Mohon tunggu...
Faustina Rosalia
Faustina Rosalia Mohon Tunggu... Lainnya - Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Ungraduated Media Digital Communication Student

Selanjutnya

Tutup

Film

Melihat Teori Auteur dalam Film "Wonder Woman" (2017)

27 September 2021   14:25 Diperbarui: 28 September 2021   15:46 618
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Teori Auteur menekankan pada sejarah dan keseluruhan output sutradara, yang cenderung lebih berguna bagi sutradara lama daripada pendatang baru.

Teori Auteur

Definisi Auteur telah diperdebatkan sejak tahun 1940-an. Andr Bazin dan Roger Leenhardt mempresentasikan teori bahwa sutradaralah yang menghidupkan film dan menggunakan film tersebut untuk mengungkapkan pemikiran dan perasaan mereka tentang materi subyek. Seorang Auteur dapat menggunakan lighting, camerawork, staging dan editing untuk ditambahkan dalam visi mereka (Thompson & Bordwell, 2010: 381-383). 

Gianetti (2001: 305), menjelaskan bahwa teori Auteur adalah sebuah pandangan yang menekankan dominasi sutradara dalam seni film. Menurut pandangan ini, siapa pun yang mengendalikan mise en scene, media cerita, adalah "penulis" film yang sebenarnya.

Truffaut, Godard, dan kolega kritis mereka (Gianetti, 2001: 470), mengatakan "tanda tangan" pembuat film dapat dirasakan melalui pengkajian total outputnya, yang ditandai dengan satu kesatuan tema dan gaya. Kontribusi penulis kurang penting dibandingkan dengan sutradara karena materi subyeknya bersifat artistik netral. Film harus dinilai berdasarkan bagaimana, bukan apa. 

Stam (2000: 92), menulis bahwa Auteurisme mengalihkan perhatian dari "apa" (cerita, tema), ke "bagaimana" (gaya, teknik), yang menunjukkan bahwa gaya itu sendiri memiliki gema pribadi, ideologis, dan bahkan metafisik.

Auteurisme membuat khalayak peka terhadap eksperimen naratif yang mengungkapkan visi sutradara dan mengajak khalayak untuk menafsirkan pola gaya sutradara terhadap aksi dalam film (Gianetti, 2001: 416). 

Bahkan hingga saat ini, film yang paling dikagumi dari negara mana pun cenderung menjadi film sutradara (Gianetti, 2001: 305).

Teori Auteur memberikan kritik mengenai gaya dalam film, namun teori ini juga memiliki sejumlah kelemahan. Teori Auteur menekankan pada sejarah dan keseluruhan output sutradara, yang cenderung lebih berguna bagi sutradara lama daripada pendatang baru (Gianetti, 2001: 473). 

Ada beberapa film bagus yang dibuat oleh sutradara yang dinyatakan biasa-biasa saja, yang tidak memiliki "visi pribadi" seperti yang didefinisikan teori Auteur namun diarahkan dengan sangat baik karena memang sudah menjadi tugasnya sebagai sutradara (Gianetti,

2001: 473). 

Terlepas dari kekurangan dan kelebihannya, teori Auteur memiliki efek pembebasan pada kritik film yang menetapkan sutradara sebagai tokoh kunci dalam sinema (Gianetti, 2001: 475). 

Naratama (2013: 62) mengungkapkan ada tiga dasar konsep menonton yang harus dipahami sutradara, terutama pada saat pengembangan ide berdasarkan filosofi dari konsep penyutradaraan itu sendiri. 

Sutradara menentukan sebagian besar elemen visual seperti pilihan gambar, sudut, efek pencahayaan, filter, efek optik, pembingkaian, komposisi, gerakan kamera, dan pengeditan.

dragonrest.net
dragonrest.net

Teori Auteur dalam Film Wonder Woman (2017)

Wonder Woman diciptakan sebagai propaganda politik oleh Marston. Penciptaan, kostum, sejarah, dan cerita komik Wonder Woman dibuat sedemikian rupa untuk menyampaikan pesan-pesan female empowerment kepada anak laki-laki sejak usia dini melalui lensa feminis. 

Nilai-nilai tersebut mulai menghilang semenjak kematian Marston pada tahun 1947. Wonder Woman direduksi dari kekuatan supernya. Cerita berputar pada kisah cintanya dengan Steve Trevor lsampai pada titik di mana Wonder Woman rela membuang identitasnya sebagai putri Amazon demi mengikuti Steve Trevor ke Amerika. 

Wonder Woman telah diadaptasi dalam berbagai format selama lebih dari 70 tahun, namun film Wonder Woman yang muncul pada musim panas 2017 lalu menjadi tonggak sejarah dan memberikan penggambaran baru dalam adaptasi Wonder Woman melalui lensa sutradara perempuan. 

Hal ini menjadi penting karena di tengah sedikitnya peran perempuan dalam industri Hollywood, suara perempuan akhirnya dapat didengar melalui penggambaran Superhero perempuan dalam film. 

Tidak hanya itu, representasi Superhero perempuan melalui kreator perempuan di industri

Hollywood penting dalam memberikan pesan kepada anak-anak mengenai citra Superhero perempuan dan bahwa tidak ada batasan gender untuk menjadi seorang Superhero.

Pemahaman struktur sinema pada teori Male Gaze melalui pemikiran wacanayang menyatakan bahwa teks bukanlah suatu sistem netral yang mengacu pada objek sebenarnya dalam dunia nyata, tetapi melalui teks tersebut film menjadi bermakna. 

Gaze (tatapan) menjadi penting karena tatapan perempuan sendiri dalam film lebih rumit untuk didefinisikan, karena sedikitnya contoh yang dapat diteliti, serta langkanya penulis, sutradara dan sinematografer perempuan di industri Hollywood. 

Perempuan sering digambarkan secara sosial dalam sinema Hollywood sebagai liyan, sehingga film-film tentang perempuan biasanya berkutat pada melodrama keluarga.

Analisis Karakter memberikan pemahaman dalam menganalisis bagaimana audiens diajak untuk mengidentifikasi diri dengan tokoh Wonder Woman berdasar "ego ideal" kita sendiri sebagai sosok yang lebih sempurna, lebih lengkap, dan lebih kuat yang diidealisasi melalui pandangan khalayak. 

Analisis fragmentasi memberikan pemahaman dalam menganalisis kenikmatan visual secara narsistik dalam pandangan kamera yang memberikan proses identifikasi figural dengan sosok naratif, subyek mitos, dan gambar narasi yang memungkinkan penonton perempuan untuk mengambil posisi aktif dan pasif dari hasrat mereka, yaitukeinginan untuk liyan, dan keinginan untuk diinginkan oleh liyan. 

Analisis Fokalisasi memberikan pemahaman atas kekuasaan dan kenikmatan film yang berasal dari tatapan sentral tokoh perempuan dalam pandangan karakter dalam narasi. 

Analisis Skemata memberikan pemahaman lebih dalam mengenai politik tatapan yang muncul sebagai logika kebenaran dominan yang digunakan oleh pembuat teks berdasarkan hasil analisis karakter, fragmentasi, dan fokalisasi yang dikaitkan dengan konteks historis yang bertanggung jawab terhadap status sosial, politik, kebudayaan, situasi sosial, dan gender.

bussinessinsider.com
bussinessinsider.com

Sebelumnya, Patty Jenkins juga pernah menggunakan film sebagai sarana politik dalam mengkritik kekerasan patriarki di masyarakat Amerika. Iamenyutradarai film Monster (2003) yang bercerita tentang Aileen Wuornos, mantan pelacur yang menerima hukuman mati di Florida atas pembunuhan tujuh pria yang bertujuan untuk memanusiakan Wuornos tapi tidak bersimpati dengannya. 

Jenkins menggunakan prinsip-prinsip heteronormatif dan patriarki untuk merestrukturisasi dan menciptakan representasi perempuan dalam konteks feminis. Jenkins menciptakan teks sinematik yang menyerang dan mengkritik prinsip patriarki yang mendasari model tersebut dengan mengeksploitasi narasi klasik dan model representasi perempuan tertentu (Paneva, 2006: 86).

Politik tatapan Patty Jenkins yang muncul dalam Wonder Woman tidak serta merta menjadikan Wonder Woman sebagai film feminis yang mengeksplorasi pengalaman semua perempuan. 

Film Wonder Woman hanya mewakili konsepsi keciltentang apa feminisme itu dan bagaimana seharusnya feminisme. 

Film ini belum menggali lebih jauh perihal feminisme interseksional yang berusaha memberikan perhatian kepada kelompok-kelompok yang kurang terwakili dalam komunitas perempuan yang lebih besar. 

Terlepas dari hal tersebut, film Wonder Woman menawarkan penjelasan pada teori Tatapan Perempuan melalui sudut pandang Auteur sutradara perempuan.

Pemilihan shot, angle, palet warna, pembingkaian, komposisi, dan gerakan kamera, kostum dan soundtrack yang dikendalikan oleh Patty Jenkins, tidak membuat Auteurism dalam Patty Jenkins terlihat dengan jelas karena teori Auteur menekankan pada sejarah dan keseluruhan output sutradara, yang cenderung berguna dalam menjelaskan Auteurism sutradara lama daripada sutradara pendatang baru (Gianetti, 2001: 473). 

Film lebih banyak didominasi oleh aktor/aktris daripada sutradara, studio, atau genre (Gianetti, 2001: 475). 

Wonder Woman adalah salah satu sarana komersial dalam genre Superhero yang menjadi tren blockbuster di industri Hollywood saat ini. 

Film ini dibuat untuk menampilkan kemampuan komiknya serta popularitasnya di kalangan penggemar.

Kepribadian artistik yang dominan lebih terlihat jelas di depan kamera, dan bukan di belakangnya. Teori Auteur dapat menjawab pertanyaan tentang bagaimana film tertentu menggambarkan tema dan gaya pembuat film, namun pendekatan ini tidak dapat dipakai untuk mengeksplorasi film Wonder Woman yang dibangun oleh studio untuk tujuan memaksimalkan laba (Gianetti, 2001: 491).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun