Mohon tunggu...
M KHOTIB
M KHOTIB Mohon Tunggu... Guru - Guru

Saya adalah sebagai Guru dan pendidik di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Negeri di Kota Tangerang Selatan. hobi saya selain olahraga, saat ini sedang merintis untuk menjadi penulis di berbagai media online

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Menggantung di Langit

14 Februari 2023   02:27 Diperbarui: 14 Februari 2023   02:31 222
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Anton, pukul nyamuk yang ada dikaki  ayah!","pok,,,,pok,,". "Kalau pukul nyamuk yang keras supaya langsung mati"  perintah ayahku seakan-akan menyuruhku memukulnya tanpa belas kasihan, padalah aku tidak tega, tubuh kurus kering yang  hanya terbungkus kulit warna coklat mulia keriput, sangat tidak tega rasanya memukul nyamuk dengan kondisi ayah seperti itu, dengan kaki memanjang kearah kursi yang bermotif satu warna. Ayah mulia memejamkan mata,tak peduli dengan irama nyamuk yang selalu mengganggu telinganya, kumis serta jenggot yang jarang-jarang menghiasi wajahnya terlihat mulai memutih mengiringi usianya yang lanjut.

Berhari-hari Sarmin hanya berteman dengan bantal yang mengganjal kepalanya dan kasur dengan motif garis merah, menjulur secara horizontal yang tebungkus sprei  dengan tulisan "Menerima pendaftaran Murid Baru Tahun Ajaran 1990/1991", bungkus kasur tersebut merupakan gabungan beberapa spanduk yang sudah tidak terpakai untuk dijadikan sprei kasur. Dengan kondisi yang semakin melamah, tulang tangan dan kaki yang makin menojol dari balutan kulit yang mulai mengkerut  serta nafas yang tersendat-sendat, kadang berhenti sejenak kemudian berulang hingga beberapa kali. 

"Sabar, ini ujian tuhan yang harus kita hadapi dengan tabah." Ucap ibu Sambil mengelus kepala anak lelaki terakhir.

"Ya, kita doakan semoga bapak cepat sembuh"

Tak lama kemudian mata Sarmin terpejam, mulut sedikit terbuka dan raut muka lebih pucat. Ternyata, : "Inna Lillahi Wa Inna Ilai Raajiu'un" pamannya berucap dengan penuh duka cita. "Ayahmu telah kembali keharibaan yang kuasa dengan tenang". Dengan nada tidak rela, wajah memar dan mata dipenuhi peluh yang keluar tanpa sengaja. Sapu tangan yang dipakai ibu serta kedua kakak perempuannya lembab dan basah. Anton beberapa kali mengambil wudlu untuk mengurangi kulit tebal yang menutupi sisi atas dan bawah bola matanya, seisi keluarga serta kerabat jauh menyaksikan peristiwa ini penuh sendu yang mendalam. Sang Khalik mengambil haknya dari Sarmin, seisi alam hanya bisa menatap dan membisu, pepohonan hanya bisa merunduk melihat peristiwa ini.

Seluruh keluarga, tetangga, sanak saudara, handai tolan serta kerabat semua hadir ketika ayah dengan lima anak ini  dengan kepala membujur kearah timur, dengan penuh kesedihan yang mendalam, para pelayat menyembunyikan  rasa dukacita dalam sebuah kerudung. 

Warga sekitar saling berdatangan membantu, baik tenaga maupun materi mereka usahakan. Tuan rumah menyediakan wadah dan baskom yang ditutup dengan kain sarung atau taplak meja. Di dalam wadah inilah harapan shohibul musibah berharap dapat menambal kekurangan materi yang harus ditanggung. Selain itu, tuan rumah juga menyediakan jajan alakadarnya sebagai penghormatan bagi tamu yang melayat.

****

 Demi melanjutkan sekolahnya, Anton terpaksa ikut dengan seorang pamannya yang memiliki yayasan yang menampung orang-orang kurang mampu secara finansial, namun ia tetap bersekolah di tempat lama. Seluruh siswa kelas VI dikumpulkan dalam satu kelas, mereka ditanya tentang cita-cita mereka.

"Abu, kamu nanti akan melanjutkan kemana?"tanya Ibu Guru

"MTs Negeri 13, Bu" dengan penuh keyakinan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun