Lutfi Hidayah1 dan Nila Ubaidah,S.Pd.,M.Pd2
Program Studi Pendidikan Matematika, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Islam Sultan Agung
Email: lutfihidayah@std.unissula.ac.id1 dan nilaubaidah@unissula.ac.id2
Dalam beberapa dekade terakhir, perkembangan teknologi dan informasi berkembang sangat pesat. Salah satunya adalah era Society 5.0 yang digagas oleh pemerintah Jepang. Era ini hadir dalam arus utama masyarakat dengan gagasan bahwa setiap teknologi yang ada adalah bagian dari manusia itu sendiri dan orang menggunakan internet tidak hanya untuk mencari informasi tetapi untuk kehidupan sehari-hari mereka.
Inilah bagaimana Generasi Z muncul.Generasi Z juga dikenal sebagai iGeneration atau Internet Generation. Ryan Jenkins (2017) menyatakan bahwa Generasi Z memiliki harapan, preferensi, dan perspektif kerja yang berbeda dan dianggap menantang bagi organisasi. Mereka sangat beragam dan bersifat global, sehingga dapat memberikan dampak yang cukup kuat pada perubahan sosial dan budaya masyarakat. Di sisi lain, mereka tahu bagaimana memanfaatkan perubahan teknologi dengan baik di semua bidang kehidupan. Bagi Gen Z, menggunakan teknologi dalam kehidupan sehari-hari sama alaminya dengan bernapas.
Rasulullah SAW bersabda "Ajarilah anak-anakmu sesuai dengan zamannya, karena mereka hidup di zaman mereka bukan pada zamanmu". Hadist tersebut mengandung arti bahwa dunia akan selalu mengalami perubahan. Orang tua dan guru dituntut untuk lebih adaptif dan kreatif dalam memberikan pembelajaran keilmuan maupun internalisasi nilai-nilai terhadap anak ditengah perkembangan zaman yang terjadi.
Belajar tidak hanya terbatas pada transfer pengetahuan dan informasi, tetapi pembelajaran dapat membantu siswa generasi online mengubah pengetahuan tersebut menjadi alat untuk transformasi diri. Karena indikator orang terpelajar di era society 5.0 bukan hanya bisa mencerna informasi atau tidak. Tapi bagaimana dia menggunakan pengetahuan ini untuk mengubah dirinya sendiri?
Penggunaan model pembelajaran merupakan salah satu hal yang menarik dan menyenangkan bagi siswa sekolah. Salah satu model pembelajaran terpenting bagi Generasi Z adalah pembelajaran berbasis masalah (PBL).Â
Problem-Based Learning (PBL) sebagai model pembelajaran yang dirancang untuk memberikan siswa informasi penting yang memberdayakan mereka untuk memecahkan masalah dan mereka memiliki model pembelajaran sendiri dan kemampuan untuk berpartisipasi dalam kelompok. Problem Based Learning merupakan model pembelajaran yang melibatkan aktivitas siswa untuk selalu berpikir kritis dan selalu berkompeten dalam pemecahan masalah.Â
Siswa yang menggunakan keterampilan berpikirnya lebih aktif memiliki kesempatan yang lebih baik untuk memecahkan masalah. Pembelajaran Berbasis Masalah (PBL) memiliki banyak keunggulan dibandingkan model pembelajaran lainnya. Hal ini tentunya akan memberikan efek positif bagi siswa, memberikan tantangan dan semangat untuk mengikuti pembelajaran di sekolah.Â
Pada hakikatnya, model pembelajaran berbasis masalah tidak dirancang hanya untuk membantu guru menyampaikan pengetahuan, tetapi untuk membantu siswa mengembangkan pemecahan masalah, berpikir kritis, dan keterampilan intelektual. Bentuk pembelajaran aktif Problem Based Learning (PBL) mampu meningkatkan pengetahuan dan menghubungkan pembelajaran di lembaga pendidikan dengan dinamika kehidupan nyata.Â
Dengan cara ini, siswa dapat belajar mengembangkan pengetahuan yang fleksibel dan meningkatkan pengetahuan mereka sendiri, mengembangkan keterampilan memecahkan masalah, mendapatkan motivasi internal, berbagi ide, dan berkolaborasi. Siswa dapat mengidentifikasi apa yang sudah mereka ketahui, apa yang perlu mereka ketahui, dan metode serta sumber informasi yang diperlukan untuk pemecahan masalah yang berhasil. Pembelajaran berbasis masalah guru dapat memfasilitasi pembelajaran dengan mendukung, membimbing dan memantau kemajuan siswa.
Untuk mendukung proses pembelajaran agar tidak bosan dengan perkembangan teknologi saat ini, kita bisa menggunakan berbagai platform atau aplikasi yang bisa digunakan, salah satunya adalah penggunaan Assenblr. Assemblr merupakan produk asli buatan anak Indonesia dan didistribusikan ke seluruh dunia. Ini tidak hanya digunakan oleh guru Indonesia tetapi juga oleh guru di semua negara di dunia.
Kata Assemblr Edu pasti sudah tidak asing lagi bagi para pecinta Augmented Reality (AR). Augmented Reality (AR) adalah teknologi yang memungkinkan integrasi waktu nyata dari konten digital yang dihasilkan komputer ke dunia nyata. Augmented Reality memungkinkan pengguna untuk melihat objek 2D atau 3D virtual yang diproyeksikan ke dunia nyata. Assemblr Edu adalah platform yang dapat membantu Anda membuat tugas belajar menjadi lebih interaktif, kolaboratif, menyenangkan, dan mudah dipahami melalui 3D dan Augmented Reality (AR).Â
Dengan teknologi Augmented Reality (AR), guru dapat menggunakan atau membuat sendiri ilustrasi atau gambar untuk topik yang diinginkan dalam format 3D. Keunggulan Assemblr Edu adalah siswa dapat terlibat secara interaktif dalam kegiatan pembelajaran, dengan peran guru dan siswa yang sesuai dengan peran masing-masing.Â
Guru sebagai pihak yang mengajar siswa, dengan siswa terlibat dalam pembelajaran aktif. Media dalam 3D dan augmented reality ini memungkinkan siswa untuk menyentuh, memutar, menerjemahkan, dll., Memungkinkan siswa untuk terlibat secara aktif. Pada saat yang sama, guru dapat memimpin kegiatan pembelajaran dengan mengembangkan imajinasi siswa dan melatih siswa untuk berkomunikasi dan berkolaborasi dalam proyek 3D dan AR. Seperti yang kita ketahui, siswa seringkali kesulitan untuk memahami materi melalui gambar, seperti halnya guru yang seringkali harus menjelaskan konsep yang rumit tanpa media yang sesuai.
Pentingnya Assemblr Edu bagi pendidikan:
- Berbasis Visual
- Otak manusia memproses informasi visual 60.000 kali lebih cepat daripada kemampuannya untuk memproses teks. Sehingga gambar dan animasi 3D adalah media terbaik untuk menarik perhatian dan memicu keingintahuan, khususnya bagi pelajar-pelajar di usia muda.
- Mudah Dimengerti
- Assemblr menginginkan anda untuk membuat konsep-konsep yang rumit dan abstrak terasa lebih nyata dengan menghadirkannya diruang kelas. Dengan menerangkan materi dari tiap sudut menggunakan  teknologi 3D dan Augmented Reality(AR), sehingga dapat menghidupkan materi apapun dan memudahkan siswa menangkap pelajaran dengan lebih cepat.
- Mendorong Kreativitas
- Dengan pengalaman belajar interaktif di mana semua siswa dilibatkan, tentunya siswa akan memahami materi apa pun dengan lebih baik dan cepat. Editor AR dan fitur scan-to-see memberi kemungkinan tanpa batas bagi Anda untuk menjadikan aktivitas belajar terjadi secara dua arah dan mengubah momen-momen belajar menjadi lebih bermakna.
Pada dasarnya semua pelajaran dapat diterapkan dengan menggunakan teknologi. Apalagi dengan  model pembelajaran Problem Based Learning yang mengharuskan siswa untuk selalu aktif dan bisa berpikir kritis dalam pembelajaran dan guru sebagai fasilitator. Dengan adanya platform Assemblr Edu ini dapat merangsang siswa untuk berpikir kritis dalam pembelajaran dan mempermudah siswa dalam mengumpulkan pembelajaran. Assemblr Edu ini dapat menjadikan kelas yang lebih kolaboratif sehingga mudah untuk berbagi materi, mengumpulkan proyek, dan melihat apa yang terjadi.Â
Penggunaan model pembelajaran Problem Based Learning dengan Assemblr Edu dengan teknologi AR (Augmented Reality) dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematika dan kemandirian belajar siswa. Karena Assemblr Edu dapat menjadikan media pembelajaran yang menarik. Ditambah pada siswa generasi Z yang lebih suka dengan teknologi sehingga model pemelajaran Problem Based Learning dengan menggunakan Platform Assemblr Edu ini akan sangat mudah menarik siswa dan menjadikan pembelajaran tidak membosankan.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI