Mohon tunggu...
Livia Halim
Livia Halim Mohon Tunggu... Penulis - Surrealist

Surrealism Fiction | Nominator Kompasiana Awards 2016 Kategori Best in Fiction | surrealiv@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

[Fikber] Monolog

24 November 2015   10:49 Diperbarui: 24 November 2015   23:22 514
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Livia Halim, No. 12

-Ran-

Seiring waktu, aku merasa semakin pandai bersandiwara. Kemarin ini, aku sempat bersandiwara seolah-olah aku tidak tahu keberadaan kekasihku sendiri. Terpaksa sandiwara ini kulakukan untuk mengelabui Rheinara, ‘mantan’ dari kekasihku, Nugie. Aku sendiri memang merasa kasihan kepada Rheinara. Bayangkan saja, untuk waktu yang lama, Nugie terpaksa harus berpura-pura mencintainya. Sebenarnya Nugie bisa saja meninggalkannya dari dulu, namun Rheinara hatinya sangat rentan, jadi terpaksa aku “sembunyikan” dulu Nugie supaya Rheinara bisa terbiasa dengan ketiadaannya. Hei, bukankah apa yang aku lakukan itu sangat baik? Secara tidak langsung aku mengajarkan Rheinara untuk lebih kuat dan menata hatinya secara mandiri.

Aku sempat berencana membunuh Rheinara. Iya, membunuhnya. Aku yang lebih dahulu menyampaikan keinginan tersebut kepada Nugie. Tapi ah, dasar Nugie, ia berpikir sangaaat lama untuk akhirnya pasrah dengan keputusanku. Nugie akhirnya setuju untuk membunuh Rheinara karena sebenarnya ia juga sudah lelah menyembunyikan kisah cinta kami dari gadis lemah itu. Maka, membunuhnya adalah keputusan terbaik. Aku yakin, jika Rheinara mati, maka tidak ada lagi yang ‘mengganggu’ hubunganku dengan Nugie. Keputusan yang gila memang. Tapi, hei, bukankah kamu juga sering jadi gila ketika sedang jatuh cinta?

 

-Nugha-

Waktu itu, Ran menelponku. Ia berkata ia membutuhkan bantuanku segera. Ketika kutanya ada apa, ia menjelaskan bahwa ia hendak membunuh Rheinara, gadis yang jatuh cinta kepada saudara kembarku, Nugie. Aku kaget bukan main. Bagaimana mungkin ia memintaku untuk merenggut nyawa seseorang?

“Mengapa harus dibunuh? Kamu pikir membunuh manusia itu begitu mudahnya? Lagipula, oh ayolah, apakah kamu sudah gila?!” tanyaku dengan bingung.

“Rhein harus mati agar ia tidak lagi menganggu hubunganku dengan Nugie. Tadinya aku berencana, Nugie lah yang membunuh Rhein. Namun, rupanya ia tak sanggup, kasian katanya. Jadi, kuminta kamu untuk membunuhnya, dan sebelumnya tentunya kamu menyamar sebagai Nugie, bukan Nugha. Oke, ini memang terdengar mengejutkan. Aku tahu betapa kagetnya kamu sekarang. Kamu juga mungkin hendak diam-diam telepon polisi? Tapi, dengarkan… aku akan membayarmu dengan nominal yang kamu sebut, berapa pun itu, aku bahkan akan membiayaimu operasi plastik secepatnya sehingga wajahmu tidak lagi dikenali, aku juga menjamin identitasmu bisa dipalsukan sesegera mungkin,” penjelasan Ran membuatku semakin bingung. Membayarku dengan nominal yang aku sebut katanya. Tawarannya cukup menggiurkan memang. Dan ia adalah kekasih yang sangat dicintai dan dipercaya oleh saudara kembarku, jadi tidak dipungkiri kata-katanya memang bisa dipegang.

“Oke… lalu bagaimana jika kamu yang justru diperiksa oleh polisi? Entah kapan memang, namun bisa saja beberapa minggu atau beberapa bulan kemudian, kasus ini terbongkar. Tentunya kamu akan diperiksa polisi, mengingat kamu lah yang terakhir kali membawa ‘orang mirip Nugie’ ini untuk bertemu dengan Rhein.”

“Oh tenanglah, Nugha. Aku akan memberikan keterangan kepada polisi bahwa aku berusaha mencari Nugie karena tidak tega melihat Rhein kesepian tanpa Nugie. Aku akan berkata bahwa aku menanyakan keberadaan Nugie kepada Nina. Kemudian, Nina memberikan alamat Nugie. Namun ternyata, tanpa aku tahu, bukan Nugie lah yang berada di rumah itu. Anggap saja saat itu Nugie sedang keluar rumah, kemudian kamu lah yang ada di sana dan menipuku, mengaku kamu Nugie. Selanjutnya biar polisi yang menyimpulkan apakah motif dari pembunuhan oleh Nugha ini. Tapi tenang saja, karena… wuuussh, saat itu Nugha sudah tiada, karena identitas dan rupamu sudah berubah. Itu rencanaku, lagipula aku bisa menjamin polisi tidak akan tahu. Karena tidak akan ada keluarga Rhein yang  akan berusaha mengupas kasus ini juga, mengingat Rhein sudah tidak memiliki keluarga lagi.”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun