Mohon tunggu...
Lis Liseh
Lis Liseh Mohon Tunggu... Apoteker - Apoteker/Pengajar

Apoteker dan Pengajar di Pesantren Nurul Qarnain Jember | Tertarik dengan isu kesehatan, pendidikan dan filsafat | PMII | Fatayat NU. https://www.facebook.com/lis.liseh https://www.instagram.com/lisliseh

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Trouble Maker (Part 9)

27 Maret 2019   16:59 Diperbarui: 27 Maret 2019   17:18 58
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Kak, ayo kita naik kuda." Pinta Randa memanja.

"Kak Prinsa-nya masih lelah, sayang. Biarkan dia istirahat dulu." Tante mengingatkan. Tapi Randa tak mau tahu. Ia menarikku keluar villa menuju peternakan kuda. Ya ya ya, seperti yang Rades katakana tadi, Randalah yang meminta Rades menjemputku.

Dengan semangat, Randa memperkenalkan Hercules, kuda poni kesayangannya. Randa sudah pintar menunggang kuda. Sementara aku baru pertama kali. Jadilah sesorean ini si duo R, Randa dan Rades mendadak jadi guru privatku untuk menunggang kuda. Sementara Pak Ryo dan istrinya menyiapkan makan malam.

Tuhan, hamba tidak egois kan jika berharap jika momen ini berlangsung selamanya? Rasa bahagianya seperti darah yang mengalir keseluruh tubuh, melewati setiap sel tubuhku tanpa terkecuali. Aku bagahia, dan aku tidak bisa membohongi hati ini lagi. Ceria ini, kebersamaan ini, wakt ini, izinkan aku tetap menikmatinya selamanya, Tuhan. Aku egois ya? Tapi bukankah semua makhluk hidup memang egois? Setidaknya merasa bahagia adalah hak semua orang.

***

Tapi Tuhan memiliki rencana lain rupanya.


Malam itu sudah menunjukkan jam 8. Pak Ryo memutuskan untuk kami menginap saja malam ini, baru besok subuh kembali ke rumah. Tapi Randa menangis terus, meminta pulang. Akhirnya mau tidak mau kami semua sepakat untuk pulang. Sesampainya di kediaman Pak Ryo, sudah ada 3 orang polisi sedang mengobrol dengan Pak Satpam. Melihat kedatangan kami, polisi itu segera meminta waktu untuk berbicara dengan Pak Ryo dan Rades. Pak Ryo menyuruh istrinya untuk membawa Randa yang sudah tertidur lelap untuk segera masuk saja.

 "Saudara Nanryo Arades harap ikut kami ke kantor."

Buuumm! Kata-kata itu seolah bom atom yang tiba-tiba menggelinding dan meledak tanpa peringatan, sejak awal kedatangan mereka sebenarnya aku sudah menaruh perasaan yang tidak enak.

Rades cuma diam saja saat seorang petugas memegang tangannya mengarahkan untuk segera masuk ke dalam mobil polisi. Segala elakan dan ketidak relaan kami tak berguna untuk menahan Rades.

Ada apa ini? Kenapa Rades tiba-tiba saja di tangkap? Apa ini ada hubungannya dengan Radit? Tuhan, rencana apa lagi yang sedang Engkau kerjakan pada kami?  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun