Mohon tunggu...
Trimanto B. Ngaderi
Trimanto B. Ngaderi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis Lepas

Penulis, Pendamping Sosial Kementerian Sosial RI, Pegiat Urban Farming, Direktur PT LABA Indoagro Nusantara

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Penyakit dan Penawarnya

9 Februari 2018   10:22 Diperbarui: 9 Februari 2018   10:30 1062
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Makan adalah kebutuhan dasar setiap makhluk hidup, termasuk manusia. Orang boleh makan apa saja. Makan segala sesuatu yang disukainya. Tidak ada yang melarangnya. Hanya ada sedikit rambu-rambu, yang tentu saja itu boleh ditaati, boleh pula dilanggar.

Menurut ilmu kedokteran umum, rambu-rambu dalam makan adalah makanan tersebut memenuhi standar kesehatan dan higienis. Makanan harus bersih, terbebas dari kuman dan bakteri, serta mengandung nilai gizi tertentu. Sedangkan menurut agama Islam, kriteria dasarnya adalah halalan-thayyiban, yang halal sekaligus baik. Halal berarti diperoleh dengan cara yang benar, bukan dari hasil menipu, mencuri, korupsi dll. Sedangkan baik berarti sesuai kebutuhan dan kondisi tubuh.

Beberapa makanan tertentu disinyalir dapat memicu rasa sakit atau penyakit tertentu. Oleh karena itu, ada sebagian orang yang sengaja tidak memakan jenis makanan tertentu, takut jika akan timbul rasa sakit atau penyakitnya kambuh. Selain itu, ada pula saran dari dokter yang menganjurkan agar mengurangi jenis makanan tertentu, atau bahkan tidak memakannya sama sekali. Yang lebih parah lagi, ada yang sedang menderita penyakit berat, sehingga ia berpantang terhadap banyak jenis makanan.

Sayang juga ya, jika ada seseorang memiliki kemampuan membeli berbagai makanan yang enak-enak, sementara ia tak boleh memakannya dikarenakan sedang sakit tertentu. Makan ini tidak boleh, makan itu dilarang. Kok banyak sekali berpantang makanan. Lalu, apa sih nikmatnya hidup ini, sekalipun kaya raya, tetapi semuanya dilarang? Sedangkan di sisi lain, ada orang yang tak mampu membeli makanan, malah makan apa saja doyan, tidak ada pantangan sama sekali.

Sebenarnya, kita tak perlu takut memakan makanan tertentu. Allah itu ternyata Mahaadil. Ketika Ia menciptakan suatu penyakit, ia sediakan pula penawarnya. Ketika Ia mendatangkan kesulitan, ia siapkan pula kemudahan. Ketika Ia memberikan suatu masalah, sudah ditunjukkan pula solusinya. Tinggal manusianya bisa menemukan atau mencarinya tidak.

Seekor ular yang menggigit manusia, akan mengeluarkan bisa (yang mematikan). Penawarnya adalah ada pada ular itu sendiri. Ketika si ular menghisap kembali bisa yang telah dikeluarkannya, maka itulah penawarnya. Sebab, si ular yang menggigit akan kehilangan sesuatu yang sangat berharga bagi dirinya, bisa merupakan senjata utama sebagai perlindungan diri.

Demikian halnya, jika ada orang takut untuk memakan sayur buah melinjo atau mengemil emping melinjo dikarenakan ia sedang menderita asam urat atau kolesterol tinggi; maka penawarnya ada di buah melinjo itu sendiri. Kulit melinjo merupakan obat dari asam urat atau menurunkan kadar kolesterol.

Terlalu banyak makan sayur kacang panjang juga dianggap menyebabkan asam urat atau sakit persendian. Lagi-lagi penawarnya juga ada pada kacang panjang itu sendiri. Jika kacang panjang dimakan mentah atau dibuat lalapan, itulah si penawar asam urat.

Itulah beberapa contoh yang dapat saya kemukakan. Mungkin masih banyak contoh yang bisa ditemukan dalam kehidupan sehari-hari berdasarkan berbagai pengalaman. Bagi yang masih ragu, boleh untuk melakukan penelitian ilmiah untuk membuktikannya. Sedangkan bagi yang langsung percaya, bolehlah segera mencobanya. Bagi penulis sendiri, karena tubuh manusia terdiri atas unsur jasmani dan rohani; maka tidak setiap hal di dunia ini mesti dibuktikan secara ilmiah. Ada hal-hal yang cukup kita yakini berdasarkan pengalaman, insting, mencoba, dan juga tradisi.

Bukanlah untuk mempercayai adanya Allah, Tuhan yang maha esa tidak perlu kita mesti bertemu muka dengan Dia, atau melakukan penelitian ilmiah akan keberadaanNya. Wallahu a'lam bish-shawab.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun