Tetapi perlu diingat ketika kita memberi tantangan harus dalam konteks apa yang dia sukai, bukan tantangan atas apa yang kita sukai/ingini. Prinsipnya adalah beri dukungan dulu baru arahkan, bukan memberikan arahan dulu baru dukungan.Â
Dengan konsep pendidikan ini, anak akan lebih mudah keluar dari zona nyamannya dan mampu tumbuh, belajar, dan beradaptasi dengan perubahan yang ada di lingkungannya. Jika sudah seperti ini, maka anak akan mampu mengelola perasaan security dan insecurity yang ada pada dirinya.
Di era pandemi seperti sekarang, security dan insecurity menjadi tidak menentu/uncertain. Kita tidak tahu apakah ketika kita keluar dengan menggunakan masker akan aman atau tidak aman. Kita tidak tahu apakah pendidikan daring akan efektif atau tidak. Kita tidak tahu apakah kita akan bisa bertahan dari perubahan ekonomi, sosial, geopolitik, lingkungan dan teknologi.
Klaus Schwab dan Thierry Malleret dalam bukunya Covid-19: The Great Reset menyampaikan bahwa kondisi pandemi yang kita alami sekarang ini mirip dengan konsep kuantum dalam ilmu Fisika. Dalam konsep Fisika kuantum kita menyebutnya uncertainty principle dimana segala sesuatunya tidak bisa dijelaskan secara pasti.
Alhasil, perasaan insecurity dan security adalah energi yang ada pada diri manusia. Baik buruknya tergantung bagaimana kita bisa mengenali, memahami, mengelola dan mengendalikannya dengan baik. Security dan insecurity bukanlah sebuah pilihan, tetapi takdir yang harus kita terima dengan segala konsekuensinya.
[Baca juga: Memahami Teka-teki Letak Unsur pada Tabel Periodik]
