Namun ingat, jangan sampai kesempatan-kesempatan yang Tuhan berikan di atas membuat kita menjadi sombong, apalagi terhadap pria. Terlebih lagi pasangan kita.
Ibaratnya, saat kita membeli telur sekilo di pasar. Saat bagian telur terlalu ringan sepersekian gram dan penjual memberikan harga "normal", tentu kita merasa kesal. Tapi kalau bagian telur lebih dari sekilo dan kita inginkan harga "normal", gantian penjual telur yang merugi.Â
Berbeda jika berat telur setara dengan bandul ukuran sekilo, tentu penjual dan pembeli merasa nyaman melakukan transaksi. Nah, begitu juga dengan kesetaraan dan kekuatan yang diinginkan perempuan di dalam hatinya.
Ada pepatah yang mengatakan, bahwa di balik suami yang sukses, ada perempuan hebat di belakangnya. Kebanyakan orang hanya melihat apa yang kelihatan dari sosok pria. Namun siapa yang mengetahui saat-saat di mana pria tersebut memeras keringat, mencucurkan air mata, bahkan mungkin ada bagian tubuhnya yang sampai mengeluarkan darah? Ya hanya wanitanya, alias istrinya.
Tulisan ini sama sekali bukan mengarah kepada persetujuan terhadap patriarki. Namun sebagai sesama wanita, saya ingin mengajak para wanita lain. Yuk, kita saling bergandengan dan mendukung, apapun latar belakang kita untuk kembali mengingat fitrah sebagai perempuan.
Diciptakan sebagai penolong, sosok wanita memang harus lebih kuat daripada orang yang dikuatkan. Namun, tetap ingat porsinya, karena ketika sedikit saja ada kesombongan dalam hati wanita, hati-hati, di sinilah awal dari kejatuhan.Â
Entah itu dari segi asmara, karier, pendidikan, bahkan semuanya. Tentu kita sudah sering mendengarkan cerita maupun pengalaman orang lain, bahwa kejatuhan itu dimulai dari kesombongan.
Surabaya, 13 Maret 2023
Luana Yunaneva
Praktisi kesehatan mental dalam bidang hipnoterapi di @serenityhipnoterapi.id
Pengajar hipnoterapi & public speaking
Trainer BNSP