Mohon tunggu...
Luthfatunnisa
Luthfatunnisa Mohon Tunggu... Universitas Sebelas Maret

Nama lengkap saya adalah Luthfatunnisa dengan panggilan sehari-harinya Lulu. Saat ini saya menempuh pendidikah S1 program studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret. Saya mempunyai hobi menulis sejak SMP. Karakter saya yang serba ingin mengulik berbagai hal membuat saya menorehkan tulisan di platform ini sebagai sarana ekspresi diri.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kehormatan dalam Menulis

25 April 2025   12:44 Diperbarui: 25 April 2025   12:44 27
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Teori mengatakan humanisme adalah salah satu hal yang diperlukan dalam menyampaikan setiap gagasan. Konsep humanisme yang sangat dekat dengan kita, yakni memosisikan setiap orang adalah pribadi yang perlu dijunjung martabatnya, seharusnya menciptakan ruang diskusi yang kritis sekaligus harmonis terhadap suatu permasalahan. Gagasan dalam tiap tulisan yang dikemas dengan humanisme terlihat dari isi tulisan yang sesuai dengan prinsip adil dan terbuka untuk semua. Selain itu, humanisme juga mengingatkan setiap penulis pentingnya empati, saling memahami, dan menerima perbedaan pendapat.

Melihat dari konsep tersebut, humanisme adalah "sumber kemuliaan" dalam menulis. Namun, terkadang konsep ini dapat menjadi bumerang tersendiri dalam kehidupan nyata. Beberapa pendapat yang berbeda sebenarnya perlu diabaikan. Beberapa pandangan memihak juga dapat diakatakan sebagai suatu nilai yang objektif. Tulisan yang menghendaki nilai humanisme di dalam ragam bahasanya justru dapat terlalu emosional sehingga fakta yang sedang disampaikan dapat terkesan sebagai opini pribadi.

Humanisme dalam tulisan bukan terikat pada ragam bahasa yang halus. Ia menjelma sebagai fakta yang berpihak pada nilai-nilai kemanusiaan yang perlu dijunjung. Jadi, tulisan-tulisan kritik yang sering kali menggunakan ungkapan menohok bukan menjadi tolok ukur bahwa tulisan tersebut tidak berpegang terhadap asas humanisme. Bahkan, tak jarang tulisan memang dibuat tidak humanis, tetapi bertujuan untuk berpihak pada satu kebenaran yang termarginalkan.

Para penulis yang berani menunjukkan perbedaan dalam cara khasnya menulis ialah penulis dengan kehormatan tinggi. Bukan tanpa alasan, ia tahu sosok dan fakta yang tak pernah tersorot barangkali adalah kebenaran yang selama ini diubah. Bukan pula tanpa tanggung jawab, ia menyuarakan untuk kepentingan bersama menuju era humanisme sesungguhnya.

Ambil napas sejenak, sudah kah kita berhasil menghormati berbagai tulisan itu?

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun