Keunikan dan Inovasi Memadukan  Busana Tarian 'Cakalele" dengan Kebaya Maluku di Kebaya Fest 2025
Oleh: Levina Litaay (Alumni SMP Negeri 4 Ambon Angkatan 82)
Jakarta - Kebaya bukan sekadar busana, melainkan jembatan yang menghubungkan tradisi dengan masa kini. Pada ajang Kebaya Fest 2025, yang diselenggarakan oleh Komunitas Kebaya Menari pada tanggal 25–27 Juli di Pos Bloc Jakarta, identitas budaya Maluku hadir dalam balutan keanggunan kebaya. Di tengah hiruk-pikuk festival yang memperingati Hari Kebaya Nasional ini, Ronia Boutique tampil memukau, membawa pesan kuat tentang persatuan dan kebanggaan.
Kolaborasi Sarat Makna
Festival yang didukung oleh Djarum Foundation dan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI, ini menjadi wadah kolaborasi berbagai komunitas, termasuk Pasar Keliling. Dalam rangkaian acara yang meliputi talkshow, workshop, pertunjukan tari, musik, dan peragaan busana, penampilan Ronia Boutique menjadi salah satu sorotan utama.
Penampilan ini tak lepas dari peran Fanny Pattikawa, alumni SMP Negeri 4 Ambon Angkatan 82 yang juga aktif di Komunitas Kebaya Menari. Lewat inisiatifnya, Komunitas Gaba-gaba Styles 82 (GGS 82), yang dinamai dari dinding gaba-gaba (batang pohon sagu) di sekolah mereka dulu, berhasil memperkenalkan kekayaan seni dan budaya Maluku di panggung nasional.
Identitas Maluku di Panggung Ibu Kota
Ronia Boutique menampilkan Tari Cakalele, sebuah tarian perang yang sarat makna, diiringi instrumen tradisional seperti kulibia dan tifa. Kehadiran penari laki-laki dengan parang dan salawaku memberikan energi yang kuat, sementara seorang penari perempuan muda tampil anggun mengenakan busana yang melambangkan pahlawan wanita legendaris Maluku, Martha Christina Tiahahu.
Tari Cakalele Maluku di  Kebaya Fest 2025 Pos Bloc Jakarta 25 Juli 2025 ( dok.Hanny Haulussy)
Lebih dari sekadar pertunjukan tari, stan Ronia Boutique juga menjadi etalase mini kekayaan budaya Maluku. Pengunjung dapat melihat berbagai busana dan aksesori, seperti baju cele, kebaya dansa, baniang, dan kain tenun Tanimbar. Tak ketinggalan, aksesori khas dan perahu cengkeh mini turut dipamerkan, membuka jendela bagi publik Jakarta untuk mengenal lebih dekat identitas Maluku.