Mohon tunggu...
Sucahya Tjoa
Sucahya Tjoa Mohon Tunggu... Konsultan - Lansia mantan pengusaha dan konsultan teknik aviasi, waktu senggang gemar tulis menulis. http://sucahyatjoa.blogspot.co.id/

Lansia mantan pengusaha dan konsultan teknik aviasi, waktu senggang gemar tulis menulis. http://sucahyatjoa.blogspot.co.id/

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Artikel Utama

Siapakah yang Akan Lebih Bertahan dalam Perang Dagang AS-Tiongkok?

9 Oktober 2018   16:23 Diperbarui: 10 Oktober 2018   06:17 3602
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber ilustrasi: Financial Times

Perang dagang AS-Tiongkok telah meningkat, dan telah merembet ke bidang militer, diplomatik dan bidang lainnya. Kapal militer AS baru-baru ini memasuki Laut Tiongkok Selatan dan berada dalam bahaya diserang oleh kapal perusak Tiongkok.

Baru-baru ini (akhir pekan lalu) kapal Perusak USS Decatur melayar ke perairan pulau Laut Tiongkok Selatan, akibatnya hampir terjadi insiden dengan kapal perusak AL-PLA Luyang. AL-AS juga mengkonfirmasi insiden itu, menuduh kapal perang Tiongkok bermanuver dengan "gerakan tidak aman dan tidak profesional" di dekat Karang Gaven (Gaven Reef) atau Nanxun Jiao di Kepulauan Nansha pada 30 September.

Seorang juru bicara AL-AS mengatakan bahwa kapal perang Tiongkok Luyang "mendekati dalam 41 meter dari kapal USS Decatur, dan USS Decatur mengambil tindakan untuk mencegah tabrakan." 

Selanjutnya, Tiongkok juga mengeluarkan pernyataan yang menuduh AS melanggar kedaulatan Tiongkok yang tak terbantahkan di Laut Tiongkok Selatan dan perairannya yang berdekatan.

Sumber: Commander, US Pacific Fleet - Navy.mil + China Defence Today - WordPress.com
Sumber: Commander, US Pacific Fleet - Navy.mil + China Defence Today - WordPress.com
Dialog keamanan AS-Tiongkok yang dijadwalkan akan diadakan di Beijing bulan depan mungkin ditangguhkan. Pidato Presiden Trump akhir pekan lalu mengancam: "Kita minta Tiongkok membuka pasarnya, menerapkan perdagangan yang adil, atau kita tidak akan melakukan bisnis dengan mereka." 

Presiden Tiongkok Xi Jinping menanggapi perang dagang ini dengan cara yang "populis," mengatakan bahwa perang dagang "memaksa kita untuk mandiri." Lanjutnya mengatakan: "Memaksa kita untuk mandiri bukan suatu yang buruk, bagaimnanapun Tiongkok harus mengandalkan dirinya sendiri."  Tampaknya perang dagang ini akan berlangsung dalam waktu yang lama.


Pada 8 Oktober, Menlu AS Mike Pompeo bertemu dengan Menlu Tiongkok Wang Yi menyiarkan keluhan mereka di muka umum selama kunjungan singkat bersama dengan diplomat top Washington ke Beijing, di tengah hubungan yang memburuk.

Sementara pertukaran termasuk basa-basi diplomatik yang khas, dan kedua pejabat menekankan perlunya kerja sama, pernyataan mereka di hadapan para wartawan di awal pertemuan mereka di Wisma Negara Diaoyutai di Beijing sangat tidak biasa.

Tindakan AS

Selama beberapa bulan ini dengan perang dagang ini, kedua belah pihak tampaknya sama-sama mengalami pukulan, kedua belah pihak Tiongkok dan AS masing-masing telah menaikkan tarif terhadap barang impor. AS ingin mencapai tujuannya untuk menurunkan defisit perdagangan.

Defisit perdagangan AS dengan Tiongkok telah mencapai rekor tertinggi. Meskipun demikian, situasi dapat berubah secara fundamental. Pemerintahan Trump meningkatkan tarif impor dari 10% untuk 200 miliar RMB dengan menaikan tarif 25% untuk 267 miliar (RMB = 0,14 USD).

Pada 4 Oktober, Wakil Presiden AS Michael Pence kembali merilis "pidato keras" terhadap Tiongkok. Baru-baru ini, perang dagang Sino-AS telah meningkat, dan Washington dan Beijing telah menetapkan kenaikan tarif, dan ketegangan antara perdagangan bilateral telah muncul.

Sumber: www.cnbc.com
Sumber: www.cnbc.com
Pandangan Presiden Presiden AS Donald Trump terhadap Presiden Tiongkok Xi Jinping telah bergeser dari "teman" menjadi "tidak mungkin menjadi teman". Akankah ketegangan antara Sino-AS menjadi normal? Apakah cara Tiongkok dalam menangani perang dagang sudah tepat? Apa reaksi orang Amerika terhadap perang dagang?

Liu Yawei, seorang direktur Program Tiongkok di Carter Center, anggota Institut Luar Negeri Amerika, dan wakil direktur Pusat Penelitian Tiongkok Atlanta, menggambarkan perasaannya dari perspektif orang Amerika Tionghoa dalam kegiatan publiknya. Dia percaya bahwa hubungan Sino-AS sulit untuk pulih dalam jangka pendek. Tiongkok telah salah menilai cara menangani perang dagang ini. Orang-orang Amerika belum bereaksi negatif terhadap perang dagang.

Liu Yawei mengatakan bahwa meskipun Tiongok selalu menekankan bahwa "ada seribu alasan untuk memiliki hubungan baik dengan AS, tidak ada alasan untuk tidak memiliki hubungan yang baik dengan AS," tetapi AS tampaknya adalah musuh khayalan Tiongkok. Pada tahun 2013, film dari akademi militer Tiongkok "Silence Competing" membuat terkejut AS.

Ternyata bahwa apa yang disebut "hubungan baik" Tiongkok hanyalah sebuah artikel yang dangkal, dan selalu menganggap AS sebagai musuh. Ketika AS tiba-tiba mengumumkan Tiongkok sebagai musuhnya tahun ini (2018) dan mengeluarkan serangkaian sanksi terhadap Tiongkok dan sanksi perdagangan, Tiongkok tidak dapat beradaptasi. Setelah 40 tahun pembangunan, hubungan Tiongkok-AS telah mengalami banyak krisis, tetapi tidak selebar sekarang.

Seorang cendikiawan dari Brookings Institution pernah berkata dalam artikelnya yang diterbitkan, "Sekarang tidak ada seorang pun di AS yang berbicara untuk Tiongkok."

Liu Yawei mengatakan bahwa ini adalah kasusnya, dan satu-satunya hal yang saat ini yang membicarkan tentang Tiongkok untuk Washington adalah Michael Swaine, peneliti senior di Carnegie Endowment for International Peace, yang pernah men-tweet bahwa dia "lonely and alone/petarung tunggal" di berbagai forum dan konferensi di AS, tapi tidak laku. Shi Wen percaya bahwa perang dagang Trump melawan Tiongkok adalah sesuatu yang ingin dilakukan oleh presiden AS sebelumnya tetapi tidak memiliki keberanian untuk melakukannya.

Liu Yawei menekankan bahwa ketegangan antara Tiongkok dan AS tidak disebabkan hanya satu kali ini saja, tetapi oleh masalah yang terakumulasi selama bertahun-tahun. Dari masa Richard Nixon hingga 2010, orang Amerika selalu percaya bahwa melalui "kebijakan kontak/conrtact policy" dan pertukaran tingkat ekonomi, tiongkok dapat bergerak ke arah AS dan sistem menjadi lebih terbuka.

Namun, bertentangan dengan harapan, pemahaman tentang AS ini mulai berubah dari 2012. Khususnya selama Kongres Nasional ke-19, AS mencoba untuk mengubah impian Tiongkok agar sepenuhnya terbangun. Penggunaan globalisasi Tiongkok telah semakin kuat, dan visi Tiongkok untuk masa depan adalah bertentangan dengan AS, AS percaya bahwa penerapan "kebijakan kontak" harus direm dan hubungan Sino-AS harus ditinjau kembali.

Namun pendapat Liu Yawei diatas tidaklah bisa dianggap benar, dan tidak bisa mewakili pendapat dan sikap sebagian besar warga AS terhadap Tiongkok. Sedang tindakan Trump mengadakan perang dagang tujuan untuk mengambil keuntungan pada pemilu pertengahan waktu AS yang akan diadakan tahun ini.

Menurut seorang profesor ekonomi dari Universitas Qinghua, Beijing, Wei Jie mengatakan, model dan orientasi ekspor Tiongkok telah berubah. Bahkan jika AS mengenakan tarif pada barang-barang Tiongkok sebesar 500 miliar USD, dampaknya terhadap PDB Tiongkok hanya 0,7%, dan Tiongkok dapat bertahan. Berdasarkan laporan 301, sebenarnya dari pihak Tiongkok tidak menginginkan perang dagang, tapi jika AS berikeras Tiongkok siap untuk bertempur sampai akhir.

Meskipun media AS telah melaporkan tentang perang dagang, Liu Yawei mengatakan bahwa orang-orang Amerika belum bereaksi terhadap perang dagang, Mungkin baru akan jelas ketika Natal tiba, karena semua barang yang dibutuhkan untuk Hari Thanksgiving, Natal dan hari-hari perayaan lainnya diimpor dari Tiongkok, tidak akan bijaksana bagi Tiongkok untuk menaruh harapan pada rakyat Amerika, saya tidak tahu untuk berapa lama yang dibutuhkan bagi orang Amerika untuk merasakan "tidak bisa makan" karena kenaikan harga.

Butuh beberapa waktu bagi warga AS untuk menanggapi posisi kartu Trump, dan dampaknya terhadap kebijakan AS akan relatif tertinggal. Oleh karena itu, pada saat hubungan Sino-AS telah mengalami perubahan kualitatif, Tiongkok harus benar-benar siap.

Pada 23 Agustus, Donald Trump mengadakan pertemuan untuk membahas Undang-Undang Reformasi Tinjauan Resiko Investasi Asing dengan anggota Kongres dan pejabat kabinet. Sebagai bagian dari Undang-Undang Otorisasi Pertahanan Nasional, Undang-Undang mengharuskan Komisi Investasi Asing AS (CFIUS) untuk melakukan tinjauan yang lebih ketat terhadap akuisisi asing terhadap perusahaan-perusahaan AS. 

Pada tahun lalu, pemerintah AS telah berulang kali menghentikan perusahaan latar belakangnya didanai Tiongkok untuk mengakuisisi perusahaan AS atas dasar keamanan nasional.

Perubahan ini tidak diragukan lagi diarahkan untuk siapa. Bahkan, meskipun Trump sendiri tidak mengarahkan RUU ke Tiongkok, banyak anggota Kongres telah menunjukkan jari mereka ke Tiongkok, mengatakan bahwa "RUU itu telah mengambil langkah penting dalam menyelesaikan ancaman keamanan nasional yang ditimbulkan oleh Tiongkok."

Tindakan Tiongkok

Pengurangan pajak di Tiongkok disiapkan untuk perang perlawanan jangka panjang

Ketika perang perdagangan terus memanas, tiongkok telah bersikukuh, dan bermaksud untuk siap melakukan perang jangka panjang dengan Trump. Beijing mengumumkan pada 26 September akan mengurangi tarif impor pada lebih dari 1.500 barang mulai dari 1 November.

Hanya beberapa hari setelah dimulainya putaran baru perang perdagangan antara kedua belah pihak, dewan eksekutif Dewan Negara Tiongkok memutuskan bahwa tingkat tarif total akan berkurang dari 9,8% tahun lalu menjadi 7,5%.

Langkah-langkah tarif tahun ini diharapkan dapat mengurangi pengeluaran korporasi dan konsumen sebesar 60 miliar yuan RMB (RMB=0.14 USD). Sebagai contoh, tarif pajak rata-rata untuk peralatan mekanik dan listrik dengan permintaan yang besar di pasar Tiomgkok berkurang dari 12,2% menjadi 8,8%, sementara tarif rata-rata untuk tekstil dan bahan bangunan menurun dari 11,5% menjadi 8,4%.

Wakil Presiden Tiongkok Wang Qishan menyatakan tidak takut dengan perang dagang Sino-AS, Ia percaya bahwa Tiongkok akan menang, karena Wang Qishan ketika bertemu dengan delegasi keuangan AS pada bulan September, tidak hanya mengenakan piyama tetapi juga berteriak satu sama lain dan berkata, "Bisakah Anda melawan kami? Rakyat jelata kami bisa makan rumput selama setahun! "

Wang Qishan berkata, "Orang Tiongkok tidak membeli asuransi hari tua, tidak ke dokter, tidak makan daging, tidak naik mobil, tidak mandi. Tidak ada masalah dalam satu atau dua tahun. Apakah Anda orang Amerika bisa tahan menderita?"

Selanjutnya kepada delegasi keuangan AS, Wang Qishan mengatakan, "Jika Anda (AS) terus bersikeras, perusahaan-perusahaan Amerika akan lari dari AS semua, istirahat, dan meninggalkan AS semua masalah! Anda lebih baik kembali untuk meringkus Trump, jika tidak AS akan selesai!"

Meskipun Tiongkok akan mengalami kerugian tertentu dalam perang dagang ini, dan juga akan mempengaruhi kepercayaan investasi para pengusaha asing di Tiongkok. Namun, beberapa data menunjukkan bahwa meskipun demikian, investor asing masih memiliki kepercayaan untuk Tiongkok.

Meskipun dampak perang dagang Sino-AS terhadap investasi asing di Tiongkok akan tertunda untuk beberapa waktu, data di atas menunjukkan bahwa investasi asing ke Tiongkok tetap meyakinkan bahkan dalam kasus dampak negatif pada perang dagang tidak terlihat.

Keyakinan ini berasal dari lima aspek. Pertama-tama, Tiongkok masih memiliki kesempatan untuk tumbuh dalam produksi dan konsumsi. Diperkirakan bahwa jumlah kelas menengah global akan mencapai 4,9 miliar pada 2030, dua pertiga di antaranya akan terkonsentrasi di Asia, sebagian besar terkonsentrasi di Tiongkok.

Kesempatan untuk integrasi produksi dan konsumsi pertama-tama akan tercermin dalam keterbukaan pasar Tiongkok, yang akan menarik lebih banyak perusahaan multinasional untuk melakukan kegiatan komersial di Tiongkok, Tiongkok akan berkontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi dunia dengan memposisikan negara konsumen utama.

Pada saat yang sama, dengan gaya hidup baru yang dibawa oleh revolusi teknologi baru, kelas menengah yang baru tumbuh di Tiongkok memiliki penerimaan yang relatif tinggi terhadap produk-produk baru.

Kamar Dagang Jepang menyebutkan dalam "Buku Putih tentang Perekonomian Tiongkok dan Perusahaan Jepang pada tahun 2018" bahwa investasi perusahaan Jepang dalam industri robotik dan komponennya telah meningkat, dan investasi dalam industri jasa dan ritel juga meningkat. Dapat dilihat bahwa investasi perusahaan Jepang di Tiongkok telah bergeser dari penjualan berorientasi ekspor ke domestik di Tiongkok.

Kedua, keunggulan rantai industri Tiongkok dapat memberikan dukungan pendukung yang lengkap untuk produksi perusahaan yang didanai asing. Industri manufaktur dapat dikembangkan tanpa harus dari basis nol. Keuntungan Tiongkok berasal dari rangkaian lengkapnya industri, kapasitas produksi skala besar, infrastruktur lengkap, sistem pendukung industri yang sempurna, dan optimalisasi faktor tenaga kerja secara terus-menerus.

Harus ditekankan bahwa kompleksitas mata rantai industri lebih mungkin menarik investasi asing daripada skala. Sejak kontes perdagangan antara Tiongkok dan AS pada Maret tahun ini, perusahaan asing seperti BMW dan Tesla telah memperluas kapasitas produksi mereka di Tiongkok.

Alasan utamanya adalah karena Tiongkok adalah simpul kunci dalam rantai industri global dan rantai pasokan, dan memiliki kemampuan untuk memberikan layanan yang efisien kepada perusahaan asing. Dukungan industri yang komprehensif.

Ketiga, kapasitas skala produksi Tiongkok dan inovasi di negara maju dapat saling melengkapi. Di negara-negara maju, perusahaan atau perorangan memiliki kemampuan inovasi yang kuat.

Namun, dari riset dasar hingga riset terapan hingga komersialisasi dan produksi berskala besar, ini adalah rantai panjang, kapasitas produksi skala besar Tiongkok dan pasar besar menjadi hal yang menarik. Perusahaan inovatif berinvestasi di Tiongkok, yang akan memungkinkan pencapaian teknologi maju asing untuk dikomersialkan dengan cepat dan meminimalkan biaya.

Keempat, meskipun dampak perang dagang belum muncul, secara keseluruhan, pemulihan moderat dalam ekonomi dunia akan memberikan kondisi eksternal yang menguntungkan bagi Tiongkok untuk menarik investasi asing. Sejak 2017, PDB global telah mencapai pertumbuhan rata-rata 3,8%. Dana Moneter Internasional (IMF) memprediksi bahwa tingkat pertumbuhan ekonomi global tahun ini akan menjadi 3,9%.

Kelima, Tiongkok terus meningkatkan keterbukaannya ke dunia luar dengan tindakan praktis, dan pembatasan investasi secara bertahap menurun. Menurut Indeks Pembatasan Investasi yang diterbitkan oleh Organisasi untuk Kerjasama Ekonomi dan Pembangunan (OECD), peringkat Tiongkok terus menurun ke tempat ke-4 sejak 2015, menunjukkan bahwa lingkungan investasi terus membaik.

Menurut edisi 2018 dari "Tindakan Manajemen Khusus untuk Akses Investasi Asing (Daftar Negatif)", daftar negatif telah dikurangi dari 63 menjadi 48, dan akses pasar luar negeri dari tiga industri utama telah dilonggarkan, meliputi bidang-bidang seperti keuangan, sumber daya dan pertanian. 

Edisi 2018 dari "Tindakan Manajemen Khusus untuk Akses Investasi Asing di Zona Perdagangan Bebas (Daftar Negatif)" juga berkurang dari 95 di edisi 2017 menjadi 45, dan pelaksanaan investasi asing di bidang pertanian, pertambangan, budaya, telekomunikasi bernilai tambah dan bidang lainnya lebih santai. Inisiatif.

Pada saat yang sama, Tiongkok telah semakin menurunkan ambang persetujuan investasi dan meningkatkan tingkat fasilitasi investasi, sehingga menarik lebih banyak investasi asing atau memperluas investasi di Tiongkok.

Tampaknya Tiongkok memiliki tekad dan tindakan untuk terus memperluas keterbukaannya, yang sangat langka saat ini ketika proteksionisme perdagangan banyak kembali didengungkan. 

Tiongkok berkomitmen untuk membangun platform kerja sama baru seperti "Belt and Road" dan "Tiongkok-ASEAN", memperkuat kerjasama di antara negara-negara BRICS dan mempertahankan sistem ekonomi dan perdagangan multilateral.

Dalam proses membuka, mengejar "kemitraan" persamaan dan saling menguntungkan, daripada "hubungan aliansi" arogansi, telah memberikan kepercayaan dan kepercayaan diri kepada modal asing. Dapat dilihat bahwa selama ekonomi Tiongkok beroperasi dengan lancar, pasarnya yang besar dan kapasitas pendukung industri yang baik akan terus menarik investasi asing.

Di satu sisi, Tiongkok terus membuka pintunya bagi investasi asing, sementara di sisi lain, AS membebankan hambatan pada investasi asing. Modal mencari keuntungan tanpa mengenal teritori, bagaimana memilih tempat usaha, tak usah dikatakan.

"Shanghai Lun Tong" (/Huluntong)

Yang dimaksud dengan "Shanghai Lun Tong" mengacu pada interkoneksi pasar saham London dan Shanghai, yaitu, investor daratan dapat membeli saham individu yang terdaftar di Bursa Efek London melalui Bursa Efek Shanghai, pada saat yang sama, investor Inggris juga dapat berdagang melalui London Stock Exchange.

Membeli beberapa saham A yang terdaftar di Shanghai. Karena London tetap menjadi salah satu pusat keuangan terpenting di dunia, dampaknya terhadap keuangan dunia tidak perlu dipertanyakan lagi. Pengaruh Shanghai-Hong Kong Stock Connect dan Bursa Saham Shenzhen-Hong Kong di pasar keuangan Tiongkok tidak sejajar dengan Lunhutong, Jelas, arti "Huluntong" akan jauh lebih besar daripada Shanghai-Hong Kong Stock Connect dan Shenzhen-Hong Kong Stock Connect.

Sebelumnya, Tiongkok telah membuka "Bursa Saham Shenzhen-Hong Kong" dan "Shanghai-Hong Kong Stock Connect" masing-masing pada tahun 2014 dan 2016, yang telah meningkatkan pembiayaan margin dan kapasitas peminjaman surat berharga antara Hong Kong dan perusahaan daratan. "Huluntong" adalah langkah pertama dalam hubungan antara pasar negara sudah berkembang terbesar di dunia dan pasar mampan internasional tertua.

Ini tidak hanya akan membuat pasar sekuritas Tiongkok lebih meng-internasional dan legal, tetapi juga memberikan perusahaan Inggris dengan partisipasi mendalam di pasar modal Tiongkok dan berpeluang lebih besar. Investor internasional dapat memperoleh dukungan keuangan yang lebih nyaman melalui "Huluntong" dan meningkatkan peluang untuk kerjasama pasar pihak ketiga.

PM Tiongkok Li Keqiang mengatakan dalam sebuah pertemuan dengan Menteri Luar Negeri Inggris Jeremy Hunt bahwa kedua pihak harus mengambil kesempatan untuk membuka proyek "Huluntong" selama tahun ini dan secara aktif mengembangkan titik-titik pertumbuhan kerjasama baru untuk mencapai hasil timbal balik dan hasil menang-menang (win-win) dengan lebih baik.

Tidak diragukan lagi, "Huluntong" akan menjadi catatan kaki baru untuk pembukaan pasar modal Tiongkok. Sebelum ini, produk berjangka open-end pertama di Tiongkok.

Mminyak mentah berjangka, terdaftar di Shanghai Futures Exchange, dan saham-A sebagian dimasukkan dalam Indeks Mingsheng Emerging Markets, dari pertama kalinya pihak asing diizinkan untuk memiliki 51% saham perusahaan efek perusahaan patungan dan perusahaan keuangan, untuk lebih meliberalisasi ruang lingkup investor asing untuk berpartisipasi dalam transaksi saham-A, serangkaian tindakan terbuka di pasar modal Tiongkok, telah menarik peningkatan arus masuk modal asing.

Menurut data dari Administrasi Negara Pertukaran Mata Uang Asing Tiongkok, arus masuk modal lintas-batas dari investasi sekuritas asing di Tiongkok pada paruh pertama tahun ini meningkat dengan dua digit.

Menurut statistik dari Komisi Regulasi Sekuritas Tiongkok, dari Januari hingga Juli 2018, akumulasi arus masuk bersih dana luar negeri ke pasar A-shares adalah 161,6 miliar yuan (1RMB = 0,14 USD). Meskipun terjadi intensifikasi friksi perdagangan global pada bulan Juni dan Juli, arus keluar masuk bersih ke pasar A-saham masih mencapai 49,8 miliar yuan.

Di pasar modal, kepercayaan lebih penting daripada emas. Masuknya arus masuk modal asing menunjukkan kepercayaan dalam pembangunan ekonomi Tiongkok.

Faktanya, investor asing telah lama menunggu pasar keuangan dan margin keuntungan di Tiongkok yang besar. Setelah "Shanghai Luntong" dibuka sepanjang tahun, mereka tidak diragukan lagi akan membiarkan mereka berbagi "kue" yang lebih besar. Dilaporkan bahwa lembaga keuangan besar di Eropa dan Asia telah mengajukan aplikasi yang relevan dalam memperluas proporsi saham keuangan yang didanai asing dan memperluas ruang lingkup bisnis mereka.

Dari ilustrasi diatas dapat dibayangkan dan diterka-terkah siapakah yang kiranya akan lebih bertahan dalam perang dagang yang dilancarkan Trump-AS ini.

(Baca: Mengenal Apa Itu "Shanghai Cooperation Organization" & Perang Dagang AS-Tiongkok )

Sumber: Media TV dan Tulisan Luar Negeri

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun