"Kalau kamu, Sumarni?"
"Orang tua saya sudah menyiapkan pendamping hidup, Bu...." Dengan wajah cemberut serta malu-malu.
dengan penuh tawa dan canda, seisi kelas tertuju pada sumarni. Mereka tawa terbahak-bahak karena anak seumur jagung masa berani melepaskan masa remajanya tanpa berfikir panjang, sesekali ada mencemooh dan nyeletuk.
"hooooi....., enak dong!" mereka tertawa serempak termasuk, termasuk Ibu guru dengan seragam coklat muda.
Kemudian pengabsenan dilanjutkan  berdasarkan abjad, satu persatu siswa ditanya tentang masa depan serta akan melanjutkan ke mana. Kini Anton mendapat giliran seperti teman yang lain.
"Anton, setelah lulus nanti kamu mau melanjutkan kemana?"
"Pesantren, bu". Dengan penuh semangatÂ
"Ko, tidak SLTP negeri atau Tsanawiyah saja"
"Kan pelajaran agama dimadrasah ini cukup membekali saya ke pesantren, jadi disana saya tinggal mendalaminya saja, dan mencari pelajaran-pelajaran yang belum saya temui di sekolah ini."
Waktu menunjukan pukul 12.00 WIB, siswa mulai bertebaran tidak beraturan, berlari penuh kegembiraan dari kelas-kelas, karena jam belajar telah selesai. Sebagian mereka di jemput oleh orang tuanya dan yang lain berjalan bergerombol sambil bercanda kecil menuju rumahnya masing-masing. Anton dan teman-temannya langsung menuju masjid dekat sekolah untuk sholat dhuhur, mereka berebutan berwudhu karena sholat berjamaah hampir selesai. Doa setelah sholat dipanjatkan dengan penuh khusuk, mereka berharap semua yang menjadi cita-cita dan harapan mereka setelan lulus terkabul.
***