Mohon tunggu...
Mahbub Setiawan
Mahbub Setiawan Mohon Tunggu... Dosen - Bukan siapa-siapa

1/2 kemanusiaan, 1/2 ketidaktahuan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Tolak Angin dalam Analisis dan Analogi tentang Politik Angin

22 Juli 2018   05:38 Diperbarui: 17 September 2020   21:30 2523
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Aksiologi Angin

Jika mengatakan bahwa angin memiliki nilai aksiologi dan kemanfaatan, begitu pula dengan politik dan politisi. Bahkan seharusnya bukan sekadar menampakkan sisi kegunaannya semata-mata seperti diungkapkan di atas, tetapi juga nilai moral dan etika serta estetikanya.

Setiap kali kita mengatakan "politik" dalam bahasa asalnya, sayup-sayup terdengar di dalamnya kata polite (Bahasa Inggris) yang berarti sopan santun. Sekali pun tidak ada hubungan generatif di antara dua suku kata tersebut, tetapi bukan berarti antara politik dan polite tidak bisa disandingkan.

Berkaca dari angin yang berembus sepoi-sepoi di pagi atau sore hari yang memperkaya keindahan suasana dan pemandangan, demikian pula dengan politik dan politisi. Idealnya keduanya menjadi elemen dasar dalam menata keindahan kehidupan dalam kerangka kekuasaan dengan cara-cara yang polite (sopan) dan menawan.

Ungkapan "politik menghalalkan segala cara", amatlah mencederai nilai hakiki dari politik itu sendiri. Karena di dalam tradisi awalnya, seseorang yang berpolitik berarti menjadi orang yang memiliki kesopanan dan menjadi warga kota atau negara yang baik. Karena memang pada hakikatnya politik itu ada demi kebaikan warga kota atau negara.

Gerakan dan Perpindahan Angin

Namanya angin, ia merupakan udara yang bergerak. Bergerak dari mana? Ya bergerak dari suatu tempat dengan tekanan udara tinggi ke tempat dengan tekanan udara rendah. Kata kuncinya adalah tinggi dan rendah.

Begitu pula dengan politik dan politisi. Mereka adalah orang-orang yang berada di atas kekuasaan. Karena mereka sebenarnya yang "menguasai rakyat". Mereka berada pada status yang lebih tinggi dari pada rakyat biasa. Status yang dasarnya merupakan amanat untuk mengelola rakyat di wilayah kekuasaannya.

Jika praktik politik tidak menyuarakan aspirasi rakyat bawah, jika politisi tidak mau tahu urusan-urusan rakyat jelata di bawah, maka mereka ada baiknya untuk belajar kepada angin. Angin selalu bergerak dari yang tinggi tekanan udaranya menuju yang rendah.

Sehingga jika demikian adanya, politik dan politisi bukan lagi menjadi konsep dan status yang menggantung di langit yang tinggi; jauh dari kepentingan rakyat rendahan, jauh dari kehidupan sehari-hari rakyat jelata. Tetapi ia merupakan konsep yang membumi.

Politik dan politisi harus ada di tengah-tengah masyarakat terutama masyarakat di level bawah. Kata "elite politik" tidak harus dimaknai sebagai tokoh yang tidak pernah turun ke bawah untuk meninjau keadaan dan nasib rakyat jelata,

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun