Kembali ke mie rebus, seperti halnya makanan lain, mie rebus selalu memikat para penggemarnya. Tak hanya saya karena ada banyak penyuka mie yang tersebar di seantero negeri.Â
Para penyuka mie pun berburu makanan ini hingga ke berbagai tempat. Tidak lagi memandang cuaca hujan atau panas yang penting makanan yang diinginkan segera didapatkan.
Tidak hanya penyuka mie, para ahli masak pun berusaha memanjakan penyukanya dengan kreatifitas rasa dan penyajian yang terus berkembang. Hal ini yang memancing para pengusaha kuliner untuk membuat racikan bumbu yang mengundang selera. Tidak hanya lezat namun juga menyehatkan.
Maka dari itu, dalam setiap kesempatan atau moment tertentu mie menjadi salah satu menu favorit kebanyakan masyarakat di negeri ini.Â
Saya kadang terpana dan heran mengapa kedai mie selalu saja ramai oleh pembeli. Padahal kalau melihat mie tentu tidak ada yang aneh. Namun pilihan rasa dan harga yang boleh jadi terjangkaulah yang membuat mie tetap menjadi primadona dan incaran penyuka kuliner.
Seperti mie yang kami nikmati ini, saya pikir harganya bisa di atas 15 ribu rupiah. Eh ternyata hanya 12 ribu rupiah saja. Rasa yang disuguhkan ternyata tidak sebanding dengan harganya yang dapat dikategorikan terjangkau bagi kantong pribadi.
Yang pasti, menghilangkan kejenuhan di antara kegiatan tentu tidak salah untuk menjajal atau mencicipi kuliner yang banyak terserak di penjuru negeri. Sama seperti saya pernah mencoba sego kucing, pecel lele sewaktu di Jogja, empek-empek kapal selam sewaktu di Palembang dan rujak cingur yang saya temukan di Kota Surabaya.Â
Semua kuliner lezat dan menarik untuk dinikmati. Selain sebagai kebutuhan akan rasa keroncongan perut, tentu sebagai jalan mempertahankan kuliner nusantara.
Salam