Mohon tunggu...
Lubna Laila
Lubna Laila Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswi Islamic Comunication and Broadcasting

Feminis garis kawai

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Soekarno Circle, Senja, dan Kamu

12 Desember 2022   21:17 Diperbarui: 12 Desember 2022   21:20 407
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mengapa Aku mendeklarasikan diri sebagai perempuan tuna asmara?

Sebab Aku memiliki Kamu, yang tanpa asmara sekalipun, hidupku tidak terlalu hampa. Kamu paham kan? Waktu bagian senja adalah zona merenung yang alangkah baiknya tidak diganggu oleh siapa-siapa. Kemudian Aku dan Kamu, pergi ke Menara Teratai guna mengopi, hanya untuk mengamati aktivitas manusia dari kaca Soekarno Circle lantai dua.

Aku membiarkan Kamu sibuk dengan kamera, karena dengan begitu Kamu bisa merdeka memotret apa saja, katamu, begitu adalah cara membekukan waktu, sebab kelak, kita akan menua, dan sebuah peristiwa, cepat atau lambat juga akan pudar dalam memori kita.

Aku memesan Americano, sementara Kamu setia dengan Green Tea, kita telah sepakat, minuman tidak pernah memiliki gender. Sehingga, kopi tidak selamanya diklaim sebagai milik lelaki dan Teh tidak selamanya milik perempuan. Keduanya hanya lah benda mati yang terkonstruksi.

Kamu membiarkan meja kita penuh dengan asap rokok, sebab Aku tengah menikmati aktivitas muda mudi yang syahdu sekali di balik gerimis, saling melindungi dari rintik sedu, sembari kuhisap tembakau dan cengkeh hasil dari lintinganmu.

Mengapa harus tentang rokok?

Aku sama sekali tidak pernah mengkampanyekan ''Mari merokok'' justru yang selalu kugaungkan adalah bahwa rokok seharusnya tidak perlu lagi diperdebatkan hukumnya kecuali dari sudut pandang kesehatan. Sisanya, tidak.

Barang siapa yang memperdebatkan rokok dengan membawa pantas dan tidak pantasnya lelaki atau perempuan dalam menikmatinya, maka sudah terlihat dengan jelas, sebatas mana keilmuannya mengenai gender equality dan konstruksi sosial.

Setiap paradigma manusia, berhak menentukan pembahasan diskusinya, dan Aku memilih untuk menyudahi tukar pikiran kecuali dengan pemangku open minded.

Soekarno Circle, Senja, dan Kamu adalah dimensi dialektika paling mutakhir dalam perkara serandom apapun

Purwokerto, 12 Desember 2022

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun