Mohon tunggu...
Lucy Widasari
Lucy Widasari Mohon Tunggu... Penulis beberapa buku, ada royalti dan 28 bahan ajar M3

Hobby menulis dan membaca, membangun jejaring dan bekerjasama

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Mengapa Lemak Berlebih Bisa Jadi Ancaman Serius

12 April 2025   23:55 Diperbarui: 13 April 2025   06:14 435
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Obesitas selama ini sering dianggap sebagai masalah makan terlalu banyak atau kurang olahraga. Padahal, ilmu pengetahuan modern menunjukkan bahwa obesitas adalah kondisi medis yang jauh lebih kompleks. Tidak hanya sekadar penumpukan lemak, obesitas melibatkan banyak sistem tubuh—termasuk otak, hormon, jaringan lemak, dan sistem kekebalan. Yang lebih mengkhawatirkan, obesitas juga bisa menciptakan “lingkungan tubuh” yang mendukung tumbuhnya sel-sel kanker.

Untuk memahami bagaimana obesitas bisa memicu kanker, kita perlu memahami bagaimana tubuh mengatur energi. Pengatur utama energi dalam tubuh adalah hipotalamus, bagian kecil dari otak yang bertugas membaca sinyal dari seluruh tubuh, seperti rasa lapar, kenyang, dan kadar hormon. Saat tubuh merasa butuh energi, hipotalamus merespons dengan memberi “lampu hijau” untuk makan. Sebaliknya, saat energi sudah cukup, ia memberi sinyal untuk berhenti makan.

Sinyal-sinyal ini datang dari berbagai hormon. Misalnya, ghrelin adalah hormon yang memicu rasa lapar, sementara leptin, insulin, dan PYY membantu menahan nafsu makan. Ada juga adiponektin, hormon dari jaringan lemak yang membantu tubuh membakar lemak secara efisien dan meningkatkan sensitivitas terhadap insulin.

Hipotalamus juga mengirim sinyal balik ke organ tubuh seperti usus, hati, dan otot. Organ-organ ini menjalankan tugas mereka—mencerna makanan, menyimpan atau membakar lemak, dan menggunakan energi untuk bergerak. Bila semua sistem ini berjalan dengan baik, tubuh tetap seimbang. Tapi pada obesitas, keseimbangan ini terganggu.

Obesitas tidak hanya membuat tubuh menyimpan terlalu banyak energi dalam bentuk lemak, tapi juga memicu peradangan kronis yang tidak terlihat. Jaringan lemak orang obesitas bisa “mengundang” sel-sel imun seperti makrofag, yang kemudian menghasilkan zat-zat radang seperti TNF-α dan IL-6. Zat-zat ini bisa mengganggu keseimbangan sel tubuh, mendorong pertumbuhan berlebihan, dan menekan kemampuan sel untuk mati secara alami. Kondisi ini menjadi ladang subur bagi terbentuknya sel kanker.

Selain itu, obesitas membuat tubuh resisten terhadap insulin, hormon yang biasanya membantu gula masuk ke dalam sel. Sebagai kompensasi, tubuh memproduksi lebih banyak insulin dan juga IGF-1 (hormon mirip insulin). Kedua hormon ini bisa mempercepat pertumbuhan sel dan mencegah kematian sel abnormal—faktor penting dalam perkembangan kanker, terutama kanker payudara, usus besar, dan rahim.

Hormon dari jaringan lemak, seperti leptin, juga ikut andil. Leptin dalam jumlah tinggi bisa mempercepat pembentukan pembuluh darah baru (yang dibutuhkan oleh tumor), serta membantu sel kanker berkembang biak. Sebaliknya, adiponektin—yang justru membantu melindungi tubuh dari kanker—menurun drastis pada obesitas.

Pada wanita menopause, kondisi ini menjadi lebih serius. Setelah menopause, jaringan lemak menjadi sumber utama hormon estrogen. Jika tubuh menyimpan banyak lemak, kadar estrogen pun meningkat. Estrogen tinggi bisa merangsang pertumbuhan sel kanker, terutama kanker payudara dan rahim. Peradangan di jaringan lemak bahkan dapat meningkatkan produksi estrogen lebih banyak lagi, memperkuat risiko kanker.

Semua proses ini menunjukkan bahwa obesitas bukan sekadar masalah penampilan atau angka timbangan. Ini adalah kondisi yang sangat mempengaruhi kesehatan tubuh secara keseluruhan, dan secara nyata meningkatkan risiko kanker.

Untuk mencegah hal ini, penting bagi kita tidak hanya sekadar menurunkan berat badan. Kita juga perlu menjaga keseimbangan hormon, memperbaiki pola makan, meningkatkan aktivitas fisik, dan bila perlu, menjalani terapi medis yang menarget jalur-jalur molekuler yang terganggu. Pencegahan dan pengobatan obesitas tidak bisa dilakukan dengan cara tunggal, tapi memerlukan pendekatan terpadu dan menyeluruh yang melibatkan dokter, ahli gizi, dan dukungan lingkungan yang sehat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun