Mohon tunggu...
Muhammad Muizzsuddin
Muhammad Muizzsuddin Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Tinggi lebih dari 177 cm dan menyukai ide-ide yang baru dan segar. Baru saja lulus XII IPA2 dan langsung lupa dengan integral. Twit aktif di @yuddinYuddin

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Saya Ingin Publikasi Novel Melalui Kompasiana

1 Oktober 2015   08:45 Diperbarui: 1 Oktober 2015   08:55 301
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Author Enid Blyton"]

[/caption]

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Banyak dari kita bingung saat kita punya karya sastra dalam bentuk novel; bagaimana cara menerbitkannya? bagaimana cara mempublikasikannya? bagaimana agar orang orang lain turut menikmati imajinasi kita. Pernah merasakannya? Nah, saya pernah dan sering merasakannya. Saya bukan anak bahasa, saya anak IPA, saya bukan penggemar karya karya Kahlil Gibran, Pramoedya Ananta Toer, atau novelis novelis yang sarat akan 'sastra'.

Saya 'buta' soal sastra. Tapi saya anak yang punya imajinasi. Tentang apapun itu, mulai dari zaman Dinosaurus (mungkin karena saya suka lihat di Youtube BBC Earth), scene perang, kecelakaan, kepanikan bencana nasional, orang orang sakit, dan apapun yang terlintas dihadapan saya; saya bisa mengimajinasikannya menjadi sebuah adegan, atau satu bab novel yang utuh. Saya bisa mengimajinasikannya tapi saya, sayangnya tidak pandai dalam menuangkannya dalam kata kata indah, runtut, dapat dipahami, dan dapat dinikmati.

Maka saya membaca banyak karya novel anak anak yang penuh dengan imajinasi, terutama masa kecil saya, di rumah saya yang tipikal orang orang desa, saya menemukan novel saku karangan Enid Blyton , cerita tentang lima bersaudara, Julian, Dick, Anne, dan sepupu mereka George dengan 'saudaranya' anjing hebat Timmy. Petualangan demi petualanganyang mereka lalui bersama dengan deskripsi yang menyenangkan dari Mrs. Blyton, bagaimana Anne menuangkan untuk Julian secangkir kopi, dideskripsikan secara nyaman oleh si pengarang.

Anne mengambil teko kecil yang penuh dengan kopi rendah kafein lalu menbersihkan cangkir yang mereka bawa dari Puri Kirrin. Dia menyodorkan kopi itu kepada Julian yang sedang semangat menceritakan pengalamannya membuntuti para penyelundup. Julian menerima kopi itu dengan senyum lebarnya, menyeruputnya sedikit, mengomentari kesenangan Anne bermain rumah rumahan, matanya melirik George yang seolah olah berusaha tidak mendengarkannya. Semalam dia dan Dick tidak mengajak George karena anak itu sedang merajuk.

Menyenangkan sekali membaca deskripsi keceriaan anak anak itu, seolah kita diajak untuk benar benar ikut menikmati acara mereka, hadir ditengah tengah mereka. Itulah yang ingin saya lakukan.

Saya juga menikmati novel kelas 'atas' dari Aghata Cristie, menikati alur logika yang dibuat, mencoba menebak nebak pelaku sebelum kita tidak sabar membaca hipotesis Hercule Poirot lalu 'blam' cerita berakhir. Menelisik situs situs yang menyediakan ebook gratis Sherlock Holmes, bagaimana sebuah kasus diselesaikan dimeja makan. Membeli karya trbaru Dan Brown, melirik sedikit karya Kahlil Gibran, tergila gila pada narasi Laskar Pelangi dan tetraloginya, meminjam Surat Kecil Untuk Tuhan, Ranah Tiga Warna, membaca begitu 'banyak' novel.

Saya berharap, bisa meniru atau membuat sendiri gaya bertutur saya dalam novel.

Tapi saat sebuah mini-novel telah selesai, kebingungan muncul.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun