Mohon tunggu...
Lina M
Lina M Mohon Tunggu... Lainnya - Wisteria

There's gonna be another mountain

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Mengenai Cinta yang Sederhana dalam Teka-teki Rumitmu

27 Mei 2020   10:41 Diperbarui: 27 Mei 2020   10:44 184
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Keesokan harinya aku tidak dapat berhenti tersenyum. Terlebih ketika hujan turun, aku yakin ia akan tertahan lebih lama denganku seperti kemarin sore. Dan aku harap setelah hujan reda, akan turun hujan yang lebih deras dan lama. Aku rindu hangat telapak tangan dan caranya menampakkan giginya padaku, ia memang tidak pernah tersenyum apalagi tertawa. Aku hanya melihat giginya ketika ia berbicara. Singkatnya aku merindukan apapun yang ia miliki. Aku siap menerima sekuntum anyelir yang baru, atau jika memungkinkan aku ingin melihat kebun bunganya.

Hujan, sepi, larut malam, sendirian adalah kombinasi sempurna di sisa malamku. Akhirnya aku pulang dengan kegusaran. Aku terus menoleh ke belakang, menatap tempat itu serta tetap menaruh harapan yang sama, yakni berharap ia berada di sana dan berdiri di samping kiriku.

Hari selanjutnya aku kembali berharap, dan kejadian itu terus berlanjut. Ia tidak lagi dapat kutemukan. Aku ingin bertemu dengannya namun aku tidak tahu dimana keberadaannya. Aku tidak dapat mencarinya, sama seperti aku yang tidak dapat menafsirkan teka-teki yang ia sandang.

Jika saja karena anyelir itu, aku bersedia mengembalikan padanya meski sekarang bunga itu telah mengering. Aku bersedia tidak berfantasi, melupakan berbagai definisi yang kumiliki tentangnya setelah hari itu.

Hari ini adalah hari ke-empat puluh aku tidak bertemu dengannya. Aku memandang 37 anyelir kering, 2 anyelir layu dan sekuntum yang sekarang masih segar di tanganku. Kurasa dengan memiliki sekuntum anyelir segar tiap hari dapat menekan rasa rinduku. Dan kini aku pun menumbuhkan beberapa batang anyelir di halaman. Kelak aku akan memiliki anyelir sendiri di rumah tanpa harus membeli atau diberi orang lain.

Hari ini aku pergi ke toko perhiasan untuk membeli gelang kaki baru. Kurasa memang sudah waktunya gelang kaki usang itu kutanggalkan, diganti dengan yang lebih kemilau. Semalam aku menolak ajakan laki-laki depan rumah yang mengajakku merajah betis daripada menghias kaki dengan gelang kaki usang. Aku yakin setelah melihat gelang kakiku yang baru, ia akan diam.

Sambil menunggu hujan reda, aku iseng bercermin karena beberapa hari terakhir aku merasa mataku seperti memiliki cuaca, cerah berangin sepoi-sepoi. Aku tidak menarik gurat senyumku sama sekali setelah melihat bayanganku sendiri. Aku segera menyimpan cermin, tidak mau melihat bayanganku lebih lama. Tatapan mataku lurus ke depan, tanganku memegang erat anyelir. Anyelir itu kudekap di dada, dan anehnya aku merasakan anyelir itu berdebar sama sepertiku.

"Makhluk seperti apa dirimu?" Aku bertanya sekaligus merasa dipermainkan oleh sekuntum bunga anyelir siluman. Keningku berkerut dan mataku mulai berkaca-kaca.

"Aku tidak bisa menjanjikan apapun padamu. Aku hanya dapat membagi apa yang kumiliki, dan kuusahakan agar dapat membuatmu lebih tenang."

Seseorang menggamit tanganku. Dialah laki-laki kornea berkabut, pupil kunang-kunang dengan sekuntum anyelir di tangan, sama sepertiku. Kini bukan hanya ia yang menyandang teka-teki itu, aku pun  telah mengenakannya.

Aku tersenyum. "Rupanya aku jatuh cinta pada seseorang yang tidak sederhana untuk dimengerti. Aku memang kesulitan dengan teka-teki yang kau miliki, tetapi sepertinya memang banyak hal yang perlu kuketahui tentang dirimu."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun