Mohon tunggu...
Mahmudin Bm
Mahmudin Bm Mohon Tunggu... Freelancer - Ayah dari dua anak

Menulis, membaca, olahraga, MC dan mendongeng

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Lupa

22 Oktober 2022   15:00 Diperbarui: 22 Oktober 2022   14:59 101
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Jam 22.30 Rully masih berkutat dengan buku pelajaran sekolahnya. Besok Ulangan, dia tak mau nilainya jelek seperti sebelumnya. Bahasan bab yang besok akan diuji masih terus dibacanya. 

Sementara cemilan kacang atom dan gorengan yang biasa menemaninya belajar sudah habis. Dia tak bisa belajar tanpa makanan, makanya berat badannya kian bertambah. Terlebih lagi malas untuk berolahraga. Padahal Ayah dan Ibunya tak segemuk dirinya.

Rully segera keluar kamar menuju ruang tengah, di bukanya kulkas mencari-cari sesuatu yang bisa di makan. Ada kekecewaan yang dalam di raut wajahnya, sambil mengambil mie instan ia bergegas ke dapur. 

Dengan memasak mie instan semoga perut tak bernyanyi lagi, pikirnya. Setelah matang mie dibawanya ke kamar dan melanjutkan belajar.

Berkali-kali suara alarm terdengar nyaring di kamar Rully. Sengaja ia pasang agar tak kesiangan bangun. Jam 05.30 Matanya masih berat untuk membuka. 

Baca juga: Si Koneng

Suara alarm kembali terdengar, kali ini Rully memaksakan diri untuk bangkit dari tempat tidur. Melirik jam dinding sebentar lalu ke kamar mandi.

Selesai mandi dan berpakaian ia menuju ruang makan. Pagi itu rumah terasa sepi namun sarapan sudah disiapkan ibunya di meja makan. 

Seperti biasa Ayah dan Ibunya joging keliling Komplek perumahan. Rully menyantap nasi goreng buatan ibunya dengan lahap. Kemudian ia segera berangkat ke sekolah dengan naik bus umum.

Bis yang ditumpangi Rully sepi penumpang, hanya beberapa saja. Ia duduk tepat di dekat pintu. Di buka kembali tasnya sambil mengambil buku pelajaran yang semalam ia pelajari. Kembali ia baca dan mengulang bacaannya. Ia tak mau nilainya seperti yang sudah-sudah, tidak memuaskan.

Dari halte bus hingga sekolah Rully berjalan kaki beberapa meter. Ia melirik jam tangannya, Jam 7 kurang. Masih ada waktu semoga tak terlambat seperti yang sudah-sudah, bisiknya dalam hati. 

Suasana sepi, gerbang sekolah masih terkunci. Tak terlihat Pak Jajang Satpam Sekolah yang biasa di depan gerbang. Mata Rully mencari-cari mungkin ada di dalam Pos Satpam, tak tampak orang di sana. Keheranan campur bingung, Rully mundar mandir di gerbang. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun