Mohon tunggu...
Julianda Boang Manalu
Julianda Boang Manalu Mohon Tunggu... ASN pada Pemerintah Kota Subulussalam, Aceh

Penulis buku "Eksistensi Keuchik sebagai Hakim Perdamaian di Aceh".

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Pilihan

Membaca Krisis Indonesia Lewat Tan Malaka

1 September 2025   12:12 Diperbarui: 1 September 2025   12:05 82
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Aksi unjuk rasa di depan gedung DPR RI, Kamis, 28/08/2025. (Sumber: merdeka.com/Freepik)

Dialektika mengingatkan bahwa perubahan hanya mungkin terjadi jika kontradiksi diakui dan dikelola. Demonstrasi dan protes rakyat bukan musuh, melainkan tanda adanya masalah serius. Jika suara itu terus ditekan, kontradiksi hanya akan meledak lebih besar di kemudian hari. Sejarah 1998 adalah buktinya.

Logika adalah kunci terakhir. Bangsa ini harus berani meninggalkan pola pikir irasional yang menyandarkan diri pada mitos atau kultus individu. Kita membutuhkan pemimpin dan rakyat yang berani berpikir sistematis, rasional, dan terbuka terhadap kritik. Tanpa logika, kita hanya akan berjalan dalam kegelapan.

Dengan MADILOG, kita bisa menata ulang cara pandang bangsa. Kita diajak untuk membaca krisis dengan jernih, mencari akar masalah yang nyata, memahami dinamika sosial, dan menyusun solusi rasional. Inilah yang menjadikan pemikiran Tan Malaka tetap relevan meski ia sudah lama tiada.

Belajar dari Tan Malaka bukan berarti mengidolakan sosoknya tanpa kritik, tetapi mengambil warisan intelektual yang ia tinggalkan. Dalam situasi bangsa yang kian sulit, kita perlu keberanian untuk berpikir ulang dengan cara yang lebih ilmiah dan logis.

Penutup

Krisis Indonesia tidak lahir begitu saja, melainkan hasil dari kondisi material yang timpang, kontradiksi sosial yang tajam, dan kegagalan berpikir logis. Demonstrasi, korupsi, dan etika buruk pejabat hanyalah gejala dari akar persoalan yang lebih dalam.

Tan Malaka lewat MADILOG memberi kita cara pandang baru untuk memahami semua ini. Ia mengingatkan bahwa tanpa logika dan tanpa keberanian berpikir ilmiah, bangsa ini akan terus terjebak dalam lingkaran krisis.

Kini, pilihan ada di tangan kita: apakah kita berani membaca ulang Indonesia dengan logika Tan Malaka, atau terus terjebak dalam pola lama yang hanya mengulang krisis?

Mungkin sudah waktunya bangsa ini berhenti hidup dalam mitos, dan mulai berjalan dengan logika.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun