Mohon tunggu...
Mahar Prastowo
Mahar Prastowo Mohon Tunggu... Ghostwriter | PR | Paralegal

Praktisi Media dan co-PR -- Pewarta di berbagai medan sejak junior sekira 31 tahun lalu. Terlatih menulis secepat orang bicara. Sekarang AI ambil alih. Tak apa, bukankah teknologi memang untuk mempermudah? Quotes: "Mengubah Problem Menjadi Profit" https://muckrack.com/mahar-prastowo/articles

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Di Negeri yang Kami Serahkan

12 Juni 2025   00:10 Diperbarui: 12 Juni 2025   00:16 63
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kolase foto BBC/Erik Prasetya/sumber terbuka 

Di Negeri yang Kami Serahkan

Oleh: Mahar Prastowo

Dulu kami turun ke jalan,

dengan dada penuh harap dan teriakan lantang:

"Reformasi!"

Tapi kini, lihatlah negeri ini,

menjadi pasar malam para bandit bersetelan rapi,

politik dijadikan palu godam---

menghancurkan cita, menggasak masa depan anak-anak kami.

Kami kira kami menang.

Kami kira Soeharto tumbang adalah akhir dari penindasan.

Ternyata, kami hanya membuka pintu lebih lebar,

bagi perampok yang lebih licik,

lebih sopan dalam dusta,

lebih canggih dalam mencuri.

Kami pernah percaya pada janji,

"Negeri ini akan adil,

rakyat akan makmur,

korupsi akan lenyap."

Namun yang lenyap hanya suara kami,

dan kini kami tua---miskin, kecewa.

Maafkan kami, generasi berikutnya.

Kami yang dulu begitu bangga melempar batu,

kini menunduk malu di hadapan bangunan busuk hasil reformasi palsu.

Yang kami beri ruang demokrasi,

ternyata membangun dinasti.

Yang kami beri hak bicara,

ternyata mencipta pasal-pasal penjaga tahta.

Kini negeri ini seperti dijarah setiap hari,

bukan oleh penjajah bersenjata,

tapi oleh bangsa sendiri:

para koruptor, para politisi culas,

yang menjual tambang, sawah, laut dan harga diri.

Kami menyesal,

karena ternyata bukan revolusi yang kami menangkan,

tapi peralihan tangan kekuasaan.

Dari satu tangan ke tangan lain---yang sama kotornya,

hanya beda warna jas dan logo partainya.

Tapi belum terlambat.

Kami akan wariskan kesadaran, bukan kebencian.

Kami akan ajarkan kalian,

bahwa melawan bukan hanya dengan teriakan,

tapi dengan kesabaran dan keberanian mencipta jalan lain.

Agar suatu hari nanti,

kalian tak menulis puisi yang sama:

tentang negeri yang diserahkan,

tentang harapan yang digadaikan.

Tapi tentang bangkitnya bangsa,

yang akhirnya benar-benar merdeka.

___

Jkt_21052025

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun