Mohon tunggu...
Leya Cattleya
Leya Cattleya Mohon Tunggu... Asisten Pribadi - PEJALAN

PEJALAN

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Masyarakat Sipil Indonesia, Renta Sebelum Tua

20 September 2019   15:12 Diperbarui: 21 September 2019   10:40 1625
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ILUSTRASI : MASYARAKAT KORBAN POLITIK IDENTITAS DI KALA AHOK DIPENJARA KARENA PENISTAAN AGAM (FOTO : TEMPO)

Sementara, pihak lawan Jokowi, Prabowo, tidak segan menggunakan mantel Islam yang dituduhkan. Menurut mereka, Jokowi akan kalah dengan isu Islam.

Berbagai kampanye jadi sangat efektif. Kaum minitoritas tentu akan memilih Jokowi. Sementara di kubu Prabowo, dukungan kaum Islam konservatif dianggap menyerupai efektivitas dukungan kaum fundamental Kristen Amerika kepada Trump.

Made Surprijatna juga membagi analisis tentang berhasilnya kampanye model seperti ini yang dipakai kembali, terutama oleh partai dan kelompok pemenang Pemilu. 

Ini nampak dari apa yang terjadi dengan penggembosan KPK beberapa minggu ini. Revisi UU KPK terjadi dengan mulus, meski begitu banyak protes muncul dari kalangan masyarakat sipil. Semua partai politik yang ada di DPR, kompak menunjukkan sifat korup berhasil mengganyang demokrasi. 

Seorang sahabat, Damairia Pakpahan di FB nya membagi komentar terkait artikel saya yang menolak percaya Denny Siregar. "Jujur dan berani Mbak Leya Cattleya Soeratman, Denny Siregar dan Neta Pane menulis tentang Taliban ngawur yang menurut saya mestinya mencermati fenomena kelompok NKRI bersyariah yang bukan hanya tumbuh di KPK tapi di tempat lain juga. Juga tidak bijak hanya dengan tampilan hijrah lalu mensteriotipikan tampilan sebagai Taliban, lebay jadinya. Tetap berani Mbak, saya tandatangan petisi jenengan". 

Memang Indonesia tidak seremeh temeh analisis para penganut hitam putih. Banyak ruang luas untuk interpretasikan situasi saat ini. 

Dari hal-hal di atas, saya melihat  masyarakat sipil kita terbagi. Dinamikanya begitu berbeda dengan apa yang ada di tahun 1998, ketika musuh bersamanya adalah Suharto. Juga, ini berbeda dengan situasi 'Kampret' yang mendukung Prabowo dan 'Cebong' yang mendukung Jokowi.

Terpecahnya masyarakat sipil terbagi menjadi empat. Universitas dan kelompok professional yang terang terangan menolak revisi UU KPK, mengajukan deklarasi dan protes. 

Sebagian masyarakat sipil membuat protes dan petisi. Sementara, ada bagian dari masyarakat sipil yang mengaku mahasiswa dan kelompok milenial mendukung revisi UU KPK. 

Menariknya, terdapat sekelompok besar masyarakat sipil pendukung Jokowi yang percaya bahwa memang betul terdapat ancaman Taliban di tubuh KPK. Tulisan Denny Siregar memicu dan membangkitkan kepercayaan akan musuh yang seakan riil. 

Sebagian masyarakat sipil terus mengatakan akan menunggu dan mempelajari, dan melihat bahwa berbagai dukungan pada keutuhan KPK hanya akan merongrong Jokowi dan mengancam proses menuju Oktober 2019. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun