Ketika pencairan dana ini tertunda, bukan hanya rumah tangga ASN yang goyah. Ekonomi lokal pun terdampak secara langsung.Â
Para pelaku usaha kecil dan menengah yang telah menyiapkan stok dagangan untuk menyambut lonjakan permintaan justru harus menerima kenyataan bahwa pasar tidak bergerak sebagaimana yang diharapkan. Barang tak terjual, modal macet, dan omzet pun menurun drastis.
Sebagian mungkin menganggap bahwa dampaknya tidak terlalu besar karena gaji ke-13 pada akhirnya tetap akan cair. Namun, dalam logika ekonomi musiman, waktu adalah segalanya.Â
Penjual hewan kurban tidak bisa menunggu hingga dua minggu setelah Idul Adha. Toko perlengkapan sekolah juga tidak bisa menyimpan stok hingga tahun ajaran sudah dimulai.Â
Pasar bergerak berdasarkan momentum, dan ketika momentum itu lewat, nilai ekonominya hilang.
Kasus ini mengingatkan kita pada betapa rentannya perekonomian daerah terhadap kebijakan pusat. Di banyak daerah, ASN adalah kelompok ekonomi yang dominan. Mereka adalah konsumen utama dalam siklus pengeluaran musiman.Â
Ketika dana gaji mereka tertahan karena kendala administrasi, maka efeknya menjalar ke berbagai lapisan masyarakat, termasuk sektor informal dan UMKM.
Yang lebih menyedihkan, banyak pelaku usaha kecil yang telah mengambil pinjaman atau mengeluarkan modal ekstra untuk menyambut lonjakan permintaan. Mereka percaya bahwa seperti tahun-tahun sebelumnya, ASN akan menjadi pembeli utama.Â
Ketika realitas tidak sesuai harapan, mereka harus menanggung kerugian sendiri. Tidak ada mekanisme kompensasi dari pemerintah bagi mereka yang kehilangan momentum pasar karena ketidaktepatan waktu belanja negara.
Pemerintah mungkin berdalih bahwa prosedur harus diikuti. Bahwa pencairan dana harus melalui verifikasi, persetujuan, dan regulasi yang jelas.Â
Namun, argumen ini tidak cukup menjawab pertanyaan besar: mengapa perencanaan anggaran tidak dilakukan jauh-jauh hari? Mengapa kalender fiskal tidak disinkronkan dengan kalender sosial masyarakat? Mengapa birokrasi tidak memiliki mekanisme yang lincah untuk merespons kebutuhan konkret dan berkala seperti hari raya?