ETIKA DIGITAL: Antara Kejujuran dan Kepura-puraan
Fesbuk Pro juga memunculkan pertanyaan etik: sejauh mana kehidupan pribadi boleh dipublikasikan demi konten? Banyak dari mereka yang menjadikan urusan keluarga, bahkan pertengkaran, sebagai bahan cerita demi "engagement". Sisi sensitif kehidupan pribadi direkam dan disebarkan tanpa filter. Dampaknya? Bukan hanya hilangnya privasi, tapi juga rusaknya nilai-nilai kemanusiaan itu sendiri.
Dalam jangka panjang, ini bisa membentuk generasi yang tidak jujur secara emosional. Kita diajari untuk selalu terlihat bahagia, walau sedang sedih. Selalu tersenyum, walau sedang tertekan. Kamera menjadi topeng, bukan alat komunikasi.
Profesional di Medsos, Seimbang di Rumah
Fesbuk Pro adalah refleksi dari era digital yang kompleks. Ia bisa menjadi alat pemberdayaan yang luar biasa, namun juga bisa menjelma jebakan narsistik yang sunyi. Yang menentukan bukan logonya, bukan jumlah viewers-nya, tapi cara kita memaknai dan menyeimbangkannya.
Kita boleh tampil pro di Facebook, asal tetap waras di rumah. Boleh bangga dengan pencapaian digital, asal tidak melupakan tugas nyata di dunia nyata. Karena pada akhirnya, yang lebih penting dari branding adalah keseimbangan. Yang lebih berharga dari algoritma adalah cinta dan kedamaian dalam rumah.
*Luffy Neptuno
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI