Mohon tunggu...
Choirul Rosi
Choirul Rosi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis cerpen yang hobi membaca buku dan novel

Cerita kehidupan yang kita alami sangat menarik untuk dituangkan dalam cerita pendek. 🌐 www.chosi17.com 📧 choirulmale@gmail.com IG : @chosi17

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | O Re Piya Re (Cintaku)

3 Februari 2020   10:11 Diperbarui: 3 Februari 2020   10:09 265
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber : pinterest.com/Monica Bhide | diedit pribadi

 Betapa kagetnya Deepak melihat riwayat percakapan di ponsel Deepali. Dalam riwayat percakapan telepon itu banyak sekali telepon dari Bharath. Deepak marah. Ia merasa putrinya tidak bisa menjaga kehormatan dirinya. Harga dirinya jatuh. Sebagai seorang ayah, ia merasa gagal mendidik putrinya.

 "Siapa Bharath? Katakan!" bentak Deepak sambil memegang leher Deepali.

 "Ia temanku." ucap Deepali dengan suara tersengal-sengal.

 "Teman atau kekasihmu? Katakan Deepali!!!" bentak Deepak. Tangannya makin kuat mencengkeram leher Deepali.

 "Hentikan suamiku. Kau bisa membunuhnya!!!" teriak Bhaktaja.

 Dalam pertengkaran itu, Bakhtaja datang. Ia berusaha melepaskan tangan Deepak dari leher Deepali. Namun semua sia-sia. Deepak mendorong Bakhtaja hingga jatuh.

 "Kau telah mengotori kehormatan keluarga ini. Kau tidak mematuhi peraturan yang telah aku buat. Sejak kecil aku telah mendidikmu menjadi perempuan baik-baik. Agar kau bisa menjaga harga diri dan kehormatanmu. Namun apa yang terjadi? Kau telah gagal. Perempuan pembangkang adalah aib, oleh karenanya ia pantas untuk dibunuh. Kau pantas untuk mati!" ucap Deepak marah sambil membenturkan kepala Deepali ke dinding.

 Suara teriakan Deepali dan Bakhtaja terdengar oleh Kushal. Ia berlari menuju kamar Deepali. Betapa kagetnya ia saat melihat kepala Deepali dipenuhi darah. Dalam cengkraman tangan Deepak, Kushal melihat Deepali lemas tak berdaya. Lalu ia berlari menghambur masuk kedalam kamar. Dengan sekuat tenaga ia menarik tubuh Deepak agar terlepas dari Deepali. Perlawanan sengit terjadi antara sopir dan majikan. Hingga akhirnya Kushal tersungkur di lantai.

 "Berani-beraninya kau melawan majikanmu" ucap Deepak dengan geram. Lalu ia berjalan keluar meninggalkan kamar Deepali. Beberapa menit kemudian ia kembali ke kamar dengan sebuah tongkat kayu ditangannya.

 "Matilah kau!" teriak Deepak sambil memukul tubuh dan kepala Kushal berkali-kali. darah segar mulai keluar dari pelipis Kushal. Pria itu tidak sanggup menahan pukulan bertubi-tubi dari Deepak. Ia akhirnya jatuh tersungkur dilantai. Merintih-rintih menahan sakit di tubuhnya.

 Deepak melempar tongkat berlumuran darah itu ke lantai. Lalu ia menarik tubuh Bakhtaja yang berusaha melindungi putrinya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun