Mohon tunggu...
Mahmudin Bm
Mahmudin Bm Mohon Tunggu... Freelancer - Ayah dari dua anak

Menulis, membaca, olahraga, MC dan mendongeng

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Akhir Sebuah Cerita

23 Oktober 2022   05:30 Diperbarui: 23 Oktober 2022   05:32 91
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Ku singgahi kembali kota Yogya sepulang tugas dari Surabaya. Kini banyak sekali perubahan sampai pangling melihatnya. Penataan kota yang berubah menjadi lebih baik. Dulu banyak sekali penjaja kuliner dan juga musisi jalan yang beraksi di trotoar pinggir jalan. Kota ini menjadi saksi bisu yang penuh kenangan bersamanya. Lima belas tahun silam banyak kisah telah terurai. Melewati keindahan cinta dan cita bersama Riyani, gadis manis yang sederhana.

Kukenal saat KKN kampus selama seminggu. Pertemuan pertama begitu menggoda hingga terpaut hati. lalu berani ungkapkan isi hati.

"Riyani, aku ada perlu sama kamu. Boleh kita bicara sebentar" kataku suatu ketika.

"Bicara apakah??" tanya Riyani heran. Ia bingung karena beberapa hari ini aku berbeda, biasanya sikapku santai, humoris dan cuek. Kini aku kok jadi serius.

" Hmmm... besok KKNku berakhir. Aku mau mengucapkan terima kasih." Kataku merapikan jaketku.

Baca juga: Lupa

"Aku bersyukur mengenalmu" aku melanjutkan.

"Jujur waktu pertama kali melihatmu, aku suka. Wajahmu manis, cantik dan memesona"

Riyani tersipu malu. Ku pandangi wajahnya.

"Riyani... aku suka kamu.. Aku cinta kamu" seraya memegang tangannya dengan lembut.

Baca juga: Si Koneng

" Maukah kau menerima cintaku ini??" Aku bertanya padanya, ia hanya tertunduk.

Ku angkat dagunya, kembali ku tatap matanya.

" Bagaimana Riyani, bersediakah kamu menjadi pacarku??" kutanyakan kembali padanya.

" iya Mas..." sambil mengangguk pelan.

Bergetar hatiku mendengarnya, rasa bahagia membuncah. Sejak itu ia menjadi kekasihku.

Hari itu hari terakhir aku di Jogja. Agenda kampus berakhir, walau terasa berat meninggalkannya.

Komunikasi dengannya lantas tak pernah putus sesampainya aku di Jakarta. Bahkan, semakin mengerucut melangkah ke hubungan lebih serius. Sesekali aku datang ke Yogya sebagai bukti keseriusan hubungan kami. Mengenal lebih erat dengan Ayah dan Ibunya. Riyani adalah anak tunggal dari keluarga yang cukup kaya. Ayahnya pengusaha Batik terkenal di kota Jogja.

Usai kuliah, aku bekerja di Kalimantan melanjutkan usaha pertambangan orang tua. Sejak itu, hubungan kita sedikit renggang. Kadang pesanku tak di balasnya, bahkan ku telepon tak di angkat. Ada rasa yang hilang. Kucari kepastian, tak kutemui. Bertanya kabar, tak ada berita. Kegalauan menggangguku. Aku bertanya dalam hati, Ada apa dengan Riyani.

Lama tak ada kabar darinya. Memikirkannya membuat aku ambruk di atas ranjang rumah sakit selama beberapa hari.

"Mas ... maafkan aku," ketika ia menelpon untuk terakhir kali. Setelah itu, tak ada kata-kata lagi. Diam. Sunyi, tanpa alasan apa pun dan hanya bikin bingung aku. _Ada apa ya_ ..., batinku. Aku gantian tak bisa berkata-kata begitu mendapatkan jawaban dirimu terbaring di rumah sakit. Kanker otak yang kamu indap, membuatmu putus asa dan menyudahi hubungan kita.

Teleponmu terakhir sebagai ucapan selamat jalan. Kamu berpulang menemui Penciptamu dengan tenang.

_Pulang ke kotamu ... ada setangkup haru dalam rindu .... Terhanyut aku akan nostalgia saat kita sering luang waktu, nikmati bersama suasana Yogya_ .... Lagu itu mengingatkan diriku padanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun