Mohon tunggu...
Luthfiah Nur Falaqih
Luthfiah Nur Falaqih Mohon Tunggu... Mahasiswa

Mahasiswi

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Krisis di Nepal: Saat Demokrasi Gagal Mendengar

14 September 2025   09:11 Diperbarui: 14 September 2025   09:12 23
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Resume pertemuan kedua Filsafat Dakwah

Mengutip dari artikel kompasiana yaitu bapak Drs. Study Rizal LK. M.Ag yang berjudul Belajar dari Nepal: Demokrasi yang Berdarah


Nepal menghadapi masalah besar karena pemerintahnya melarang beberapa media sosial. Larangan ini memicu protes besar dari ribuan orang. Bagi mereka, ini bukan cuma soal internet, tapi simbol bahwa pemerintah makin membatasi kebebasan rakyat.

Pemerintah menanggapi protes ini dengan kekerasan, seperti gas air mata dan peluru, yang bahkan memakan korban jiwa. Padahal, larangan media sosial hanyalah pemicu. Akar masalah sebenarnya adalah kekecewaan rakyat terhadap:
Korupsi yang sudah sangat parah, Nepotisme (pilih kasih) yang menutup kesempatan, kesenjangan sosial yang makin lebar

Media sosial menjadi tempat di mana rakyat bisa menyuarakan keluhannya. Ketika media sosial ditutup, artinya pemerintah memutus komunikasi dengan rakyat. Tragedi ini menunjukkan kegagalan pemerintah dalam berkomunikasi. Pemerintah memilih untuk menutup ruang dialog dan hanya menggunakan kekuasaan.

Pelajaran untuk Semua Negara
Keputusan pemerintah Nepal untuk akhirnya mencabut larangan itu sudah terlambat. Luka yang ada sudah terlalu dalam dan meninggalkan trauma. Peristiwa ini menjadi pengingat bagi semua negara, termasuk Indonesia, bahwa:
1. Demokrasi tidak bisa hidup tanpa adanya keberanian untuk mendengarkan.
2. Suara rakyat adalah fondasi negara. Mengabaikannya sama saja dengan meruntuhkan kepercayaan dan legitimasi pemerintah.
3. Negara yang menolak kritik sejatinya sedang menolak rakyatnya sendiri.
4. Kekerasan sebagai jawaban atas kritik hanya akan menghancurkan demokrasi.

Pada akhirnya, tragedi berdarah di Nepal ini seharusnya menjadi pelajaran berharga bagi dunia: demokrasi tidak akan bertahan jika komunikasi antara pemerintah dan rakyat gagal total.

Demikian resume saya untuk mengganti pertemuan online pada pertemuan kedua dalam mata kuliah Filsafat Dakwah. Mohon maaf apabila ada kekurangan dalam tulisan saya

Luthfiah Nur Falaqih

NIM: 12405041040036

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun