Mohon tunggu...
Sucahya Tjoa
Sucahya Tjoa Mohon Tunggu... Konsultan - Lansia mantan pengusaha dan konsultan teknik aviasi, waktu senggang gemar tulis menulis. http://sucahyatjoa.blogspot.co.id/

Lansia mantan pengusaha dan konsultan teknik aviasi, waktu senggang gemar tulis menulis. http://sucahyatjoa.blogspot.co.id/

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Jalur Sutra Maritim Kuno dan Penyebaran Budaya Sutra, Porselen dan Teh

11 Desember 2016   13:19 Diperbarui: 11 Desember 2016   13:24 195
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber:Avian Aqua Miser Waterer & Hujiang Chinese

Budaya Sutra

Semua sejarawan dan peneliti mengakui bahwa orang Tiongkok adalah penemu sutra. Orang pertama dunia yang memelihara ulat sutra yang kemudian diolah hingga menjadi kain sutra. Budi daya ulat sutra Tiongkok memiliki sejarah lebih dari 6.000 tahun.

Legenda menceritakan, Permaisuri dari Kaisar Kuning (Huangdi 黄) yang bernama Xiling Shi (西陵氏), ketika minum teh dibawah pohon murbei cangkir tehnya kejatuhan kepompong/cocoon ulat sutra, ketika kepongpong yang masuk ke dalam teh hangatnya di angkat tenyata mendapatkan seutas benang putih dari kepompong tersebut, benang ini sangat kuat dan panjang yang bisa dia untai di jarinya. Menyadari benang ini bisa dipintal dan ditenun menjadi kain, maka sejak itu lahirlah industri kain sutra dengn teknik pemiliharaan ulat sutra hingga pemintalan benang dan menenun kain sutra ketika pada Dinasti Shang (tahun 1.600SM- 1046SM) ditemukan alat tenun.

Setelah lebih dari 2000 tahun orang Tiongkok merahasiakan teknik pemeliharaan ulat sutra hingga menenun kain sutra untuk dirinya sendiri, dengan peraturan siapapun yang terbukti menyelundupkan telur ulat sutra, kepompong sutra, dan bibit murbei akan dihukum mati. Pakaian sutra yang dipakai kaisar dan bangsawan menjadi indikasi kekayaan, masyarakat umum dilarang memakai sutra.

Sumber: CCTV China
Sumber: CCTV China
Altar Dewi Ulat Sutra – Xiancantan terdapat di Beihai Park, Beijing Tiongkok. Pada Qing Dinasti, setiap bulan Maret musim semi, orang-orang pribadi selalu melakukan Upacara Kepercayaan disini. Menurut tradisi orang Tiongkok kuno pria bertani dan perempuan menenun, kaisar akan bertani secara pribadi dan Ratu akan memimpin dayang-dayang untuk menyembah Dewi Ulat Sutra untuk bertindak model keibunan bangsa dan berdoa agar diberi cuaca yang menguntungkan dan panen ulat sutra yang baik.

Dlam hal ini, ulat tidak hanya dipandang sebagai ulat yang menghasilkan sutra, tetapi dianggap sebagai makluk ajaib yang dapat menghubungkan manusia dengan para dewa, sehinga substansi spritual dari orang-orang yang cukup sandang dan pangan sebagai ikon peradaban petanian orang Tiongkok.

Sebenarnya sejarah ulat sutra di Tiongkok dapat ditelusuri kembali ke 3.000 atau 4000 SM, di pertengah zaman Neolitik, dalam sejarah dalam waktu yang sangat lama, orang Tiongkok adalah satu-satunya negara yang memiliki dan menggunakan Sutra.

Tersebarnya Sutra Ke Luar Tiongkok

Sutra Tiongkok pertama diekspor ke India dan Asia Tengah melalui Jalan Sutra, dan kemudian dijual kembali ke Eropa oleh pedagang India dan Persia. Ketika pertama tiba si Yunani kuno dan Romawi kuno, orang Romawi dan Yunani sangat kagum dan bingun dengan dengan sutra ini, bagaimana dibuatnya.

Mereka hanya tahu kain yang indah ini berasal dari negara Orinetal atau di timur yang jauh sekali, sehingga mereka menamakan dengan Seres. Dan Seres menjadi nama asing untuk sesuatu dari Tiongkok.

Orang-orang Eropa pada waktu itu tidak tahu negaera ini. Barang pertama yang mereka lihat adalah Sutra, sehingga kata dan istilah Seres muncul. Kita bisa menerjemahkannya kedalam istilah Sailisi dan sebagainya. Jadi Seres itu mengacu pada Sutra. Akar kata dari bahasa Latin dari Ser. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun