Betapa hangatnya persaudaraan dan persahabatan, selalu menjadi rona keindahan dalam setiap tindak kehidupan para insan.
Dan tebaran kebaikan menjadi pondasi kuat meraih kesuksesan."
Ku hela nafas cukup panjang. Dan kurasakan hadirnya sebuah dorongan untuk memulai hari ini dengan spirit keyakinan diri. Sebuah spirit yang dimulai dari mencintai apa yang dilalui oleh diri sendiri.
Dan inilah aku, mahasiswa semester akhir yang mengisi hari-hari pengerjaan studi akhir sebagai seorang anak asrama dengan rutinitas kajian keagamaan di malam hari. Sedangkan pada jam kerja, status mahasiswa dan 'anak asrama' berganti sebagai karyawan kontrak yang hanya dapat merasakan upah UMK jika melampau target.
Pekerjaan halal yang menurutku memiliki segudang cerita. Setiap siang hingga sore aku menyusuri jalan untuk menemui 'calon klien' untuk menawarkan produk perusahaan. Kadang ku temui klien yang ramah dan tidak memandang rendah seorang anak muda yang sedang mencoba peruntungan, namun kadang pula ku temui klien yang memandang profesiku sebagai 'sales jalanan'.
Profesi ini bukanlah memalukan dan ku selalu membangun pemikiran bahwa ini bukanlah alasan untuk berpangku tangan hanya berkuliah dan menunggu 'kiriman' dari orang tua di desa. Melainkan, profesi ini secara sengaja ku pilih untuk merasakan sendiri, betapa rezeki memang harus didapat dengan usaha. Dan kita tidak selalu memiliki pilihan yang mudah.
Tidak semua insan dapat duduk manis dan cukup memainkan telunjuk atau lisan hanya untuk mengatur 'ritme kerja' siapapun yang secara struktural berada di bawahnya. Karena, tak sedikit dari kita yang mungkin harus melalui sekian jam dengan target kerja yang selalu dipenuh kata: 'Jangan lupa target hari ini' ataupun ancaman 'potong gaji' jika seorang karyawan dianggap melakukan sebuah 'kesalahan'.
Hari ini hari Minggu. Dan aku bernafas lega karena setidaknya, hari ini telingaku terbebas dengan kata 'target' dan 'target'. Ku tersenyum sendiri jika teringat atasanku yang setiap harinya seringkali ku lihat satu tangannya menggaruk kepalanya sedangkan yang satunya sibuk mengupas kacang kulit. Perutnya yang tambun kadang membuatnya terlihat 'mager' atau dengan kata lain malas gerak.
Namun ku akui, pria paruh baya tersebut ramah dan selalu memberikan izin jika ku harus pergi ke kampus dengan alasan penyelesaian skripsi. Meski memang, kadang rasa bosan hadir jika setiap jam makan siang, ia selalu mengirimkan pesan singkat: 'Jangan lupa target bulan ini jika mau gaji penuh, Dy.' Pesan singkat yang sangat manjur membuat menghadirkan rasa kenyang seketika.
Kini ku coba melepas ingatan atas atasan botak yang disebut 'pakdhe' oleh teman-teman kantor. Tepat di pukul 04.40 ini, ku coba membangun konsentrasi pada penyelesaian skripsi. Ku tengok tiga tumpukan buku-buku dengan secarik kertas di atasnya: 'BELUM BACA'. Satu tumpukan adalah beberapa buku tentang teori-teori sosial, satu lagi tentang Ekonomi Islam, sedangkan tumpukan sisanya adalah tentang metode penelitian kuantitatif dan kualitatif. Buku-buku tersebut merupakan referensi untuk penyelesaian skripsi atas studi yang ku tempuh di dua kampus selama 4 tahun terakhir.
Namun, melihat tumpukan tersebut, justru rasa jenuh hadir dalam pikiranku dan justru membuat pikiranku merangkai beberapa kalimat yang ku anggap sebagai motivasi hidup dan sekaligus penanda atas sebuah kisah yang mungkin ku alami dalam satu waktu, satu tempat.