Berita yang dulu pernah menggemparkan dunia pendidikan adalah dimana ratusan siswa SMP yang berada di kawasan Buleleng Bali tidak bisa membaca dan menulis.Â
Dan pastinya fenomena ini ada beberapa faktor yang terjadi sehingga membuat siswa siswi SMP tidak bisa membaca dan juga menulis, dan sebaiknya disaat masih pendidikan dasar harusnya menjadi fondasi yang memastikan anak menguasai literasi sebelum melanjutkan ke jenjang berikutnya.Â
Dan faktor tersebut bisa terjadi seperti keterbatasan tenaga pendidik, metode pembelajaran yang kurang efektif, hingga kurangnya perhatian orang tua terhadap proses belajar anak. Selain itu, masalah sosial-ekonomi juga bisa berperan, karena siswa dari keluarga kurang mampu sering mengalami keterbatasan akses terhadap buku, bimbingan belajar.Â
Dan guru yang berada di kawasan Buleleng Bali harus dengan cepat menyiapkan program literasi untuk memperkuat cara membaca siswa dan juga menulis siswa. Dan guru juga memberikan pelatihan siswa dengan kemampuan dasar rendah. Dan jika masalah ini dibiarkan akan terjadinya siswa putus sekolah.
 Ada beberapa sekolah yang tidak lancar membaca dan menulis yang pertama berada du SMPN seririt yang berjumlah 22 orang, yang kedua ada di SMPN 2 Banjar berjumlah 20 orang, yang ketiga SMPN 1 Sawan berjumlah 20 orang, yang keempat SMPN Sawan berjumlah 18 orang, dan masih banyak lagi sekolah yang tidak bisa membaca di kawasan Buleleng Bali.Â
Kasus di Buleleng cukup mengejutkan bagi para pendidikan di Indonesia, dan jangan mengabaikan kemampuan literasi saat ini, karena literasi adalah sebuah pintu menuju ilmu pendidikan, dan literasi adalah kunci bagi setiap pendidikan.Â
Penulis: Yasmin Maulidina Listasya (ketua Redaksi Majalah HimaPBINDO STKIP Al Hikmah)
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI