Mari kita jujur, teman-teman. Banyak dari kita bahkan tidak hafal siapa anggota DPR dari daerah pemilihan kita sendiri. Aneh kan? Kita yang milih, tapi kita gak kenal. Seolah-olah hubungan antara rakyat dan wakilnya hanya sebatas bilik suara lima tahun sekali. Setelah itu, hilang ditelan rutinitas politik. Kenapa begitu? Karena jarak itu sudah terlanjur jauh, bahkan semakin melebar.
Padahal, kalau sejak dulu era 90-an saya belajar PPKn sampai hari ini jadi PKN, tugas DPR tertulis jelas sekali, yaitu bikin undang-undang, mengawasi pemerintah, dan menyusun anggaran. Tiga hal itu bukan pekerjaan sepele. Justru di situlah wajah rakyat seharusnya tercermin.Â
Undang-undang yang dibuat mestinya menjawab kebutuhan sehari-hari, seperti harga pangan, akses kesehatan, pendidikan murah. Pengawasan yang dilakukan semestinya untuk memastikan pemerintah bekerja sesuai janji. Anggaran yang disusun mestinya berpihak pada rakyat kecil, bukan hanya mempertebal proyek-proyek besar yang tak menyentuh dapur masyarakat.
Tapi kenyataannya, sering kita lihat para wakil rakyat lebih sibuk memperjuangkan partainya, menjaga posisinya, atau melayani kepentingan elite yang jauh dari realita rakyat jelata. Ada undang-undang yang lahir tanpa partisipasi publik, ada rapat-rapat yang lebih mirip formalitas, dan ada anggaran yang habis untuk hal-hal yang rakyat sendiri sulit rasakan manfaatnya.
Di sinilah rasa jauh itu makin terasa. Rakyat mulai bertanya, kalau DPR sibuk dengan dunianya sendiri, siapa yang benar-benar mendengar suara kami? Jangan-jangan, hubungan kita dengan DPR memang bukan lagi "wakil dan yang diwakili" tapi sudah seperti dua dunia berbeda.
Pesan untuk DPR: Jangan Tunggu Demo Lagi!
Kepada DPR yang terhormat, saya mau titip pesan.
Kami ini rakyat biasa. Hidup kami penuh perjuangan. Harga beras naik, ongkos sekolah mahal, biaya kesehatan bikin pusing. Kami butuh kebijakan yang berpihak, bukan janji kosong.
Kalau aspirasi kami didengar sejak awal, demo mungkin tidak perlu. Kalau komunikasi dibuka luas, rakyat tidak perlu berteriak di jalan. Kalau DPR benar-benar jadi rumah rakyat, rakyat tidak akan merasa asing dengan gedung megah di Senayan itu.
Sayangnya, di saat rakyat menunggu kehadiran wakilnya di ruang rapat, ada yang justru terlihat hadir di bandara, bukan untuk pulang ke dapil, tapi "kabur" ke luar negeri.Â
Ada yang muncul di Singapura, ada yang tertangkap kamera di Sydney, ada pula yang sibuk menikmati udara Beijing kayak mau shopping. Ironi sekali ya. Rakyat kepanasan di jalanan, sementara wakilnya ngadem di duty free.
Saya ingin kembali mengulang-ulang materi yang sama. Apa yang bisa kalian, para anggota dewan lakukan, supaya rakyat merasa punya wakil yang benar-benar peduli di DPR? Bukan sekadar hadir di daftar absensi, bukan hanya saat kampanye, apalagi hanya untuk selfie di luar negeri.