggu... Guru - Penulis Biasa

Warga negara biasa yang selalu belajar menjadi pembelajar

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Menikmati Suasana Malam dengan Mie Rebus yang Aduhai

13 Mei 2018   07:57 Diperbarui: 16 Mei 2018   03:10 385
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mie rebus yang menggugah rasa acap kali menjadi menu wajib saat rasa jenuh melanda (dokpri)

Kemarin malam ba'da kegiatan usai, tiba-tiba salah seorang sahabat nyeletuk "Yuk, nyari makan!" Saya pun mengayukkan. 

Siswa yang juga berada di hotel pun mengajak saya keluar, alasannya perut merasa keroncongan. 

Meskipun semua peserta dan pendamping sudah menikmati santap malam rasa penasaran akan makan malam kedua ternyata menyentak rasa greget saya.

Sebentar saja saya keluar kamar dan tengak tengok di sekitaran hotel seperti tidak ada kedai atau warung makan. Akhirnya karena ajakan siswa, sayapun mengiyakan.

Dengan berpamitan, kami berdua meluncur ke arah di mana kira-kira menemukan tempat santapan tersebut. 

Dalam benak saya kalau malam tentu yang ada adalah nasi goreng, mie rebus atau mie goreng dan lain-lain.

Perlahan-lahan kami menyusuri jalan Yos Sudarso Bandar Lampung. Sembari menikmati hembusan angin malam dan deru suara kendaraan yang juga masih ramai, kami nekat mencari sesuatu untuk disantap.

Setelah menyusuri jalanan yang masih ramai dengan kendaraan tersebut, ternyata 5 menit berlalu belum menemukan tempat yang dituju. Hampir putus asa sih. Namun karena dorongan perut yang ingin menikmati makan malam, niat tersebut tidak boleh pupus.

Setelah beberapa saat berbalik arah barat laut, akhirnya ketemu juga gerobak makanan. Jaraknya sekitar 100 meter dari Hotel Sahid di mana kami melakukan kegiatan. Tepat di pojok pom bensin Pertamina.

Di gerobaknya tertulis "mie rebus". Saya tidak memperhatikan dengan seksama hidangan apa selain mie rebus yang disajikan pada pembeli, karena saat itu yang terpikirkan bagaimana menikmati hidangan malam. Di antara kami ada beberapa orang yang asik mengobrol.

Tak seberapa lama kami berdua memesan mie rebus. Meskipun ada jenis makanan lain yang saya ketahui dari yang memesan makanan seperti mie goreng dan nasi goreng.

Beberapa saat kemudian mie rebus sudah disajikan. Kami pun memesan segelas besar teh dingin untuk menemani sepiring mie rebus tersebut.

Jika dilihat dari penampilannya sebenarnya tidak asing lagi. Selayaknya makanan yang diolah dari mie tentu tidak jauh beda dengan mie yang dijual di kota kami (Metro). 

Mie tersebut dimasak dengan mengkombinasikan bumbu-bumbu yang membuat rasa dan aromanya memikat. Dengan ceplokan telur dan suiran ayam juga semakin menusuk rasanya di lidah. Ditemani kerupuk menjadikan lidah asyik menari dengan renyahnya.

Sambil ditemani suara laju kendaraan dan obrolan pembeli, akhirnya makanan lezat tersebut bisa kami pindahkan ke perut kami.

Puas rasanya bisa menikmati sajian sederhana tapi tak kalah rasa dari menu mie di hotel dan cafe ternama.  Karena beberapa kali saya menikmati sajian mie di hotel pun rasanya tidak jauh beda dari mie yang di jual di pinggir jalan ini.

Beberapa saat kami menikmati mie rebus tersebut, saya teringat beberapa sahabat yang masih di hotel. Anggapan saya mereka pasti ingin menikmati makanan yang sama. Sebab sebelum kami berdua menemukan makanan ini, mereka sudah berniat membeli juga. Dan benar mereka pun tertarik memesan nasi goreng dan mie goreng yang juga di jual oleh pedagang ini.

Setelah hidangan kami nikmati, akhirnya kami pun membayar dan  kembali ke hotel.

Jenuh dan lelah di hotel, dihibur dengan masakan murah nan lezat

Seperti biasa, di tengah-tengah kegiatan siswa mengikuti lomba ternyata menyimpan lelah dan kejenuhan. Mau mengikuti karaoke juga tidak hobi apalagi memesan makanan hotel tentulah amat mahal. 

Saya teringat sewaktu di hotel di Kota Palembang pernah memesan kopi yang ternyata harganya hampir 20 ribu rupiah. Padahal jika saya membeli di kedai kopi paling-paling hanya 3 ribu rupiah. 

Selisih harga yang amat mahal membuat saya kapok untuk memesan makanan atau minum di hotel lagi. Sudah tahu kalau harganya memang mahal. Makanya saya lebih baik membeli makanan di luar sembari menikmati gemerlap lampu-lampu jalanan dan suasana kota yang ramai.

Kembali ke mie rebus, seperti halnya makanan lain, mie rebus selalu memikat para penggemarnya. Tak hanya saya karena ada banyak penyuka mie yang tersebar di seantero negeri. 

Para penyuka mie pun berburu makanan ini hingga ke berbagai tempat. Tidak lagi memandang cuaca hujan atau panas yang penting makanan yang diinginkan segera didapatkan.

Tidak hanya penyuka mie, para ahli masak pun berusaha memanjakan penyukanya dengan kreatifitas rasa dan penyajian yang terus berkembang. Hal ini yang memancing para pengusaha kuliner untuk membuat racikan bumbu yang mengundang selera. Tidak hanya lezat namun juga menyehatkan.

Maka dari itu, dalam setiap kesempatan atau moment tertentu mie menjadi salah satu menu favorit kebanyakan masyarakat di negeri ini. 

Saya kadang terpana dan heran mengapa kedai mie selalu saja ramai oleh pembeli. Padahal kalau melihat mie tentu tidak ada yang aneh. Namun pilihan rasa dan harga yang boleh jadi terjangkaulah yang membuat mie tetap menjadi primadona dan incaran penyuka kuliner.

Seperti mie yang kami nikmati ini, saya pikir harganya bisa di atas 15 ribu rupiah. Eh ternyata hanya 12 ribu rupiah saja. Rasa yang disuguhkan ternyata tidak sebanding dengan harganya yang dapat dikategorikan terjangkau bagi kantong pribadi.

Yang pasti, menghilangkan kejenuhan di antara kegiatan tentu tidak salah untuk menjajal atau mencicipi kuliner yang banyak terserak di penjuru negeri. Sama seperti saya pernah mencoba sego kucing, pecel lele sewaktu di Jogja, empek-empek kapal selam sewaktu di Palembang dan rujak cingur yang saya temukan di Kota Surabaya. 

Semua kuliner lezat dan menarik untuk dinikmati. Selain sebagai kebutuhan akan rasa keroncongan perut, tentu sebagai jalan mempertahankan kuliner nusantara.

Salam

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun