Tiap laki-laki tak selalu sama memahami dan mendefinisikan kata cantik. Ada yang full sebatas fisik. Sebatas yang terlihat, terpikir dan ternikmati. Untuk soal ini perempuan ada yang merasa dilecehkan karena meletakan standar pada yang terlihat. Walau pun ada perempuan belum memahami ini.
Namun karena ini, begitu banyak para perempuan berburu produk kecantikan untuk mentasbihkan diri yang cantik, ya terlihat. Cantik adalah apa yang terlihat dan ternikmati bukan yang tersimpan. Terjadi dualisme, mereka menyayangkan namun membenarkan bahwa cantik ya itu.
Meski itu, ada alokasi anggaran yang tak sedikit. Ada waktu terbuang. Ada makanan yang terhindari. Semua demi disebut cantik dan dipuji memang sempurna. Katanya demi tuntunan dia yang di hati, selebihnya bisa saja demi kepentingan yang dia dan Allah saja yang tahu.
"Bagiku cantik soal rasa." Katamu perempuan, saat tak direncana kita berbincang di sela kesibukan seusai penyuluhan.
"Bukannya yang terlihat ya," aku menyanggah.
"Mungkin ya, mungkin juga tidak."
Kamu menceritakan sosok Ibunda Hajar isteri dari Nabi Ibrahim juga ibunda Nabi Ismail alaihi salam. Kalau cantik adalah putih, bersih dan jenjang penuh perawatan. Apalah arti Hajar yang secara bahasa saja kita pahami itu batu. Berada di padang pasir. Tanpa saudara, ditinggal suami karena ada kisah memukau nantinya.
Beliau pun perempuan kedua di rumah Nabi yang dapat sebutan Abul ambiya itu. Apa artinya itu? Lagian masa itu tak ada salon dan produk bergema macam sekarang di mana-mana.
"Terus..."
Tapi hebatnya al-Qur'an memujinya. Pun mengisahkan keluarga penuh kasih itu. Pun segala perjuangannya jadi sabab proses haji sepanjang masa. Jangan lupa! Di balik zam-zam yang istimewa itu ada ikhtiar Ibunda Hawa yang Allah abadikan. Perempuan yang dikenal lemah, sendiri dan pilu dengan jerit buah hatinya diberi kejutan dahsyat. Ternyata, perempuan tak melulu manja nan cengeng.