Perlu ada kebijakan afirmatif. Misalnya, subsidi kuota internet untuk daerah tertinggal, insentif bagi bank yang mengembangkan aplikasi ramah disabilitas, atau pelatihan literasi digital gratis di desa-desa. Tanpa intervensi nyata, jurang digital ini hanya akan makin melebar.
Komunitas juga memegang peran penting. Program pengenalan bank digital oleh relawan, karang taruna, atau lembaga keagamaan bisa menjadi jembatan yang sangat berarti. Sebab perubahan besar kadang datang dari langkah kecil dan dekat dengan masyarakat.
Sebagai pengguna, kita pun bisa ikut mendorong perubahan. Dengan memberikan ulasan kritis, menyuarakan kebutuhan kelompok rentan, atau sekadar membantu orang tua kita memahami cara kerja aplikasi, kita telah menjadi bagian dari solusi.
Bank digital memang punya potensi luar biasa. Tapi jika tidak dirancang dengan prinsip inklusif, maka yang terjadi hanyalah penggantian bentuk eksklusi: dari pintu bank yang sulit dijangkau, menjadi layar aplikasi yang tak bisa dibuka.
Masa depan keuangan digital seharusnya tidak hanya nyaman bagi mereka yang "melek teknologi", tetapi juga adil bagi mereka yang belum terbiasa. Sebab dalam masyarakat yang beradab, kemajuan teknologi harus selalu sejalan dengan kemajuan akses.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI