Beberapa saat kemudian mie rebus sudah disajikan. Kami pun memesan segelas besar teh dingin untuk menemani sepiring mie rebus tersebut.
Jika dilihat dari penampilannya sebenarnya tidak asing lagi. Selayaknya makanan yang diolah dari mie tentu tidak jauh beda dengan mie yang dijual di kota kami (Metro).Â
Mie tersebut dimasak dengan mengkombinasikan bumbu-bumbu yang membuat rasa dan aromanya memikat. Dengan ceplokan telur dan suiran ayam juga semakin menusuk rasanya di lidah. Ditemani kerupuk menjadikan lidah asyik menari dengan renyahnya.
Sambil ditemani suara laju kendaraan dan obrolan pembeli, akhirnya makanan lezat tersebut bisa kami pindahkan ke perut kami.
Puas rasanya bisa menikmati sajian sederhana tapi tak kalah rasa dari menu mie di hotel dan cafe ternama. Â Karena beberapa kali saya menikmati sajian mie di hotel pun rasanya tidak jauh beda dari mie yang di jual di pinggir jalan ini.
Beberapa saat kami menikmati mie rebus tersebut, saya teringat beberapa sahabat yang masih di hotel. Anggapan saya mereka pasti ingin menikmati makanan yang sama. Sebab sebelum kami berdua menemukan makanan ini, mereka sudah berniat membeli juga. Dan benar mereka pun tertarik memesan nasi goreng dan mie goreng yang juga di jual oleh pedagang ini.
Setelah hidangan kami nikmati, akhirnya kami pun membayar dan  kembali ke hotel.
Jenuh dan lelah di hotel, dihibur dengan masakan murah nan lezat
Seperti biasa, di tengah-tengah kegiatan siswa mengikuti lomba ternyata menyimpan lelah dan kejenuhan. Mau mengikuti karaoke juga tidak hobi apalagi memesan makanan hotel tentulah amat mahal.Â
Saya teringat sewaktu di hotel di Kota Palembang pernah memesan kopi yang ternyata harganya hampir 20 ribu rupiah. Padahal jika saya membeli di kedai kopi paling-paling hanya 3 ribu rupiah.Â
Selisih harga yang amat mahal membuat saya kapok untuk memesan makanan atau minum di hotel lagi. Sudah tahu kalau harganya memang mahal. Makanya saya lebih baik membeli makanan di luar sembari menikmati gemerlap lampu-lampu jalanan dan suasana kota yang ramai.