Ingin kusampaikan pada embun yang menggelayut di dedaunan
Tentang sebuah perjalanan dimana cinta bermuara
Saat tiupan sang bayu merundukkan pucuk-pucuk cemara
Ah, embun menjatuhkan tubuhnya
Sepertinya ia enggan mendengarkanku bercerita
Bertemu dengan kilauan pasir pantai sebuah samudera
Menghampar indah mempesonakan mata
Ingin kubaringkan sejenak beban yang sesakkan dada
Ah, segulung ombak datang menghempas
Sepertinya tak sudi sang pasir menjadi tempat beban ini ku lepas
Mencoba mendaki gunung terjal nan menjulang tinggi
Bebatuan tajam bak paku-paku yang menghujam bumi
Ingin tangan ini meraihnya untuk kugantungkan seutas asa
Ah, bebatuan menggugurkan dirinya
Seolah mencemooh penuh tawa dan hina
Langit menatap sendu
Melihatku terpekur dalam muram dan durja
Ragu,
Pada langit, kenangan ini ingin kusimpan bersama
Rindu-rindu yang menggumpal di balik mega
Adakah tempat yang tersisa di sana
Hingga nanti tiba waktunya
Sang awan berubah kelabu
Pertanda tlah tiba waktu
Untuk kubuka kembali catatan
Bersama turunnya butiran-butiran hujan
Mengeja ulang barisan kata dalam sebuah tafsir baru
Tentang sebuah masa di mana cinta dan harapan berlalu
Memaknai ulang arti sebuah kehilangan
Sebuah awal ataukah akhir
Seolah pergulatan yang berkecamuk di alam fikir
Dan kelak kan kusimpan semua kenangan
Dalam sebuah rak-rak abadi perpustakaan
Agar semua dapat dijadikan pelajaran
Atau sekedar celoteh anak cucu di masa depan
Tentang lika liku kehidupan
Tentang sebuah masa dimana pandemi tlah menjadi hantu gentayangan
Tentang kamu dan tentang kita
Tentang tempatku menyimpan semua
Tentang perpustakaan bernama kompasiana
Tangerang, Desember 2020
Mahendra Paripurna