Namun, keinginan baik ini dibayangi oleh skeptisisme para pakar yang melihatnya sebagai retorika belaka. Dampak terhadap tatanan global tidak dapat diabaikan.Â
Negara-negara Eropa mulai mempertimbangkan kemandirian strategis, mengingat kepemimpinan AS tidak lagi dapat diandalkan. Beberapa negara bahkan mulai membangun aliansi alternatif, di luar kerangka tradisional yang dipimpin Amerika.
Menarik untuk dicatat, yaitu keruntuhan tatanan internasional ini bukanlah sepenuhnya produk Trump. Trump dapat lebih tepat dilihat sebagai akselerator dari proses transformasi yang sudah lama bergulir.Â
Ketidakadilan sistemik dalam tatanan global pasca Perang Dunia II, yang selama ini didominasi kepentingan Barat, telah lama menjadi kritik dari negara-negara Global Selatan. Runtuhnya tatanan ini setidaknya akan mengakhiri hipokrasi yang selama ini menyelimuti sistem internasional.Â
Negara-negara yang dekat dengan AS selama ini praktis kebal dari konsekuensi hukum internasional. Ke depan, dunia berpotensi memasuki era multipolar yang kompleks.Â
Yang paling menarik, ada kemungkinan bahwa era multipolar itu bukan lagi di dalam dominasi tunggal Amerika, melainkan kompetisi pengaruh antara AS, Rusia, China, dan kekuatan baru lainnya.Â
Sistem hukum internasional mungkin akan digantikan oleh logika "pengaruh" dan "kepentingan" yang lebih telanjang.
Ironisnya, keruntuhan tatanan global ini terjadi di saat dunia justru membutuhkan kerja sama multilateral untuk menyelesaikan tantangan lintas batas seperti perubahan iklim, pandemi, dan ketidaksetaraan ekonomi.Â
Trump tidak sekadar mengubah kebijakan, tetapi berpotensi menghancurkan infrastruktur diplomatik yang dibangun selama tujuh dekade.
Peradaban internasional kini berada di persimpangan yang krusial. Apakah ia akan jatuh ke dalam kekacauan geopolitik atau justru mampu merancang ulang arsitektur hubungan internasional yang lebih adil dan inklusif, masih menjadi pertanyaan terbuka.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI