Mohon tunggu...
Mutia Ramadhani
Mutia Ramadhani Mohon Tunggu... Mutia Ramadhani

Certified author, eks-jurnalis ekonomi dan lingkungan, kini berperan sebagai full-time mom sekaligus novelis, blogger, dan content writer. Founder Rimbawan Menulis (Rimbalis) yang aktif mengeksplorasi dunia literasi dan isu lingkungan.

Selanjutnya

Tutup

Parenting Artikel Utama

Pahit Manis Melepas Anak ke SD, Khususnya untuk Orang Tua Anak Istimewa

1 Juli 2025   22:40 Diperbarui: 14 Agustus 2025   11:33 397
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Menjelang hari pertama masuk sekolah (Foto: Freepik)

Saya mencentangnya pelan, mengetiknya pelan, sembari menghela napas. Karena di sana, di satu kolom sederhana itu, saya menitipkan harap. Semoga guru yang membaca tidak sekadar menandai kotak itu, tapi benar-benar paham bahwa anak saya ini istimewa.

Bahwa dia akan butuh lebih banyak kesabaran, penjelasan berulang, dorongan lembut untuk berani mencoba. Dan bahwa dia sama berharganya, sama layaknya dengan anak mana pun.

Hari Pertama yang Akan Mengajarkan Banyak Hal

Saya membayangkan pagi itu. 14 Juli 2025, saya bangun lebih pagi, menyiapkan sarapan, menyisir rambut mereka, memasang pin nama di dada seragam. Lanjut, membantu mereka memasang sepatu atau mengikat talinya sambil menahan senyum geli karena kaki mereka masih goyah.

Tak lupa, saya memberi nasihat pendek, "Bang/Dek, baik-baik di sekolah ya. Sopan sama Ibu Guru, baik sama teman, bilang terima kasih, izin kalau mau ke toilet."

Lalu saya mengantar mereka ke gerbang. Mungkin mereka menoleh. Mungkin lambaikan tangan. Mungkin ada yang menangis takut. Mungkin ada yang terlalu bersemangat lari ke dalam.

Dan saya?

Saya akan berdiri menonton mereka masuk. Menahan air mata, bukan karena sedih ditinggal, tapi bangga karena mereka berani.

Buat saya, dan orang tua manapun, kita melepas anak ke hari pertama sekolah bukan berarti berhenti menjaga mereka. Melepas artinya percaya, bahwa anak-anak kita akan menemukan jalannya sendiri dengan nilai-nilai yang kita tanamkan di rumah juga dengan bekal cinta yang kita masukkan ke dalam hati mereka, diam-diam, sejak mereka lahir.

Surat untuk Guru yang Akan Menjadi 'Orang Tua Kedua' Anakku

Yth. Bapak/Ibu Guru,

Saya tahu Anda orang sibuk. Mungkin Anda sudah membaca puluhan formulir murid.
Mungkin Anda sudah mencatat banyak nama sulit, NIK panjang, alamat yang berbelit.
Tapi saya mohon, tolong luangkan waktu sejenak membaca surat kecil ini.
Anak saya akan masuk kelas Anda.
Dia anak kembar. Tapi tidak sama.
Satunya cepat hafal, satunya lambat mengeja.
Satunya cerewet, satunya lebih senang diam.
Satunya masuk kelas reguler, satunya kelas inklusi.

Saya menulis ini bukan minta dia diperlakukan istimewa. Saya hanya minta dia diperlakukan manusiawi.
Mohon kesabaran Anda kalau dia sulit mengerti sekali jalan.
Mohon senyuman Anda kalau dia canggung menjawab.
Mohon pandangan lembut Anda kalau dia takut maju ke depan.
Mohon koreksi yang membangun kalau dia salah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun