Mohon tunggu...
Leya Cattleya
Leya Cattleya Mohon Tunggu... Asisten Pribadi - PEJALAN

PEJALAN

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Foto Editan Caleg di Era Digital, Pemenangan Suara, Estetika, dan Etika

14 Juli 2019   08:56 Diperbarui: 16 Juli 2019   08:07 7031
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto Evita Apita Maya yang Diperkarakan (tribunnews.com)

Caleg DPD Menang yang Dipersoalkan

Foto yang diedit sudah menjadi hal biasa. Apalagi dengan kamera HP yang punya aplikasi 'beautyfy', 'Perfect Me". 'Meitu' dan lainnya. Dengan pengaturan otomatis, setiap foto wajah yang kita jepretpun punya hasil lebih cantik.  

Alhasil, wajah kita yang muncul di kamerapun menjadi lebih 'cling'. Kulit wajah lebih terang, mata lebih lebar, kerutan disamarkan, dan kulit lebih halus. Lebih cantik dan lebih muda!.

Kitapun menjadi maklum ketika banyak wajah Caleg menjadi lebih cantik dan ganteng dari semestinya. Ini kita lihat di baliho, poster maupun di media sosial. 

Nah, ketika kemudian muncul pengaduan oleh Farouk Muhammad, petahana DPD atas caleg pemenang DPD wakil dari wilayah Provinsi NTB, Evita Apita Maya, ke MK maka isu jadi panas. Evi dituduh mengedit foto "terlalu cantik" pada kertas suara pemilu. Perdebatan muncul. Bahkan, Evita Apita Maya dituduh tidak jujur karena mengubah fotonya hingga nampak lebih cantik dari aslinya, bahkan 'terlalu cantik'.

Etika Edit Foto di Dunia Komersial, Jurnalisme dan Dunia Politik 

Di kalangan, bintang film, artis, bahkan figur politik, pengeditan foto untuk publikasi sudahlah biasa. 

Stan Malinowski, fotografer terkenal yang sering memotret figur model dunia seperti Christie Brinkley, Cheryl Tiegs, Isabella Rossellini dan Elle MacPherson. 

Karyanyapun dipubliksikan di majalah Vogue, Bazaar, Playboy, Penthouse, Time, Bazaar Italia, French Bazaar, Paris Vogue dan publikasi internasional lainnya punya pendapat. "Menghaluskan wajah, membuatnya lebih langsing dan menjadikannya lebih cantik adalah biasa", kata Malinowski kepada digitalethic.org. Namun demikian, beberapa negara seperti Israel dan Perancis mulai menerapkan undang undang penggunaan Photoshop. Foto perlu diberi label sekiranya telah diolah dengan photoshop.

Foto jurnalisme memiliki etika berbeda. Foto kematian Osama bin Laden yang dipublikasikan pada 2 Mei 2011, misalnya, dianggap foto yang direkayasa. Penggabungan foto wajah Osama bin Laden dengan tubuh orang lain jadi skandal ikonik atas kematian Al-Qaida. 

Foto politisi sempat jadi studi yang dilakukan Rodrigo Praino dari Universitas Flinders. Ia menemukan bahwa foto kandidat Pemilu yang mengalami editing bisa merubah keputusan "voter'. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun