***
Dengan biaya seadanya, Sarmin berobat jalan ke beberapa alternatif yang terkenal manjur khasiatnya, ketika ada yang menyarankan untuk mendatangi tempat tertentu, ia pun tidak piker panjang,demi kesembuhan penyakitnya ia berangkat. Sudah belasan bahkan puluhan pengobatan alternatif telah dicobanya namun usahanya sia-sia dan nihil, yang ia rasakan malah bertambah parah dan sering buang air kecil tak menentu.Â
"Bu, peruku sakit, tolong antarna ke kamar mandi" dengan raut muka menahan sakit dan tangan kanannya berusaha meraih tembok untuk membantunya berdiri.
"pelan-pelan pak"
"uhuk,,,uhuk,,uhuk"
Istrinya menuggu didepan kamar mandi yang berukuran  satu kali dua meter, matanya memerah dan mengelurakan setetes air yang tak kuasa ia tahan, ia mencoba menghapusnya dengan dengan ujung jari, namun tetap saja air itu tak pernah kering.
"Sudah pak?" telingannya ditempelkan pada daun pintu berwarna coklat tua
"ya, uhuk,,,,uhuk,,,,uhuk,,,,"
"
Mulai saat itu hewan ternaknya berkurang satu demi satu. Demi kesembuhan penyakitnya, ia rela menjual sebidang tanah yang terletak di sebelah kanan rumahnya untuk berobat kerumah sakit, hasil rontgen menunjukan bahwa ia menderita kencing manis, karena uang untuk biaya rawat-inap serta pembelian obat tidak mencukupi, akhirnya ia tinggalkan rumah sakit Husada dan dokter pun memberi ijin.
"Anton, ambilkan air minum, bapakmu mau minum obat" suruh ibu sambil menunjuk plastik putih bergambar seekor ular yang melilit gelas putih dengan lidah menjulur, kantong itu berisikan beberapa tablet pil dan kapsul tergeletak diatas meja dengan plistur coklat mengkilat. "Aku sebenarnya tidak tega dan harus berbuat apa, dengan keadaan ayah seperti ini, dengan kondisi ekonomim yang serba pas-pasan belum lagi kedua adikku  yang harus melanjutkan  sekolah hingga tamat" suara hatinya pun ikut berbicara.Â