Mohon tunggu...
Mahar Prastowo
Mahar Prastowo Mohon Tunggu... Ghostwriter | PR | Paralegal

Praktisi Media, PR, Ghotswriter, Paralegal. Pewarta di berbagai medan sejak junior sekira 31 tahun lalu. Terlatih menulis secepat orang bicara. Sekarang AI ambil alih. Tak apa, bukankah teknologi memang untuk mempermudah? Quotes: "Mengubah Problem Menjadi Profit" | https://muckrack.com/mahar-prastowo/articles

Selanjutnya

Tutup

Nature

Penjaga Terakhir Hutan Dunia Bertemu di Kongo

30 Mei 2025   15:56 Diperbarui: 30 Mei 2025   15:19 128
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hutan tropis. (foto:Three Basins Summit)

Sebuah studi tahun 2023 oleh Rights and Resources Initiative (RRI) menunjukkan bahwa wilayah adat yang dikelola oleh masyarakat lokal mengalami tingkat deforestasi tiga kali lebih rendah dibanding kawasan konservasi yang dikelola pemerintah atau korporasi. Data lain dari World Resources Institute menyebut: 36% dari total hutan tropis yang tersisa di dunia saat ini berada di wilayah yang dikuasai komunitas adat.

Namun, hanya 17% dari pendanaan iklim global yang dialirkan ke komunitas akar rumput. Dan hanya 1% yang langsung dikelola oleh organisasi masyarakat adat.

Komitmen iklim, ternyata, lebih banyak mampir di ruang konferensi dan halaman dokumen donor---bukan di desa-desa tempat penjaga bumi itu tinggal.


Di Mana Posisi Indonesia?

Indonesia punya lebih dari 2.300 komunitas masyarakat adat tersebar dari Aceh sampai Papua. Menurut data AMAN, luas wilayah adat di Indonesia yang telah dipetakan mencapai 21 juta hektar. Tapi yang baru diakui secara hukum? Tidak sampai 10%.

Padahal, Indonesia bukan tamu di forum ini. Kita tuan rumah yang belum mengakui dapurnya sendiri.

Rukka Sombolinggi, satu dari sedikit perempuan adat yang memimpin organisasi besar seperti AMAN, menyinggung soal beban administratif. "Komunitas kita diminta data, dokumen, laporan. Tapi dana tidak pernah sampai. Pengakuan hukum juga tidak jelas," katanya.

Ketika Perempuan Bicara... Dunia Diam Dulu

Kongres di Brazzaville dibuka dengan lokakarya gerakan perempuan adat. Sebuah sinyal penting. Mereka bukan hanya pembantu program. Mereka pemilik pengetahuan. Menteri Ekonomi Kehutanan Kongo, Rosalie Matondo, bahkan menyebut, "Kepemimpinan perempuan adat adalah penyangga masa depan."

Dana sebesar US\$270.000 dari CLARIFI---mekanisme pendanaan komunitas oleh RRI---dialokasikan untuk delapan organisasi perempuan adat Afrika. Bukan jumlah besar jika dibandingkan subsidi fosil global. Tapi cukup untuk membangun kebun pangan, melatih regenerasi tanah, dan menghidupkan kembali budaya yang hampir punah.

 Hutan Tak Butuh Penyelamat. Hutan Butuh Pengakuan

"COP30 nanti di Brasil, kami ingin duduk di meja pengambilan keputusan. Bukan jadi penonton atau penghibur," kata Juan Carlos Jintiach, Sekjen Global Alliance of Territorial Communities (GATC), sambil menggenggam sebuah tongkat kayu ukiran khas Amazon.

GATC bukan organisasi kecil. Mereka mewakili 35 juta orang di 24 negara, menjaga 958 juta hektar hutan. Hampir dua kali luas Indonesia. Tapi tetap saja, dalam dokumen kebijakan dunia, mereka sering hanya disebut "stakeholder tambahan".

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun