Mohon tunggu...
Julianda Boang Manalu
Julianda Boang Manalu Mohon Tunggu... ASN pada Pemerintah Kota Subulussalam, Aceh

Penulis buku "Eksistensi Keuchik sebagai Hakim Perdamaian di Aceh".

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

Membiasakan Diri Menghadapi Sugar Coating di Birokrasi ASN

7 Oktober 2025   09:01 Diperbarui: 9 Oktober 2025   10:29 135
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi sugar coating di birokrasi ASN. (Sumber: lolwot.com/Freepik) 

Ketika kita sadar bahwa integritas kita penting bukan hanya karena penilaian orang lain, tetapi karena harga diri dan efektivitas kerja kita sendiri. 

Kita tidak perlu menjadi pembangkang, tetapi bisa jadi agen perubahan kecil dalam tiap interaksi: menyampaikan umpan balik secara jujur, mengakui kelemahan proyek atau laporan yang kita buat, mengajak rekan untuk refleksi bersama.

Keempat, memanfaatkan regulasi, etika organisasi, dan kode etik sebagai pegangan. ASN memiliki aturan-aturan formal yang mengatur perilaku, komunikasi, dan kode etik. 

Misalnya, Peraturan Menteri PAN-RB tentang etika komunikasi, regulasi terkait pemberdayaan aspirasi, nilai budaya kerja, dan integritas. 

Dengan menunjuk aturan formal ini, kejujuran bukan dilihat sebagai tindakan yang melanggar kesopanan, melainkan sebagai bagian dari tugas dan profesionalitas.

Atasan dan pemimpin struktural perlu memberi contoh---ketika seorang pemimpin menerima kritik dengan sikap terbuka, saat ia menunjukkan bahwa kejujuran dihargai, maka bawahan yang selama ini terbiasa sugar coating akan perlahan merasa bahwa keberanian untuk berbicara jujur juga mendatangkan penghargaan, bukan hukuman.

Menjaga Keaslian Tanpa Mengabaikan Kesopanan

Menyimpulkan bahwa sugar coating itu buruk bukan berarti kita harus menjadi keras, kasar, atau "blunt" tanpa pertimbangan. Kesopanan tetap penting, tetapi harus dipahami bahwa kesopanan bukanlah topeng untuk menyembunyikan masalah. 

Keaslian dalam komunikasi berarti menggabungkan rasa hormat dengan keberanian, menggunakan bahasa yang lembut tapi tidak membohongi keadaan.

Kita bisa menanam benih budaya komunikasi yang sehat di lingkungan kerja ASN. Bila satu orang mulai berbicara jujur dengan santun, bertanggung jawab atas apa yang ia sampaikan, maka efeknya bisa merambat. 

Rapat-rapat bisa menjadi lebih produktif jika peserta bukan hanya setuju karena takut, melainkan setuju karena memahami masalah, risiko, dan alternatif solusi. Hubungan kerja bisa menjadi lebih ringan jika tidak selalu terbungkus formalitas yang menahan jiwa kreatif.

Akhirnya, "manis" dalam arti kesopanan dan saling menghargai tetaplah baik. Tetapi manis yang berlebihan, yang dipaksakan, yang membuat kita kehilangan diri sendiri dan menyembunyikan realitas, harus kita hadapi. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun