Protes pada tahun 2004 sebagian besar masih berjalan damai, tetapi "revolusi berwarna" dari 2013 hingga 2014 berada di bawah bimbingan agen Amerika, dan dengan cepat berubah menjadi aktivitas kekerasan, dan dengan cepat menyebar ke seluruh negeri.
Di bawah tekanan, Yanukovych harus mengumumkan kembali mengaktifkan proses bergabung dengan UE, tetapi pihak oposisi tidak puas bahwa Yanukovych harus mundur. Pada malam 21 Februari 2014, oposisi dan polisi melancarkan baku tembak sengit di jalan-jalan Kyiv.
Sebenarnya ketika itu sudah ada pertumbuhan tertentu dalam ekonomi Ukraina selama beberapa tahun sebelum ini, tetapi "revolusi berwarna" yang hanya dalam  hitungan tiga tahun telah mendorong Ukraina ke ambang perang saudara.
Senator AS John McCain dan Chris Murphy datang ke Lapangan Kemerdekaan di Kyiv untuk secara terbuka mendukung faksi oposisi, dan berbagai yayasan AS secara langsung mendanai oposisi.
"Russia Today" telah mengungkapkan sebuah detail pada stasiun radio rekaman telepon dari Asisten Menteri Luar Negeri AS saat itu Newland dan duta besar AS untuk Ukraina. Mereka sebenarnya membahas rincian kandidat kabinet untuk pemerintah Ukraina yang baru dalam telepon. Newland bahkan bersumpah serapah tentang ketidak mampuan UE.
Pada 22 Februari 2014, parlemen Ukraina mengadakan sesi darurat untuk mencopot Yanukovych dari jabatannya, di mana perdebatan tentang Bandera (Nazi) telah merobek Ukraina.
Menurut jajak pendapat 2014, tujuh puluh lima persen penduduk Ukraina Barat percaya bahwa Bandera adalah pahlawan nasional Ukraina, sementara kebanyakan orang di Ukraina timur tetap percaya dia bukan pahlawan nasional, dan mereka tidak setuju dengan pandangan fraksi pro-Barat, akibatnya pandangan faksi pro-Barat dan pro-Rusia saling bermusuhan menjadi tak terhindarkan.
Sebelumnya sebanarnya banyak wilayah Ukraina Timur mayoritas penduduknya berbahasa Rusia. Saat itu, untuk melemahkan dominasi Rusia di antara berbagai republik, para pemimpin Soviet mengalokasikan sebagian wilayah ini ke Ukraina. Setelah Uni Soviet bubar, wilayah ini secara alami akan menjadi tetap berada sebagai Ukraina.
Sekarang faksi pro-Rusia adalah minoritas di seluruh Ukraina, karena mereka telah gagal selama 'revolusi berwarna', sehingga mereka menuntut untuk memisahkan diri dari Ukraina, menuntut kemerdekaan, dan bahkan menuntut untuk bergabung kembali dengan Rusia, dan Rusia telah mengambil kesempatan ini dengan slogan yang sama dengan Barat. "Pembelaan hak asasi manusia dan otonomi nasional" maka ikut campur tangan, dan hasil akhirnya adalah bahwa Krimea bergabung dengan Rusia melalui referendum, dan dua wilayah Luhansk dan Donetsk mendeklarasikan pembentukan republik independen.
Tapi pemerintah Ukraina tidak menerima keputusan ini dan mengambil serangkaian tindakan pencegahan, dan kemudian dari 2014 hingga 2016 lebih dari dua lusin saluran TV Rusia dilarang, dan platform sosial online utama Rusia dilarang.
Pada tahun 2017, media TV lebih lanjut melakukan kebijakan "Ukrainaisasi" menetapkan bahwa volume siaran dalam bahasa Ukraina tidak boleh kurang dari 75%.