Mohon tunggu...
Sucahya Tjoa
Sucahya Tjoa Mohon Tunggu... Konsultan - Lansia mantan pengusaha dan konsultan teknik aviasi, waktu senggang gemar tulis menulis. http://sucahyatjoa.blogspot.co.id/

Lansia mantan pengusaha dan konsultan teknik aviasi, waktu senggang gemar tulis menulis. http://sucahyatjoa.blogspot.co.id/

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Jalur Sutra Maritim Kuno dan Penyebaran Budaya Sutra, Porselen dan Teh

11 Desember 2016   13:19 Diperbarui: 11 Desember 2016   13:24 195
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber:Avian Aqua Miser Waterer & Hujiang Chinese

Budaya Sutra

Semua sejarawan dan peneliti mengakui bahwa orang Tiongkok adalah penemu sutra. Orang pertama dunia yang memelihara ulat sutra yang kemudian diolah hingga menjadi kain sutra. Budi daya ulat sutra Tiongkok memiliki sejarah lebih dari 6.000 tahun.

Legenda menceritakan, Permaisuri dari Kaisar Kuning (Huangdi 黄) yang bernama Xiling Shi (西陵氏), ketika minum teh dibawah pohon murbei cangkir tehnya kejatuhan kepompong/cocoon ulat sutra, ketika kepongpong yang masuk ke dalam teh hangatnya di angkat tenyata mendapatkan seutas benang putih dari kepompong tersebut, benang ini sangat kuat dan panjang yang bisa dia untai di jarinya. Menyadari benang ini bisa dipintal dan ditenun menjadi kain, maka sejak itu lahirlah industri kain sutra dengn teknik pemiliharaan ulat sutra hingga pemintalan benang dan menenun kain sutra ketika pada Dinasti Shang (tahun 1.600SM- 1046SM) ditemukan alat tenun.

Setelah lebih dari 2000 tahun orang Tiongkok merahasiakan teknik pemeliharaan ulat sutra hingga menenun kain sutra untuk dirinya sendiri, dengan peraturan siapapun yang terbukti menyelundupkan telur ulat sutra, kepompong sutra, dan bibit murbei akan dihukum mati. Pakaian sutra yang dipakai kaisar dan bangsawan menjadi indikasi kekayaan, masyarakat umum dilarang memakai sutra.

Sumber: CCTV China
Sumber: CCTV China
Altar Dewi Ulat Sutra – Xiancantan terdapat di Beihai Park, Beijing Tiongkok. Pada Qing Dinasti, setiap bulan Maret musim semi, orang-orang pribadi selalu melakukan Upacara Kepercayaan disini. Menurut tradisi orang Tiongkok kuno pria bertani dan perempuan menenun, kaisar akan bertani secara pribadi dan Ratu akan memimpin dayang-dayang untuk menyembah Dewi Ulat Sutra untuk bertindak model keibunan bangsa dan berdoa agar diberi cuaca yang menguntungkan dan panen ulat sutra yang baik.

Dlam hal ini, ulat tidak hanya dipandang sebagai ulat yang menghasilkan sutra, tetapi dianggap sebagai makluk ajaib yang dapat menghubungkan manusia dengan para dewa, sehinga substansi spritual dari orang-orang yang cukup sandang dan pangan sebagai ikon peradaban petanian orang Tiongkok.

Sebenarnya sejarah ulat sutra di Tiongkok dapat ditelusuri kembali ke 3.000 atau 4000 SM, di pertengah zaman Neolitik, dalam sejarah dalam waktu yang sangat lama, orang Tiongkok adalah satu-satunya negara yang memiliki dan menggunakan Sutra.

Tersebarnya Sutra Ke Luar Tiongkok

Sutra Tiongkok pertama diekspor ke India dan Asia Tengah melalui Jalan Sutra, dan kemudian dijual kembali ke Eropa oleh pedagang India dan Persia. Ketika pertama tiba si Yunani kuno dan Romawi kuno, orang Romawi dan Yunani sangat kagum dan bingun dengan dengan sutra ini, bagaimana dibuatnya.

Mereka hanya tahu kain yang indah ini berasal dari negara Orinetal atau di timur yang jauh sekali, sehingga mereka menamakan dengan Seres. Dan Seres menjadi nama asing untuk sesuatu dari Tiongkok.

Orang-orang Eropa pada waktu itu tidak tahu negaera ini. Barang pertama yang mereka lihat adalah Sutra, sehingga kata dan istilah Seres muncul. Kita bisa menerjemahkannya kedalam istilah Sailisi dan sebagainya. Jadi Seres itu mengacu pada Sutra. Akar kata dari bahasa Latin dari Ser. 

Berdasarkan akar kata ini, Ser berarti berat, rumit, sistematis, tetapi juga indah. Jadi dari kata ini menurut sejarahwan bisa dilihat masyarakat Eropa dan persepsi masyarakat internasional kala itu, oleh mereka dianggap produk-produk Tiongkok yang rumit dan mereka tidak bisa mengelola untuk meniru dan menyalinnya, tetapi orang Tiongkok bisa melakukannya dan bisa membuatnya indah.

Bahkan kata ini hingga kini masih digunakan. Masyarakat internasional masih ada yang menganggap negara Tiongkok sebagai negara misterius yang mereka ingin ungkapkan tabirnya.

Di Kuil Parthenon , Yunani, ada patung “Fatal Sister” yang memakai jubah transparan yang terbuat dari sutra.

Sumber: retrogradecanvas.wordpress.com
Sumber: retrogradecanvas.wordpress.com
Suatu hari di abad pertama SM (Sebelum Masehi), Julius Caesar dari Romawi kuno pergi ke teater. Ketika ia muncul di tribun dengan segera menjadi perhatian khalayak ramai. Ia mengenakan jubah panjang dan indah dari sutra, Caesar tampak berseri-seri. Dengan sejenak, pakaian sutra  menjadi populer di seluruh masyarakat elit dan tingkat tinggi, sutra menjadi barang mewah yang diminati oleh para pejabat kerajaan dan bangsawan.

Sebelum itu, kain untuk pakaian orang Romawi kuno terutama dari bahan wol dan linen yang relatif kasar. Kelembutan dan kehalusan sutra telah menjadi suatu yang baru dan perasaan anyar bagi Romawi.

Menurut catatan sejarah, harga sutra Tiongkok semahal emas. Pada puncaknya, harga sutra itu bahkan 12 tael emas per pon. Pada saat itu orang Romawi masih tidak tahu apa-apa tentang asal dan cara membuat sutra yang asli.

Dalam rangka untuk mendapatkan keuntungan yang tinggi untuk waktu yang lama, para pedagang India dan Persia selalu menjaga ketat tentang asal dari sutra tersebut. Untuk waktu yang lama, orang-orang Romawi percaya bahwa sutra adalah semacam wol yang tumbuh dari sejenis pohon ajaib di Seres. Yang jelas ini adalah kebohongan yang tidak masuk akal yang sengaja dibuat oleh para pedagang India dan Persia untuk menutupi kebanaran demi keuntungan dagang mereka.

Kebenaran dan rahasia membuat sutra belum terungkap sampai tahun 166 masehi, ketika Marcus Aurelius atau pendahulu Antonius Pius mengirim utusan ke Tiongkok melalui jalur laut. Ini menjadi catatan paling awal  dari interaksi langsung antara Tiongkok dan Eropa.

Sejak itu barulah orang Romawi mengetahui dan mengerti sutra itu seperti laba-laba dan itu dihasilkan dari ulat sutra yang diberi makan daun murbei.

Dalam abad ke-3 dan ke-4, Roma telah menjadi kosumen besar sutra. Tetapi untuk waktu lama perdagangan sutra Tiongkok masih dimonopoli oleh para pedagang Persia. Dalam rangka untuk mengubah situasi ini, Kekasairan Romawi  dan Parthia (Persia Kuno) saling besaing untuk waktu yang lama.

Ketika upaya damai tidak tercapai pada tahun 571 M,  Kaisar Justinian I dari Kekaisaran Romawi Timur bersatu dengan Turki Khanate menyerang Perisa. Dalam sejarah,  perang di Barat yang terkenal ini disebut Perang Sutra, perang ini berlangsung selama lebih dari 20 tahun dan hasilnya ambigu (tidak menentu siapa menang siapa kalah).

Pada abad ke-12 selama Perang Salib, Roger II kasiar dari Italia Selatan mengangkap lehih dari 2.000 pekerja sutra dari Timur dan membawanya ke Italia untuk mengembangkan industri sutra, dari memelihara ulat sutra, memintal dan menenun kain sutra. Dan mempromosikan perkembangan industri sutra Italia dengan pesat. Hingga abad ke-13 Italia telah menajdi pusat industri sutra di Eropa.

Pada awal abad ke-16 untuk menyaingi dan menyingkirkan Italia untuk sutra, Prancis mulai mengembangkan  industri sutra sendiri.

Pada tahun 1536, atas dukungan Francois I, Raja Prancis, penenunan  sutra pertama dibangun di Lyons dan sekelompok pekerja terampil disewa dari Genoa, Italia untuk diperkerjakan disana.

Pada tahun 1544, jumlah pekerja sutra dari Lyons ada sebanyak 12.000 pekerja yang merupakan peringkat pertama di Eropa. Di Prancis hampir di semua kastil terkenal dan istana untuk dekorasi ruangan dari tirai gorden di aula dan dekorasi furnitur atau perabotannya dibuat dari sutra Lyons. Termasuk Istana Fontainebleau, Versailles, Museum Louvre dan tempat lainnya. Sutra menjadi tanda keindahan dan kemewahan, ini menjadi “kartu bisnis” Tiongkok.

Dalam milenium terakhir yang lama, kalifah onta yang menuju ke Barat melalui gurun dari Chang’an kuno, dan kapal dagang Tiongkok berlayar di lautan terutama melakukan transportasi sutra. Jumlah besar sutra diekspor tidak hanya meningkatkan standar hidup rakyat, Tetapi juga telah sangat memperkaya imajinasi manusia dan mempromosikan perkembangan peradaban dunia.

Dengan membayangkan dan merenungkan memori lama dengan melayang jauh kebelakang, seiring berjalannya waktu dan Seres, nama yang digunakan untuk merujuk ke Tiongkok, dengan berjalannya waktu ke depan pada kala itu Porselen menggantikan untuk mengacu Tiongkok dan tidak lagi sutra.

Maka Jalur Sutra kuno masuk ke tahap baru dan sesuatu yang baru dari kebudayaan Tiongkok menyebar ke dunia.

Porselen Mengacu Untuk Tiongkok

Mulai saat itu Porselen telah mengacu untuk Tiongkok. Orang Barat jika menyebut Tiongkok sama dengan Porselen. Istilah Porselen berbagi sama artinya dengan Tiongkok. 

Di area sebelah timur Sumatera tepatnya di sekitar Pulau Belitung, Indonesia, pada 1998 ditemukan kapal Karam Arab yang kemudian disebut Batu Hitam, dari kapal karam ini dapat diselamatkan 67.000 keping porselen Tiongkok yang terbuat pada zaman Dinasti Tang (tahun 68-901 M),  diantaranya yang paling banyak ada sekitar 56.500 buah porselen Changsha, Hunan, dan ada sekitar 200 buah porselen Celedon, 350 buah porselen putih, 200 potongan porselen dekoratif dengan glasir putih dan hijau dan sebagainya. Ini membuktikan bahwa pada saat itu porselen merupakan komoditi utama ekspor Tiongkok.

Sepanjang pesisir di pantai perairan Tiongkok, kapal karam kuno yang ditemukan juga terdapat banyak porselen lebih dari 2.000an buah, semua itu terutama merupakan peralatan porselen buatan Tiongkok.

Nanhai One kapal karam yang sudah diekavasi dan ditempatkan di Museum Jalur Sutra Maritim di Yangjiang , Guangdong (广东阳江) mendapati 60.000 hingga 80.000 buah peninggalan budaya yang terkenal, dan proselen mejadi bagian terbesar dari penemuan ini. Juga terdapat kapal seperti Wanjiao One, Huanghuajiao One, Nan’ao One dan sebagainya.

Sejumlah besar dari porselen yang ditemukan di kapal karam ini diperuntukan ekspor, terdiri dari peralatan rumah tangga  porselen yang dibuat di kiln Tiongkok kuno.

Sebelum porselen Tiongkok masuk ke Eropa biasanya peralatan rumah tangga meeka dibuat dari gerabah, kayu  dan logam, terutama dari gerabah yang kasar dan berat yang digunakan sebagai pealatan makan.

Di beberapa negara Asia Tenggara sebelum porselen di impor dari Tiongkok, kebiasaan orang lokal setempat menggunakan tangan sebagai wadah makanan atau menggunakan kontainer yang mereka bisa dapatkan seperti daun, batok kelapa yang memang banyak didapati di daerah tersebut untuk kontainer makan dan minum.

Porselen Tiongkok telah mengubah gaya hidup orang-orang di semua benua. Poeselen dari negara oriental kuno telah megejutkan dan dikagumi di Eropa. Di mata orang Barat, terlepas dari kepraktisan porselen Tiongkok juga menjadi kombinasi sempurna dari seni dan barang keajinan.

Hanya mereka belum bisa membayangkan bagaimana orang Tiongkok membuatnya dengan lumpur dan dibakar untuk membuat semua karya seni ini. Jadi mereka sangat menghargai barang ini sebagai barang langka, dan mereka dengan mengejutkan menambah menjadi kemasan mahal dengan membubuhi emas dan perak di pinggiran peralatan porselen mereka, atau pada bagian pegangannya.

Untuk waktu sangat lama, porselen Tiongkok menempuh perjalanan jauh melalui padang pasir dan lautan dari ribuah kilo meter jauhnya, menjadi suatu barang kemewahan yang hanya bisa dinikmati oleh para penjabat kerajaan dan bangsawan sebagai barang langka dan berharga tinggi.

Di Eropa selama abad ke-16, porselen Tiongkok dianggap misterius dan barang langka dan mahal harganya.

Diyakini di Eropa pada kala itu, selama proses pembuatan porselen, perlu diberikan kekuatan supranatural dengan dirancang bangun yang bisa untuk mengetes racun. Jika barang atau makanan beracun dimasukan ke dalam porselen Tiongkok, porselen itu akan retak. Itu sama seperti di istana kekaisaran Tiongkok kuno yang berlangsung sangat lama, yang dipercaya jika peralatan/perabotan yang terbuat dari perak digunakan untuk menguji apakah makanan telah diracuni.

Selama panjang sejarah yang sangat lama dari Dinasti Tang, Diansti Ming  hingga Qing pada saat jayanya, porselen telah menjadi daya saing inti Tiongkok di pasar perdagangan internasional selama lebih dari 1.000 tahun.

Penyebaran Kebudayaan Minum Teh

Sebuah porselen telah ditempatkan di Museum Nasional Jepang di Tokyo dan diberi nama aneh Leech Teacup (cangkir teh lintah). Cerita dari kisah cangkir teh ini adalah terjadi pada suatu hari pada abad ke-15, Ashikaga Yoshimasa penguasa tetinggi Jepang pada saat itu, memperoleh hadiah cangkir teh buatan Longquan kiln (龙泉窑 ) Tiongkok pada abad ke-12.

Ashikaga Yoshimasa sangat menyukai cangkir teh tersebut, tapi sayangnya bagian bawah cangkit teh tersebut retak, dia meminta seseorang untuk memesan cangkir yang serupa ke Tiongkok dan ingin agar Longquan kiln bisa membuat cagkir yang serupa satu lagi.

Tapi Longquan kiln tidak bisa membuat yang sejenis dan serupa yang sama lagi. Terpaksa seorang pengrajin Tiongkok mengatasi dengan cara unik dan lain, dengan hanya memperbaiki dengan memasang semacam klem. Kemudian dikirim kembali kepada Ashikaga Yoshimasa di Jepang. Hasilnya cangkir itu tampak seperti tertempel lintah pada bagian yang retak. Oleh karena itu kemudian cangkir teh tersebut diberi nama “Cangkir Teh Lintah/ Leech Tecup.”

Sumber: Ilustrasi CCTV China, youtube.com
Sumber: Ilustrasi CCTV China, youtube.com
Kini cankgir teh tesebut telah menjadi salah satu “kapal rusak” (peninggalan) yang terkenal di dunia dan sepotong peninggalan sejarah nasional Jepang.

Saling Tukar Seni Budaya Antar Benua

Seni porselen Tiongkok sangat dipengaruhi Rococo, salah satu gaya artistik di Eropa pada abad ke-18. Seni porselen yang diukir seperti kristal yang indah sehingga menghasilkan seni porselen indah sesuai dengan selera estetika kalangan istana Prancis dan yang akhirnya meresap dalam kesenian Prancis dan bahkan kesenian Eropa.

Terutama lukisan halus pada porselen Tiongkok, dengan kombinasi pengaturan emas dan perak dengan ornamen yang lembut dan lengkung indah, ini merupakan pengaruh dari gaya artisitik Rococo Prancis langsung. Gaya ini tidak hanya tercermin pada pakaian, tetapi juga pada jenis seni lainnya, seperti arsitektur, lukisan dan sebagainya.

Rococo adalah gaya artistik populer pada abad ke-17 hingga ke abad ke-18 di Eropa. Hal itu dipengaruhi porselen Tiongkok dan kesenian Tongkok pada waku itu, terutama lukisan burung dan bunga dan pola hiasan orang Tiongkok, yang sangat ringan dan fleksibel. Dan Rococo pada gilirannya juga mempengaruhi orang Tiongkok.

Sumber: Ilustrasi dari CCTV China. youtube.com
Sumber: Ilustrasi dari CCTV China. youtube.com
Bisa dilihat dengan jelas perabotan porselen pada zaman Kaisar Yongzheng Dinasti Qing menunjukkan gaya artisitik  Rococo, yang ditandai adanya ciri-ciri jejaknya seperti ditekan di atasnya, dimana banyak garis lengkung yang indah, termasuk pada funitur dan hiasan batu giok. Dan memiliki warna yang indah, seperti warna  pink atau merah muda yang lembut yang sangat indah dan hijau yang lembut.

Porselen Tiongkok yang perwujudannya halus merupakan salah satu ikon dari budaya orang Tiongkok. Melalui Jalur Sutra Maritim porselen Tiongkok menyebar ke seluruh pelosok dunia, termasuk istana elegan kerajaan dan bangawan Barat, hingga ke dapur orang biasa. Sehingga mengubah cara hidup dunia dan penampakan  dari dunia.

Budaya Teh

Jika Porselen dan sutra tercatat dalam sejarah bahwa orang Tiongkok yang telah berkontribusi besar kepada peradaban materi kuno dunia,  maka teh Tiongkok dan budaya teh telah membawa kualitas humanistik oriental dan arah elegansi bagi dunia.

Teh berasal dari Tiongkok. Lu Yu (陆羽) dari Dinasti Tang (tahun 618-907 M) Tiongkok yang pernah menulis dalam kitab “The Classic of Tea” (茶 经). Shennong (神农氏) adalah orang pertama yang minum teh  sebagai minuman. Shennong yaitu Kaisar Yan (炎帝) yang mulai mempraktekkan minum teh sebagai minuman di Tiongkok.

Sumber: www.linhzhiminthailand.com
Sumber: www.linhzhiminthailand.com
Menurut kitab “Classic of Hebal Medicine” (神农本草经) yang telah tertulis komplit/lengkap  pada Dinasti Han Timur (tahun 25-220 M). Shennong telah mencicipi berbagai jenis tumbuhan obat-obatan dan menemukan 72 herbal beracun per hari yang dapat di detoksifikasi atau dinetralkan racunnya dengan teh.

Pada umumnya, orang-orang Tiongkok mulai minum teh sebagai minuman,  sedikitnya sejak Dinasti Han Barat (tahun 265SM – 6 M), yang telah lebih dari 2.000 tahun dari sekarang.

Teh memiliki yang tak tergantikan dalam kehidupan orang-orang Tiongkok. Dari Kaisar, jenderal, menteri, sastrawan dan penulis poster, pedagang enceran dan PKL, warga sipil semua menikmati teh. Sering kali dikatakan ada tujuh hal dasar dalam kehidupan sehari-hari, kayu bakar, beras, minyak, kecap, saus, cuka dan teh.

Pada zaman Dinasti Tang, kebiasaan minum teh secara bertahap menjadi populer dari selatan ke utara Tiongkok. Orang-orang sangat khusus tentang minum teh pada saat itu. Ada sistem yang lengkap mengenai tata cara pemetikan, produksi teh, produksi perlengkap minum teh (tea set), dan tata cara minum teh.

Budaya unik minum teh Tiongkok muncul dan terjadi dengan cara demikian. Jalur Sutra telah menambah lebih panjang, sehingga teh Tiongkok dan budaya teh juga menjalar keluar negeri. Ningbo disebut Mingzhou pada zaman Tiongkok kuno, di daerah ini teh Tiongkok diproduksi. Teh dimuat dari Pleabuhan Mingzhou dan diekspor ke Korea, Jepang, Asia Tenggara, Persia, dan tempat-tempat lainya. Jalan atau Jalur Teh Maritim mulailah muncul dan terbentuk. Dengan cara ini aroma yang kuat dari teh mengalir keluar ditambah lagi dengan Jalur Sutra Maritim, maka lebih meluaslah penyebaran budaya teh ke dunia.

Ningbo yang disebut Mingzhou pada Tiongkok kuno, teh telah diproduksi disana sejak zaman kuno. Sehingga ada seorang penyair Mingzhou yang benama Shu Dan (舒亶)  yang hidup pada Dinasti Song (tahun ) pernah menulis sebuah puisi tentang teh “Teh Dimuat Ke Kapal Dagang.”

Teh dimuat di Pelabuahn Minzhou dan dikirim ke Jeapng, Korea, Asia Tenggara dan Persia. Oleh karena itu  muncul dan terbentuklah Jalur Maritim Teh. Aroma yang kuat dari teh diperpanjang lagi dengan Jalur Sutra Maritim.

Budaya Teh Di Jepang

Jianzhen (鉴真), seorang biarawan dari Dinasti Tang melakukan perjalanan/berlayar ke arah timur menuju Jepang pada tahun 753 M, dia telah membawa teh dan sejak itu orang Jepang mulai mengenal budaya teh.

Pada tahun 804 M, Saicho (最澄), seorang biksu Jepang dikirim ke Dinasti Tang, Tiongkok untuk belajar agama Buddha, ketika kembali ke Jepang, ia membawa bibit teh. Sejak itu orang-orang Jepang mulai menanam pohon teh dan memproduksi teh. Sebelum lama itu, kebiasaan minum teh hanya populer dikalangan kelas atas Jepang.

Tren Konin Teh terbentuk menandai awal dari upacara minum teh Jepang. Sebelum tren Konin Teh berkembang menjadi budaya Jepang, hal itu terjadi melalui upacara minum teh di kuil, kompetisi teh, akademi upacara minum teh dan beberapa tahapan lainnya.

Porses evolusi ini selalu terkait erat dengan pengenalan terus menerus dari budaya teh Tiongkok. Upacara minum teh Jepang mengandung banyak unsur budaya Tiongkok. Budaya teh di periode Heian di Jepang sesungguhnya disalin dari isi Kitab “Classic of Tea” dari Lu Yu (中国 唐代 陆羽 '茶 经') baik bentuk maupun spritualnya.

Eisa (荣西) adalah pencetus teh Jepang (nenek moyang teh Jepang). Dia pernah belajar agama Buddha di Tiongkok pada zaman Dinasti Song (960-1279 M) ketika kembali membawa teh, perangkat teh (tea set) dan metode membuat teh, hal ini sekali lagi membuat tren baru tentang budaya teh di Jepang.

Kompetisi teh Jepang dipengaruhi oleh budaya teh yang dibawa dari Dinasti Song. Upacara minum teh Jepang diciptakan dalam proses menyerap, mencerna dan mengubah budaya teh Tiongkok.

Budaya teh Jepang mengintegrasikan arsitektur Jepang, dan seni kuliner dan telah menjadi bentuk budaya yang unik dari Jeapng.Yang dengan fokus pada harmoni, hormat, kebersihan dan keheningan, telah memiliki gayanya sendiri diantara budaya-budaya teh dunia.

Budaya Teh Di Korea

Pada tahun kedua era Taihe dari Dinasti Tang (唐太和二年) dari Dinasti Tang yaitu pada tahun 828 M, Lian (大廉) utusan dari Silla (新罗)-Semenanjung Korea ke Tang Dinasti, ketika kembali ke negaranya membawa biji teh dan menanamnya di  Jirisan (智异山) atas persetujuan dari Raja Silla.

Lian menjadi orang pertama yang memperkenalkan teh dari Tiongkok ke Semenanjung Korea dengan catatan tertentu. Tanggal 25 Mei setiap tahun telah menjadi festival teh di Korsel sampai sekarang, pada hari itu pemuda dan pemudi diatas atau yang berusia 20 tahun semua menghadiri upacara minum teh untuk ritus menjadi dewasa pada hari itu.

Selain itu, lima Ritus Nasional yang diadakan di Korsel adalah menyembah Kaisar Yan/Shennong Tiongkok kuno sebagai temanya. Semangat atau spirit dari Tea-Sage (Kebijaksanaan Teh), Kaisar Yan/Shennong diletakkan di sebuah tenda putih, dan orang-orang menawarkan, melayani, minuman dan membuat teh dan minum anggur untuk meminta berkat sambil menyembah Shennong.

Teh Tiongkok resmi dijual ke Inggris pada pertengahan abad ke-17. Karena transportasi mahal dan pemerintah Inggris mengenakan pajak minuman Timur ini hingga 119%, sehingga teh Tiongkok “lapsangsouchong black tea”  (teh hitam lapsangsouchong / 中国正山红茶) berharga sama seperti emas dan perak pada awalnya. Oleh karena itu minum teh menjadi status simbol yang tinggi.

Sejalan dengan perjalanan teh melalui jalur maritim yang makin semarak, setengah dari produksi teh Tiongkok dijual ke Inggris pada pertengahan abad ke-18. Selama periode ini, orang-orang Inggris biasa bahkan telah dapat minum teh sebanyak apapun menurut apa yang mereka mau.

Menurut sebuah lagu rakyat Inggris, dikatakan ketika jam menunjukkan angka 4, segala sesuatu di dunia ini diperuntukkan untuk teh (tea time). Ini menggambarkan tea time orang-orang Inggris yang menjadi tradisi . (Dan Inggris pada jayanya koloninya berada di segala sudut dunia).

Maka Jalur Sutra Maritim merupakan ajang pertukaran peradaban dan budaya dunia. Semoga ke depan Jalur Sutra Maritim Modern abad ke-21 ini juga akan membawa kemakmuran, kesejahteraan dan perdamaian dunia.

Sucahya Tjoa

10 Desember 2016

Sumber: Media TV dan Tulisan Luar Negeri

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun