Mohon tunggu...
my.moon24
my.moon24 Mohon Tunggu... mahasiswa

hobi saya adalah travelling

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Kurikulum Pendidikan Islam Berbasis Teknologi yang Relevan untuk Tahun Ini

26 Mei 2025   15:22 Diperbarui: 26 Mei 2025   15:22 39
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Perubahan zaman menuntut penyesuaian dalam banyak aspek kehidupan, tak terkecuali dalam dunia pendidikan. Dalam beberapa tahun terakhir, integrasi antara teknologi dan pendidikan menjadi sebuah keniscayaan. Hal ini juga berlaku pada pendidikan Islam, yang selama ini dikenal dengan pendekatan tradisional dan konservatif. Kini, pendidikan Islam dituntut untuk mampu menjawab tantangan era digital tanpa kehilangan esensinya sebagai sistem pendidikan nilai dan moral.

Pendidikan Islam yang berkualitas tidak hanya ditentukan oleh isi materi ajar, tetapi juga oleh bagaimana materi itu dikemas dan disampaikan. Kurikulum yang relevan harus mampu menjawab kebutuhan zaman, mengakomodasi perubahan cara berpikir dan belajar peserta didik, serta tetap menjaga nilai-nilai luhur agama Islam. Oleh karena itu, pengembangan kurikulum pendidikan Islam berbasis teknologi menjadi salah satu langkah strategis untuk menjadikan pendidikan Islam lebih kontekstual, inovatif, dan berdaya saing.

Mengapa Kurikulum Pendidikan Islam Harus Berbasis Teknologi?

Masyarakat modern saat ini berada dalam lingkungan yang sangat dipengaruhi oleh teknologi informasi. Generasi muda, terutama siswa dan mahasiswa, adalah generasi digital yang lebih akrab dengan gawai dibandingkan dengan buku cetak. Mereka terbiasa mencari informasi lewat internet, menonton video pembelajaran melalui YouTube, dan berdiskusi dalam forum daring.

Jika kurikulum pendidikan Islam tetap menggunakan pendekatan lama tanpa sentuhan teknologi, maka sangat mungkin materi yang disampaikan tidak relevan lagi dengan cara berpikir dan hidup peserta didik saat ini. Oleh karena itu, teknologi bukan hanya pelengkap, tetapi harus menjadi bagian yang terintegrasi dalam perencanaan, pelaksanaan, hingga evaluasi pembelajaran.

Integrasi Nilai-Nilai Islam dengan Teknologi Pendidikan

Kurikulum pendidikan Islam yang ideal tidak hanya mengajarkan tentang hukum-hukum Islam, sejarah peradaban Islam, dan akhlak, tetapi juga membekali peserta didik dengan kemampuan menggunakan teknologi secara bijak. Dalam hal ini, prinsip-prinsip Islam harus dijadikan fondasi dalam berinteraksi dengan teknologi, terutama media sosial dan internet.

Nilai-nilai seperti amanah, jujur, bertanggung jawab, adil, dan menghormati sesama menjadi sangat penting ketika peserta didik menggunakan teknologi. Kurikulum harus menyisipkan materi tentang etika digital Islami, termasuk bagaimana bersikap saat berdiskusi di media sosial, menghindari penyebaran hoaks, dan menjaga diri dari konten negatif seperti pornografi dan radikalisme.

 

 

 

Membangun Keterampilan Digital dalam Pembelajaran Pendidikan Islam

Dalam menghadapi era industri 4.0 dan bahkan menuju 5.0, peserta didik perlu dibekali keterampilan digital yang mumpuni. Kurikulum pendidikan Islam harus dirancang tidak hanya untuk membentuk pribadi yang sholeh secara spiritual, tetapi juga cakap dalam dunia kerja dan kehidupan modern.

Peserta didik perlu dikenalkan pada keterampilan seperti pengelolaan informasi digital, pengolahan data sederhana, membuat presentasi visual yang menarik, serta menggunakan media kreatif untuk berdakwah, seperti membuat video, podcast, atau konten Islami interaktif. Semuanya harus dibingkai dalam konteks nilai-nilai Islam agar pendidikan Islam tetap memiliki ruh yang kuat.

Pendidik Islam memegang peranan penting dalam proses pengembangan keterampilan digital ini. Tidak cukup hanya mengajarkan materi keislaman secara tradisional, guru juga harus menjadi fasilitator yang membimbing peserta didik dalam mengintegrasikan teknologi dengan nilai-nilai Islam. Misalnya, guru dapat mengajak siswa membuat konten dakwah melalui media sosial dengan memperhatikan etika Islam dalam komunikasi digital. Dengan cara ini, pembelajaran menjadi lebih aplikatif dan siswa belajar bahwa teknologi bukan hanya alat hiburan, tetapi juga sarana menyebarkan kebaikan.

Di samping itu, penerapan proyek berbasis teknologi (project-based learning) menjadi salah satu metode efektif dalam melatih keterampilan digital sekaligus menanamkan nilai keislaman. Peserta didik dapat diberi tugas membuat video animasi tentang sejarah Nabi, infografis zakat dan infak, atau vlog edukatif tentang pentingnya menjaga akhlak di media sosial. Proyek semacam ini mendorong kolaborasi, kreativitas, dan pemecahan masalah, sekaligus memperkuat pemahaman mereka terhadap ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari.

Integrasi teknologi dalam pembelajaran juga mendorong perubahan peran guru dari sumber utama informasi menjadi fasilitator dan pendamping belajar. Dengan memanfaatkan platform seperti Google Classroom, Edmodo, atau LMS berbasis lokal, guru dapat menyediakan bahan ajar digital, ruang diskusi daring, dan penilaian yang lebih fleksibel. Hal ini memungkinkan pembelajaran berlangsung lebih dinamis, tidak terbatas ruang dan waktu, serta memberi kesempatan siswa untuk belajar mandiri dengan tetap dalam bimbingan nilai-nilai Islam.

Namun, dalam mengembangkan keterampilan digital, penting juga untuk menanamkan adab digital (digital etiquette). Peserta didik perlu diarahkan agar tidak hanya mahir menggunakan teknologi, tetapi juga bijak dan bertanggung jawab. Nilai-nilai seperti amanah, kejujuran, tanggung jawab, dan etika komunikasi harus menjadi landasan dalam setiap aktivitas digital. Dengan demikian, pendidikan Islam tidak hanya mencetak generasi yang melek teknologi, tetapi juga yang berakhlak mulia dalam menggunakannya.

 

 

 

Teknologi sebagai Sarana Dakwah dan Penguatan Aqidah

Salah satu keunggulan teknologi adalah kemampuannya untuk menjangkau audiens secara luas dan cepat. Dalam konteks ini, pendidikan Islam harus mampu memanfaatkan teknologi sebagai alat dakwah yang efektif. Guru bisa mengajak siswa membuat konten keislaman yang inspiratif, seperti video singkat tentang kisah nabi, animasi nilai akhlak, atau quotes Islami yang dibagikan di media sosial.

Dengan pendekatan ini, peserta didik bukan hanya menjadi konsumen informasi, tetapi juga menjadi produsen konten positif. Hal ini sekaligus memperkuat aqidah mereka karena mereka terlibat langsung dalam proses menyampaikan nilai-nilai Islam kepada masyarakat.

Model dan Strategi Pembelajaran dalam Kurikulum Berbasis Teknologi

Kurikulum yang relevan menuntut guru untuk kreatif dalam memilih strategi pembelajaran yang memadukan antara konten Islami dan perangkat teknologi. Model-model pembelajaran seperti flipped classroom, blended learning, dan project-based learning sangat cocok untuk digunakan.

Sebagai contoh, guru dapat memberikan materi fiqh dalam bentuk video yang ditonton siswa di rumah, lalu saat di kelas digunakan untuk diskusi dan praktik. Dalam pembelajaran akidah, guru dapat meminta siswa membuat podcast atau vlog tentang ketauhidan dalam kehidupan sehari-hari. Metode seperti ini akan meningkatkan keterlibatan siswa sekaligus menumbuhkan minat belajar mereka terhadap mata pelajaran PAI.

Pentingnya Pembelajaran Adaptif dan Personalisasi

Setiap siswa memiliki gaya belajar, minat, dan kecepatan belajar yang berbeda. Teknologi memungkinkan kurikulum menjadi lebih fleksibel dan adaptif. Aplikasi atau platform pembelajaran seperti Google Classroom, Moodle, atau Edmodo memungkinkan guru memberikan tugas yang berbeda sesuai kemampuan masing-masing siswa.

Dengan sistem digital, guru juga bisa memantau perkembangan siswa secara individual. Mereka dapat melihat siapa yang sudah memahami materi dan siapa yang memerlukan bantuan lebih lanjut. Ini sangat membantu dalam proses pembelajaran yang adil dan merata.

Evaluasi Otentik dan Berbasis Digital dalam Pendidikan Islam

Kurikulum berbasis teknologi tidak hanya merombak cara mengajar, tetapi juga cara menilai. Penilaian tradisional seperti ujian tulis masih penting, tetapi harus dilengkapi dengan bentuk evaluasi lain yang lebih kontekstual dan otentik. Misalnya, siswa bisa diberi tugas membuat proyek dakwah digital, menulis artikel Islami, membuat infografis, atau membuat jurnal reflektif harian tentang penerapan akhlak dalam kehidupan.

Platform seperti Google Forms, Quizizz, dan Kahoot juga bisa digunakan untuk evaluasi formatif yang cepat dan menyenangkan. Ini memudahkan guru dalam memantau ketercapaian kompetensi siswa secara real-time dan akurat.

 

Kolaborasi Antarlembaga dan Komunitas Digital Pendidikan Islam

Kurikulum yang berbasis teknologi akan lebih efektif jika ada dukungan dari berbagai pihak. Sekolah atau madrasah bisa menjalin kerja sama dengan komunitas digital pendidikan Islam seperti Rumah Belajar, Ruangguru Islami, atau lembaga dakwah digital. Kolaborasi ini dapat membuka peluang pertukaran konten, pelatihan guru, hingga pengembangan kurikulum bersama.

Dengan membentuk jejaring antarpendidik Islam, berbagai inovasi dan tantangan bisa dibahas bersama. Komunitas ini juga bisa menjadi sarana untuk berbagi inspirasi pembelajaran berbasis teknologi yang Islami dan efektif.

Peran Guru dalam Mengimplementasikan Kurikulum Berbasis Teknologi

Meski kurikulum telah dirancang dengan baik, peran guru tetap sangat penting. Guru adalah penggerak utama yang menentukan apakah kurikulum dapat diterapkan secara nyata di kelas atau tidak. Oleh karena itu, peningkatan kompetensi guru dalam bidang TIK (Teknologi Informasi dan Komunikasi) menjadi sangat penting.

Guru harus dibekali pelatihan tentang penggunaan media digital, pembuatan konten Islami, pengelolaan kelas virtual, serta penggunaan alat evaluasi berbasis teknologi. Dengan keterampilan ini, guru akan lebih percaya diri dalam mengimplementasikan kurikulum dan menginspirasi siswanya.

Simpulan: Pendidikan Islam Modern dengan Akar Nilai yang Kuat

Kurikulum pendidikan Islam berbasis teknologi bukan berarti meninggalkan nilai-nilai tradisional. Justru sebaliknya, ia hadir untuk memperkuat dan menyesuaikan nilai-nilai tersebut dengan zaman yang terus berubah. Tujuannya tetap sama: membentuk generasi yang beriman, berilmu, dan berakhlak mulia.

Namun, pendekatannya kini menjadi lebih dinamis, kreatif, dan kontekstual. Dengan teknologi, nilai-nilai Islam bisa dikemas dalam bentuk yang menarik, mudah diakses, dan relevan bagi generasi muda. Ini adalah langkah strategis untuk memastikan bahwa pendidikan Islam tetap menjadi bagian penting dalam membangun peradaban bangsa di tengah gelombang revolusi digital.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun