Mohon tunggu...
M Sanantara
M Sanantara Mohon Tunggu... Art Modeling

Metus Hypocrisis et Proditio. Scribere ad velum Falsitatis scindendum.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Bang(S)at dalam Kepala Abang

22 Juli 2025   08:15 Diperbarui: 22 Juli 2025   09:14 47
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

gadis

a.a.a.a 

abang sedang dalam fase tolol

abang sedang memikirkan

abang dalam diri beng-beng

empat sachet 9.300,-

ind*mar*t (saja)

lidah abang menjilat lama

tubuh beng-beng

kacang mete

wafer kriuk

menambah rumit nan liuk

jalan selesai abang dalam fase tolol

lambat tapi aduhai surganya

mulai merefesh otak 

oho...

oho...

abang jujur terganggu

oleh bibir pagi buta

merah borok lama

abang

aduh

aduh gagal fokus aww

haruskah abang gelantungan

di kebon yang dulunya

milik warga +62

tapi sekarang,

surat hak miliknya

dikuasai orang asing

paling raja

paling dewa

melabeli merah seluruh tanah

kampung abang

dengan uang-uang gelapnya

abang, jadi sumpek mumet

muak nan muach

abang terjepit gadis

di antara kampung

dan kota kerdil

mana beng-beng?

katamu

"bang, sini dong, dekati aku"

ah siap tanpa malu, tanpa ikhlas

"bang, ayo kita melahirkan

bayi berbentuk huruf S"

"Ayo!"

gelegar petir menyambar

sisi-sisi satelit penangkar petir

3,5 jutaan

gadisku melolong

sakit, huh hah

"bang, percayalah setelah

buah cinta kita lahir,

kamu nggak harus menjilati

beng-beng lagi"

"pikirkan, bang-bang saja"

ide brilianku

telah menanti

(aha)

bayi berbentuk "S"

itu akan disumbangkan

pada bang-bang

semoga 

dengan penuh syukur

tumbuh menjadi 

pemuda...

dan dia berkata:

"Bang-(S)at!"

(2025)

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun