"Bakhtaja... Lepaskan!"
"Tidak suamiku. Aku tidak akan melepaskannya."
"Bakhtaja... Lepaskan kataku!" teriak Deepak penuh amarah.
Deepali yang telah pingsan terenggut dari pelukan Bakhtaja. Deepak mengangkat tubuhnya keatas ranjang. Lalu ia pergi menuju kamarnya.
Sesaat kemudian ia telah kembali. Deepak mendekati Bakhtaja.
"Lakukan." perintah Deepak sambil menyerahkan sebuah pisah bedah kepada Bakhtaja.
"Suamiku...." ucap Bakhtaja lirih dengan mata berkaca-kaca menahan tangis.
"Lakukan saja. Aku rasa kau juga tahu apa hukuman yang pantas untuk seorang pembangkang." ucap Deepak dengan ekspresi dingin.
Bakhtaja mengambil pisau bedah itu dari tangan Deepak. Dengan tangisan yang makin menjadi, Bakhtaja memeluk tubuh Deepali yang tidak bergerak. Ia pandang wajah cantik Deepali. Dalam wajah itu bisa ia lihat kenangan-kenangan indah keluarga mereka. Kebahagiaan saat Deepali dilahirkan ke dunia. Dikamar ini. Kamar dimana Deepali membuka sekaligus mengakhiri lembaran hidupnya.
Dengan sentuhan lembut, Bakhtaja memegang tangan Deepali. Sebuah kehangatan terasa disana. Saat itu Bakhtaja tahu bahwa Deepak masih bernapas. Tak terasa airmatanya jatuh. Hatinya sedih. Sebab ia sadar bahwa sebentar lagi ia akan berpisah dengan putrinya.
Akhirnya Bakhtaja mengakhiri hidup putrinya sendiri. Kebahagiaan bertahun-tahun keluarga itu hilang hanya dalam waktu beberapa menit.