Mohon tunggu...
Leya Cattleya
Leya Cattleya Mohon Tunggu... Asisten Pribadi - PEJALAN

PEJALAN

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Hari Lingkungan Dunia: Apakah Kita Punya Rencana Pembangunan Keragaman Hayati Pasca Covid-19?

5 Juni 2020   09:59 Diperbarui: 5 Juni 2020   19:00 690
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Keragaman Hayati (Worldbank.org)

Langit membiru dan udara lebih segar karena industri beristirahat. Burung dan kupu kupu ada di langit Jakarta. Kanguru berjalan di Adelaide. Penguin menyeberangi jalan di Cape Town, dan lain lain kisah.

Terdapat kesan yang kurang tepat seakan bumi mendapat manfaat dari pandemi. Dalam realitanya, terdapat banyak kegiatan ekonomi di tingkat lokal dan di perdesaan di wilayah negara berkembang yang malah menekan adanya penggunaan lahan secara tak benar, karena memang lahan di desa adalah tabungan pada saat kemiskinan terjadi. 

Perburuan binatang makin meningkat, dan penebangan pohon serta kegiatan pertambangan liar juga meningkat untuk menunjang kehidupan manusia untuk bertahan dan resilien karena pandemi.

Masyarakat yang sulit mendapat pendapatan di kota kembali ke desa, alias mudik seperti di Indonesia, dan repotnya, turut membawa penyakit dalam perjalanan mudiknya. Ini tentu menekan lebih keras pada kondisi di perdesaan.

Beberapa laporan menunjukkan bahwa beberapa negara juga melakukan kebijakan yang malah mengeksploitasi sumber daaya alam dan hutannya. Laporan tentan deforestasi di Asia, Afrika dan Amerika latin disinyalir oleh weforum. 

Pertambangan liar atas emas dan bebatuan di Amerika Latin dan Afrika juga meningkat. Wilayah konservasi dan eko wisata di Kenya dan World Heritage Sites di the Galpagos, Ekuador dan the Tubbataha Reef di Filipina juga terancam.

Perusakan perdesaan dan hutan ini akan terus terjadi. Diperkirakan hal ini akan mereda setelah perekonomian membaik. Inilah kekuatiran kekutiaran para aktivis lingkungan. Beberapa hal telah saya sampaikan pada artikel sebelumnya.

Memang kita tidak dapat menilai hitam-putih pada kebijakan seperti peremajaan kebun kelapa sawit di Indonesia sebagai salah satu sektor yang menjadi andalan di masa depan. 

Presiden Joko Widodo (Jokowi) diberitakan media mempercepat peremajaan tanaman kelapa sawit, salah satunya di wilayah Sumatera Utara. (infosawit.com, 22 Mei 2020). 

Pemerintah mengatakan hendak melakukan penanaman kembali tanaman kelapa sawit seluas ribuan hektare (ha) tanpa menimbulkan tekanan dan deforestasi lebih lanjut sebagai bagian dari upaya melawan kampanye 'hitam' produk kelapa sawit yang disampaikan pemerintah telah dilakukan negara negara Eropa. 

Dan Presiden Jokowi di acara KTT ASEAN-Uni Eropa, Manila meminta Uni Eropa mengakhiri praktik diskriminasi terhadap kelapa sawit Indonesia dan negara lain penghasil CPO. Di satu sisi, upaya menjalankan perkebunan kelapa sawit menjadi upaya pelestarian tanah dan lingkungan. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun