Mohon tunggu...
M AsadRofiul
M AsadRofiul Mohon Tunggu... Mahasiswa - MAHASISWA

VOLY BALL

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Sekolah Sebagai Sosialisasi Dan Pembentukan Karakter

3 Desember 2023   12:45 Diperbarui: 3 Desember 2023   13:08 244
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

BAB I

PENDAHULUAH

Proses pengenalan individu pada norma dan nilai sosial dikenal sebagai sosialisasi. Sosialisasi seseorang berlangsung secara bertahap. Seseorang akan berinteraksi dengan keluarganya selama tahap pertama, yang dikenal sebagai sosialisasi primer. Tahap berikutnya, sosialisasi sekunder, adalah ketika seseorang akan mulai berinteraksi dengan orang-orang di luar keluarganya. Sekolah adalah salah satu lokasi sekunder ini. Sekolah pada umumnya merupakan lembaga sosialisasi dengan tujuan membentuk pola pikir dan perilaku secara umum.

Sekolah memiliki tanggung jawab untuk membina dan mengarahkan karakteristik peserta didik sesuai dengan tujuan pendidikan dengan menggunakan sifat-sifat dasar yang diwarisi dari keluarganya. Pemenuhan kebutuhan pengetahuan yang menopang kehidupan siswa dipengaruhi oleh kegiatan belajar relevan secara sosial.

Pengetahuan yang baru diperoleh siswa kemudian akan diterapkan secara efektif dalam lingkungan sosial yang lebih luas setelah mengajar. Selain untuk menyampaikan pengetahuan, proses belajar mengajar bertujuan untuk mengembangkan karakter siswa. Persyaratan moral siswa harus dipenuhi di sekolah melalui pengembangan prinsip-prinsip moral yang sekolah. Karena pengetahuan ini hanya akan berhenti pada dirinya sendiri dan diabaikan oleh masyarakat jika nilai-nilai moral kurang. Sekolah harus menerapkan peraturan-peraturan untuk membiasakan siswa menjadi manusia yang memulai atau menjadi manusia disamping mengajarkan nilai-nilai moral. Sekolah saat ini perlu mewaspadai perubahan karakter yang signifikan yang dialami siswa. Siswa mungkin merasa terkekang jika terlalu banyak aturan yang kaku. Sementara itu, pengembangan prinsip moral akan disia-siakan oleh pembebasan.

Oleh karena itu, peraturan sekolah harus dirancang untuk membina rasa kebebasan sambil mempertahankan batas-batas sosial yang sesuai. Konsisten dengan sebelumnya, komunikasi yang efektif antara semua warga sekolah sangat penting agar proses belajar mengajar yang tepat, pengembangan nilainilai, dan penerapan aturan dapat dilakukan untuk menghasilkan orang-orang terpelajar


BAB II

PEMBAHASAN 

A. Sekolah Sebagai Lembaga Sosialisai dan Pembetukan Karakter

            Sosialisasi adalah suatu proses kerjasama antar manusia, yang dapat mempengaruhi perkembangan karakter seseorang. Sosialisasi di sekolah dilakukan dengan mengarahkan siswa tentang cara hidup atau adat istiadat yang berlaku di sekolah, dimana siswa harus memiliki pilihan untuk menyesuaikan diri, sehingga mereka menjadi siswa yang hebat di sekolah. Dengan demikian, sosialisasi di sekolah direncanakan sebagai suatu siklus yang dapat membentuk karakter siswa sesuai standar yang berlaku di sekolah sehingga siswa dapat berubah dan bertindak sesuai aturan.

             Interaksi sosialisasi merupakan suatu proses perubahan individu, sehingga orang dapat bertindak sesuai dengan pedoman budaya tertentu. Untuk situasi ini, ada beberapa instansi yang mengikuti pelatihan yang berencana untuk membentuk jiwa sosialisasi pada masyarakat, salah satunya adalah sekolah.

               Menurut pendapat Durkheim, Sekolah memadukan anak-anak muda untuk menjadi penduduk yang sukses dan lunak di mata publik. Kemampuan sekolah sebagai landasan sosialisasi, maksudnya agar di sekolah tidak hanya ada kerjasama dengan warga sekolah, tetapi juga pengalaman pendidikan dan arahan kepada siswa. Sekolah berfungsi sebagai lembaga sosialisasi, yang berarti membimbing dan memberikan instruksi kepada siswa serta terlibat dengan komunitas sekolah yang lebih luas. Dengan cara ini diharapkan dapat membantu anak mengembangkan kepribadian positif. Itu adalah Ada beberapa cara untuk membentuk karakter siswa, salah satunya dengan menetapkan sejumlah aturan dan memberikan hukuman bagi yang melanggarnya dengan sanksi atau bentuk disiplin lainnya.

               Oleh karena itu, sekolah mempunyai peran yang cukup besar dalam mempengaruhi kepribadian anak sebagai lembaga sosialisasi. Oleh karena itu, sekolah harus mempunyai rencana untuk mengatur kehidupan anak agar lebih fokus dan mengembangkan kepribadian yang positif. Selain itu, pengembangan kepribadian pada remaja membantu mereka tumbuh dan memperoleh kepercayaan diri yang lebih kuat sehingga mampu menghadapi masa depan. Contoh bagaimana sekolah membantu membentuk kepribadian anak-anak termasuk menawarkan kegiatan ekstrakurikuler, pengajaran agama dan moral, dan membebani siswa dengan peraturan yang dimaksudkan untuk menanamkan disiplin. 

              Seluruh personel sekolah baik staf TU, instruktur bimbingan dan konseling, satpam, dan pihak lain yang sering berinteraksi dengan siswa harus memperhatikan pengembangan karakter utama. Karena karakter terutama dipengaruhi oleh interaksi. Salah satu pendekatan untuk memastikan bahwa setiap siswa di sekolah dapat memberikan contoh yang baik bagi siswa adalah melalui sosialisasi. Jika ada oknum yang mempengaruhi atau bertindak tidak patut di lingkungan sekolah, sanksi yang keras juga sangat penting. Praktek ini dimaksudkan untuk menumbuhkan karakter yang dapat diharapkan oleh semua siswa.

            Meskipun pendidikan karakter merupakan tugas bersama, sekolah mempunyai peran penting karena lebih banyak waktu aktif anak dihabiskan di sana, terutama di lingkungan yang menerapkan pengajaran sehari penuh. Karena setiap anak belajar dan memahami pelajaran dengan cara yang uni. Jadi pendidikan karakter dapat dilaksanakan dengan mengaitkannya dengan kekuatan dan minat anak. Karakter unggul di masa depan dapat dipupuk melalui pengembangan karakter sejak dini yang benar.

           Jadi dapat disimpulkan sekolah adalah sebuah tempat yang sangat tepat untuk membentuk karakter siswa. Karena di sekolah tersebut diajarkan tentang nilai- nilai moral, interaksi sosial, kedisiplinan, keterampilan hidup,  pemahaman tentang budaya dan nilai masyarakat, dan pengembangan karakter pribadi. Selain itu pendidikan karakter bukan hanya tanggung jawab sekolah, tapi juga tanggung jawab orang tua dan keluarganya dalam membentuk karakter anaknya.

            Sementara istilah karakter terkait dengan istilah moral, kualitas mendalam, atau berpotensi menghargai dan dihubungkan dengan kekuatan moral, ia memiliki nada "baik" tidak berpihak. Oleh karena itu, pendidikan karakter secara lebih komprehensif dapat diartikan sebagai sekolah yang menciptakan kualitas sosial dan pribadi masyarakat pada siswa sehingga mereka memiliki nilai dan karakter sebagai kepribadian mereka sendiri, menerapkan kualitas tersebut dalam kehidupan mereka sebagai warga negara, dan penduduk yang ketat, patriot, berguna, dan inovatif.

           Gagasan tersebut harus disikapi secara serius oleh otoritas publik dan masyarakat sebagai respon terhadap keadaan nyata yang dilihat oleh bangsa Indonesia akhir-akhir ini yang ditandai dengan maraknya aksi-aksi kriminal, meredanya patriotisme, bangkitnya fanatisme. , Hilangnya perlawanan yang tegas dan lemahnya legalisme di mata publik, sehingga kualitas sosial negara yang telah kabur, dapat kembali tergali di tengah-tengah masyarakat. Salah satu upaya yang harus dapat dilakukan dengan cepat adalah mengerjakan rencana pendidikan dalam sistem persekolahan umum yang mendorong pelatihan orang yang sungguh-sungguh.

B. Makna Sekolah

           Sekolah adalah suatu organisasi dimana terdapat kerjasama antara pengajar dan siswa seperti pembelajaran. Biasanya sekolah itu berlapis-lapis mulai dari jenjang TK, SD, SMP, dan SMA. Selanjutnya untuk perguruan tinggi dipisahkan menjadi tiga lapisan, khususnya lapisan satu, dua, dan tiga. Secara umum ciri-ciri sekolah adalah adanya ruang belajar dan media pembelajaran yang berbeda untuk keselarasan pengalaman yang berkembang. Dengan cara ini, sekolah merupakan landasan di mana siklus sosialisasi dan pengalaman yang berkembang terjadi.

           Dari konsekuensi pentingnya sekolah dan bagaimana anak-anak melihat program sebagai variabel pendukung untuk hasil organisasi sekolah, itu menunjukkan bahwa sekolah hanya diartikan sebagai pembentukan gerakan informasi sehingga ketika anak-anak mendapatkan nilai buruk di sekolah mereka dipandang sebagai anak-anak muda yang bodoh. Padahal cara berpikir pelatihan melalui sekolah tidak hanya dilihat dari sisi mental tetapi bagaimana membangun kesadaran sosial dan kekhawatiran anak muda dalam melihat kebenaran masyarakat saat ini. Sekolah harus melahirkan orang-orang yang dapat membongkar dan mereproduksi kerangka kerja saat .

            Hurlock berpendapat bahwa sekolah merupakan variabel penentu untuk peningkatan karakter, mental, emosional dan psikomotor siswa. Tugas sekolah dalam siklus sosialisasi adalah membantu kemajuan siswa agar menjadi orangorang yang memiliki nilai sosialisasi yang tinggi dan nantinya dapat bernilai dan dapat menyesuaikan diri dengan cepat jika telah memasuki wilayah setempat.

            Pendapat Webstar, sekolah adalah organisasi yang ditata untuk melengkapi pengalaman yang berkembang. Seperti beberapa organisasi lain, di sekolah ada struktur seperti ruang belajar, untuk membantu pengalaman yang berkembang.

           Oleh karena itu, sekolah merupakan tempat utama bagi siswa untuk memperoleh pendidikan formal; di sini, mereka mempelajari mata pelajaran akademis seperti matematika, bahasa, sains, dan sejarah. Selain pendidikan akademis, sekolah juga berperan dalam mengembangkan karakter moral siswa dengan mengajarkan nilai-nilai moral seperti integritas, empati, dan kejujuran. Jadi makna sekolah tidak hanya terbatas pada pendidikan formal, tetapi juga mencakup nilai-nilai, keterampilan, dan pengalaman yang membantu siswa tumbuh menjadi individu yang lebih baik dan siap menghadapi tantangan masa depan.

          Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa sekolah mempunyai tujuan material dan non material. Prasarana fisik sekolah terdiri dari bangunan-bangunan yang dimanfaatkan untuk mendukung efisiensi penyelenggaraan proses pendidikan. Proses pembelajaran merupakan contoh kontak bermakna antara warga sekolah atau antara pengajar dan peserta didik dalam pendidikan non materi.

C. Sekolah Sebagai Screening Moral

          Saat ini, Indonesia dihebohkan dengan cara berperilaku berbagai cara bertingkah aneh yang dilakukan oleh anak muda. Khususnya di bidang pelatihan, anomali sering terjadi. Biasanya penyimpangan yang terjadi merupakan pelanggaran etika. Penyimpangan ini biasanya juga terjadi secara lokal dan pelakunya adalah remaja dan umumnya dilakukan oleh orang yang lebih tua. Secara konsisten, bahkan setiap kali kita menyaksikan pelanggaran moral seperti kebiadaban, perilaku cabul, kekotoran, pemalsuan sertifikat, pertempuran, pembunuhan, dll. Jadi untuk mengurangi terjadinya pelanggaran moral, memberikan pelatihan moral kepada setiap individu sangat penting.

          Kemampuan sekolah sebagai lembaga edukatif yang akan mengantarkan individu-individu dengan kehormatan dan etika yang tinggi, yang cukup menonjol untuk diperhatikan banyak individu dari kelas atas, tengah dan bawah, keadaan yang berubah dengan cepat berbeda contoh masyarakat.

          Di persekolahan, pendidik bukan hanya sebagai pemberi informasi kepada siswa, tetapi juga sebagai pemberi nilai yang berarti, artinya pendidik harus memiliki pilihan untuk memahami materi pembelajaran serta menghubungkan materi dengan kelebihannya. kehidupan. Pendidik juga harus memiliki pilihan untuk menyaring semangat siswa. Ini berarti bahwa seseorang harus memiliki pilihan untuk melihat kemajuan etika siswa, apakah itu lebih baik atau lebih buruk dari sebelumnya. Dengan cara ini, pendidik harus memiliki catatan yang berisi etika siswa. Yang berencana memberikan arahan kepada siswa yang melakukan pelanggaran. Terlebih lagi, catatan-catatan ini bisa menjadi penentu atau tolak ukur kelulusan mahasiswa nantinya.

D. Sekolah Sebagai Pembentukan Kepribadian

           Karakter adalah kecenderungan mental seorang individu (anak muda) dalam bertindak baik secara tertutup maupun terbuka. Sekolah memainkan peran penting dalam pengembangan karakter anak muda. Terlebih lagi, sekolah juga merupakan tempat untuk menambah informasi, dimana informasi yang tidak ia dapatkan di rumah bisa didapatkan di sekolah[1]. Informasi, namun juga perkembangan akhlak atau karakter siswa, misalnya anak-anak tidak mendapatkan pendidikan moral dari orang tuanya atau anak-anak memiliki karakter yang buruk, mungkin ini karena walinya sibuk dengan pekerjaannya sehingga mereka kurang memiliki kesempatan. untuk menghadapi anak muda, maka disinilah tugas sekolah dibutuhkan. tentang penataan karakter anak muda. Untuk dapat membentuk karakter anak yang baik, pendidik harus memiliki teknik yang luar biasa, misalnya memberikan arahan kepada siswa, arahan ini harus dimungkinkan setiap ilustrasi di kelas.

            Pelatihan ketat yang dapat dipertahankan. Di sekolah, siswa diperlihatkan tentang standar dan budaya yang berlaku di mata masyarakat, negara dan negara. Maka dengan ini, dipercaya mahasiswa dapat memahami, dan mengamalkannya dalam kehidupan mereka. Hal ini dapat membantu dengan membina karakter siswa. Dengan memahami dan melatih standar materi, siswa dapat memiliki karakter yang baik. Dengan demikian, sekolah menyerupai sebuah keluarga, yang tugasnya membentuk karakter anak sehingga memiliki pribadi yang terhormat dengan tujuan menjadi usia yang beretika.

E. Pengaruh Keluarga Sekolah Terhadap Individu

            John lock berpendapat bahwa pelatihan adalah kewajiban bersama antara keluarga, sekolah, daerah atau pemerintah. Sekolah sebagai salah satu bentuk pembinaan lanjutan dalam keluarga, mengingat sekolah yang paling utama dimiliki anak adalah di dalam keluarga.

            Kenyataan bahwa keluarga adalah pihak pertama yang memutuskan dan bahkan mengarahkan bagaimana seorang anak akan dididik tidak dapat dipisahkan dari sudut pandang ini. Anak itu lahir, dan sejak itu berkembang dan tinggal di sana. pusat keluarga. Anak muda pertama-tama akan berbicara dengan ibunya, Ayah dan rumah tangganya. Dengan demikian, keluarga adalah lingkungan. Langkah awal anak kecil menuju pengembangan individualitasnya. Orang tua, jika Anak Anda akan meniru perilaku negatif Anda jika Anda melakukannya. Oleh karena itu, orang tua harus memiliki kepribadian yang positif agar dapat melakukan hal tersebut memberikan contoh kepada anak-anaknya.

            Nasution berpendapat bahwa keterlibatan orang tua dalam pendidikan anak-anak mereka sangat penting untuk pengembangan karakter moral dan etika. Perkembangan dari salah satu hasil penting dari hal ini adalah kepribadian anak. Keluarga sebagai penentu prestasi akademik. Jadi, Institusi yang mempunyai pengaruh paling besar terhadap masyarakat adalah keluarga. Kecenderungan menyanyi seorang anak muda.

            Seperti yang telah dipahami, bahwa iklim rumah dan keluarga memainkan peran yang sangat besar dalam perkembangan cara berperilaku anak-anak. Untuk itu harus ada suatu pekerjaan yang harus dibuat khusus oleh perkumpulanperkumpulan yang terlibat dengannya sehingga mereka akan memiliki tanggung jawab dalam hal ini. 

BAB III

MINI RISET

Peran Guru Dalam Membentuk Karakter Siswa

A. METODE PENELITIAN

1. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di rumah bapak Alfi Nur Huda yang bertempat di Desa. Jarit, Kec. Candipuro, Kab Lumajang. Pada tanggal 29 September 2023.

B. Metode Penetilitian 

Dalam penelitian ini saya menggunakan metode wawancara. Wawacara ini saya lakukan salah satu guru SD Negeri 04 Jarit yang bernama Muhammad Alfi Nur Huda, S.Pd.

C. Teknik Pengumpulan Data

Dalam peneletian ini instrument sebagai alat pengumpulan data yang digunnakan adalah teknik wawancara adalah percakapan dua orang atau lebih yang berlangsung antara narasumber dan pewawancara dengan tujuan mengumpulkan data-data berupa informasi, observasi adalah suatu aktivitas pengamatan mengenai suatu objek tertentu secara cermat secara langsung di lokasi penelitian tersebut, pencarian adalah metode pencarian guna menemukan data / informasi yang sedang dicari di dalam sebuah kumpulan data yang memiliki type data sama, dan lampiran sebuah gambar.

HASIL DAN PEMBEHASAN

Lampiran Hasil Wawacara

Identitas Diri

Nama               : Muhammad Alfi Nur Huda, S.Pd.

Profesi             : Guru SD Nergeri 04 Jarit

Alamat            : Jarit, Candipuro, Lumajang

Tanggal           : 29 September 2023

Pertanyaan Penelitian

Pertanyaan         :Bagaimana  peran anda sebagai guru dalam membentuk karakter siswanya?

Jawaban             :Menurut pendapat saya, guru harus menjadi contoh yang baik bagi siswanya dalam perilaku, nilai, etika, dan sebagai guru memberi pelajaran tentang nilai moral, etika dan prilaku yang baik.

Pertanyaan         :Bagaimana strategi yang dilakukan anda sebagai guru dalam penerapan pendidikan karakter pada siswa?

Jawaban             :Ada beberapa strategi yang dapat di terapkan oleh guru, pertama Guru harus menjadi teladan yang baik dalam perilaku  dan nilai-nilai karakter yang ingin diajarkan kepada siswa. Mereka harus menunjukkan integritas, empati, tanggung jawab, dan nilai-nilai lain yang diharapkan dari siswa, kedua Memasukkan pelajaran tentang karakter ke dalam materi pelajaran yang ada. Jadi guru dapat mengaitkan nilai-nilai karakter dengan topik-topik pelajaran agar siswa melihat relevansi nilai-nilai tersebut dalam kehidupan sehari-hari, ketiga Mengadakan diskusi terbuka dengan siswa tentang nilai-nilai karakter, dilema moral, atau situasi kehidupan nyata yang melibatkan nilai-nilai tersebut. Mendorong siswa untuk merenungkan dan mempertimbangkan pilihan moral, keempat Mengukur kemajuan siswa dalam pengembangan karakter, mungkin dengan penilaian yang melibatkan aspek karakter seperti kerjasama, integritas, dan kejujuran.

Pertanyaan         :Bagaimana reaksi siswa dalam penerapan pendidikan karakter di sekolah?

Jawaban             :Jadi reaksi siswa terhadap pendidikan karakter tergantung pada pendekatan yang di gunnakan oleh sekolah, kemungkinan banyak siswa yang merespon positif terhadap pendidikan karakter jika pendekatan tersebut menarik dan revelan, dan ada sebagian siswa mungkin merespon negatif karena mereka merasa pendidikan karakter dipaksa atau tidak sesuai dengan nilai-nilai mereka.

Pembahasan Hasil Wawancara

Peran guru dalam membentuk karakter siswa adalah sebagai guru harus menjadi contoh yang baik bagi siswanya dalam perilaku, nilai, etika, dan sebagai guru memberi pelajaran tentang nilai moral, etika dan prilaku yang baik.

Menurut narasumber ada beberapa strategi dalam penerpan karakter siswa yaitu: Guru harus menjadi teladan yang baik dalam perilaku dan nilai-nilai karakter yang ingin diajarkan kepada siswa. Mereka harus menunjukkan integritas, empati, tanggung jawab, dan nilai-nilai lain yang diharapkan dari siswa. Memasukkan pelajaran tentang karakter ke dalam materi pelajaran yang ada. Jadi guru dapat mengaitkan nilai-nilai karakter dengan topik-topik pelajaran agar siswa melihat relevansi nilai-nilai tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Mengadakan diskusi terbuka dengan siswa tentang nilai-nilai karakter, dilema moral, atau situasi kehidupan nyata yang melibatkan nilai-nilai tersebut. Mendorong siswa untuk merenungkan dan mempertimbangkan pilihan moral. Mengukur kemajuan siswa dalam pengembangan karakter, mungkin dengan penilaian yang melibatkan aspek karakter seperti kerjasama, integritas, dan kejujuran.

Reaksi siswa dalam penerapan karakter di sekolah menurut narasumber yaitu reaksi siswa terhadap pendidikan karakter tergantung pada pendekatan yang di gunnakan oleh sekolah, kemungkinan banyak siswa yang merespon positif terhadap pendidikan karakter jika pendekatan tersebut menarik dan revelan, dan ada sebagian siswa mungkin merespon negatif karena mereka merasa pendidikan karakter dipaksa atau tidak sesuai dengan nilai-nilai mereka.

            Jadi, guru harus menjadi teladan yang baik dalam perilaku dan nilai-nilai karakter, serta mengintegrasikan pelajaran karakter ke dalam kurikulum. Strategi yang digunakan oleh guru, seperti diskusi terbuka dan pengukuran kemajuan siswa dalam pengembangan karakter, memiliki dampak yang signifikan. Namun, reaksi siswa terhadap pendidikan karakter tergantung pada pendekatan sekolah, dengan beberapa siswa merespons positif jika pendekatan tersebut menarik dan relevan, sementara yang lain mungkin merespons negatif jika merasa dipaksa atau tidak sesuai dengan nilai-nilai mereka. Oleh karena itu, peran guru dalam membentuk karakter siswa harus disertai dengan pendekatan yang mempertimbangkan beragam reaksi siswa. 

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN 

Kesimpulan

          Dalam praktiknya, orang tua mendelegasikan tanggung jawab homeschooling ke berbagai sekolah, dari kelompok bermain hingga perguruan tinggi. Sikap ini diadopsi oleh orang tua karena mereka percaya bahwa mereka kekurangan waktu untuk menerapkan pendidikan rumah secara efektif. profesi masing-masing. Saat ini, di benak sebagian orang tua, pendidikan adalah tanggung jawab penuh pendidik dan lembaga pendidikan. Tampaknya proses pendidikan hanya dilakukan di sekolah. Hal ini berimplikasi pada sebagian besar proses yang dilakukan orang tua. mendelegasikan pendidikan rumah ke sekolah.Bahkan pembinaan moral agama sekarang menjadi tanggung jawab lembaga pendidikan formal, khususnya sekolah, bukan keluarga.Akibatnya, apa yang dulunya menjadi tanggung jawab sekolah, orang tua, dan masyarakat hampir seluruhnya menjadi tanggung jawab sekolah. tanggung jawab untuk proses pendidikan.

          Terdapat dampak sosial yang kompleks sebagai akibat dari pelembagaan pendidikan. Dari segi fakta sosial, sekolah sudah menjadi lembaga sosial di masyarakat dan menjadi subsistemnya sendiri. Peralihan masyarakat dari agraris ke industri dan masyarakat teknologi mendorong proses pelembagaan pendidikan secara formal melalui sekolah. juga oleh kebutuhan dan tuntutan yang dipaksakan oleh pertumbuhan dan perkembangan itu sendiri.

           Akibatnya, sekolah muncul sebagai alternatif baru yang tidak hanya berfungsi sebagai pendirian untuk kemajuan profesionalisme. pengetahuan, tetapi juga sebagai wadah penanaman dan penanaman nilai, norma, dan budaya. Sebaliknya, proses pelembagaan pendidikan tidak hanya berkontribusi pada peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM), tetapi juga melahirkan berbagai persoalan sosial. dari proses pelembagaan pendidikan. Hal ini berdampak pada banyak anak usia sekolah yang terpaksa tidak menghargai keindahan pendidikan dan malah memilih bekerja sebagai kuli bangunan, pengemis, penjual koran, dan sebagainya. kesenjangan antara si kaya dan si miskin, menimbulkan kecemburuan sosial yang dapat menimbulkan masalah sosial baru.

SARAN 

           Manusia adalah makhluk ciptaan allah yang sangat sempurna, tetapi tidak lepas dari itu terdapat kesalahan dan dosa. Maka dengan ini saya menyadari masih banyak kekurangan dan kelemahan di dalam malah yang saya buat, maka dari itu saya sangat siap di kritik oleh pembaca maupun dosen pengampu, agar nantinya bisa menambah semangat untuk terus belajar bagi saya dan terus berupaya berbenah diri untuk mencapai hal terbaik. Terakhir supaya dapat membuat makalah yang baik dan benar.

DAFTAR PUSTAKA

Adi Pristine. "Peran Sekolah Sebagai Lembaga Sosialisasi dan Pembentukan Karakter".(2020). Hal. 3

Peter Worsley, Pengantar Sosiologi (Yogyakarta: PT Tiara Wacana Yogya, 1991),

 243-244.

Sholihan Ilham."Peran Sekolah Sebagai Upaya Pembentukan Karakter Siswa". (Juli 2023)

Zaitun, Sosiologi Pendidikan (Pekanbaru: Kreasi Edukasi, 2015), 4.

Syamsu Yusuf, Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja (Bandung: PT Remaja             Rosydakarya, 2011), 195.

Ali Maksum, Sosiologi Pendidikan (Surabaya: UIN Sunan Ampel, 2013), 98

Heris Hermawan, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Direktorat Jendral     Pendidikan Islam Kementrian Agama, 2012), 92.

J. Dwi Narwoko dan Bagong Suyanto Sosiologi: Teks Pengantar dan Terapan,  (Jakarta: Prenada Media, 2004), 64.

St. Rodliyah, Pendidikan dan Ilmu Pendidikan(Jember: STAIN Jember Press, 2013),339

Dalam Abuddin Nata, Perspektif Islam Tentang Strategi Pembelajara (Jakarta: Prenada Media Group, 2009), 121

Muhammad Jawwad Ridla, Tiga Aliran Utama Teori Pendidikan Islam Perspektif SosiologisFilosofis, Terj Mahmud Arif, ( Yogyakarta: Tiara Wacana Yogya,  2002), h. 212

Alfi Nur Huda, Strategi yang Dilakukan dalam Penerapan Karakter Siswa.

Alfi Nur Huda, Reaksi Siswa dalam Penerapan Karakter di Sekolah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun