Mohon tunggu...
Listhia H. Rahman
Listhia H. Rahman Mohon Tunggu... Ahli Gizi

Lecturer ❤ Master of Public Health (Nutrition), Faculty of Medicine Public Health and Nursing (FKKMK), Universitas Gadjah Mada ❤ Bachelor of Nutrition Science, Faculty of Medicine, Universitas Diponegoro ❤Kalau tidak membaca, bisa menulis apa ❤ listhiahr@gmail.com❤

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

TPQ At-Taqwa dan Suasana Ramadhan yang Membuat Rindu

14 Juli 2015   15:46 Diperbarui: 13 Agustus 2020   10:05 537
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bukan hanya santri yang belajar dari kami, karena kami pun banyak mendapatkan pembelajaran dari mereka. Mungkin karena kebiasan santri di kegiatan mengaji regular (di luar bulan puasa), kami para remaja sering di panggil dengan sebutan “Ustadz/zah” oleh mereka, bahkan sering juga dipanggil “Bu...”. Duh, bagi saya sendiri, panggilan itu (ustadzah) masih terlalu berat mengingat ilmu saya yang masih belum seberapa. Pernah beberapa kali saya mengingatkan mereka untuk memanggil dengan “Mbak” saja, dan memang berhasil pada hari itu. Tapi kemudian di hari berikutnya mereka kembali memanggil, Ustadzaaahhh!

Semenjak kelas 3 SMP, saya selalu mendapatkan kelas yang berisi anak kecil ( TK A/B , sesekali TPA 1). Ya, bagi saya mengajari mereka sungguh sebuah tantangan tersendiri. Seru meski kadang menjengkelkan. Seru karena mereka masih lucu-lucunya, kegiatan yang dilakukan hanya seputar bermain dan hal-hal yang menyenangkan. (kadang) Menjengkelkan ketika sudah ada yang berantem gara-gara berebut pensil warna. Ya, namanya juga anak kecil. Mau marah pun saya tidak sanggup, wajahnya yang imut selalu menjadi perisai ampuh untuk memeluk mereka saja.

Menjadi guru , ternyata memang harus banyak sabarnya. Ada saja hal yang diluar dugaan terjadi, seperti ketika giliran wudhu tiba. Sebagian anak-anak kecil usia 5-7 tahun yang saya pegang belum paham betul bagaimana cara wudhu yang baik dan benar. Jadilah saya pun harus turun tangan mengajari dan mengawasi mereka satu-satu. Pernah suatu hari saya tidak sengaja mengecek mereka, ternyata ada salah satu yang basah kuyub seperti habis mandi.

“Adek, kenapa semuanya basah gini?”

“Iya mbak, tadi rambutnya saya basahin kayak gini ” sambil mempraktikan adegan keramas.

Ya, gitulah anak-anak. Memang harus diawasi.

Berkah Ramadhan dan Indahnya Kebersamaan

Selepas sholat maghrib berjamaah, kami selalu memberikan takjil bagi para santri. Takjil ini merupakan swadana masyarakat yang dilakukan bergiliran. Ya, lagi-lagi saya sungguh beruntung bisa tinggal di perumahan senyaman ini, bukan hanya lingkungannya namun juga warganya. Tidak ada yang menolak ketika terdaftar menjadi pemberi takjil, warga dengan suka rela membuatkan takjil untuk kami (remaja dan santri).

Mungkin inilah berkah Ramadhan yang akan selalu kami rindukan, indahnya kebersamaan yang selalu menyertainya tidak hanya untuk anak-anak dan remaja, melainkan untuk warga pada umumnya.

Pensi Ramadhan 3 Tahun yang Lalu

 

Oya, setiap Ramadhan pun di TPQ selalu mengagendakan pentas seni yang biasanya diselenggarakan h-seminggu lebaran. Anak-anak TK biasanya gerak dan lagu , kemudian anak-anak TPA 1 dan TPA 2 bisa memainkan peran (drama) atau bermain rebana.Malam senin kemarin , pentas seni Ramadhan telah dilaksanakan. Untuk pertama kalinya, saya duduk di deretan para penonton dan melihat hasil latihan yang telah mereka lakukan selama di TPQ.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun